Laman

Jumat, 22 Januari 2016

ASKEP SEMINAR KASUS DM TIPE 2 DI RSUD POSO RUANG INTERNA

STIKES HUSADA MANDIRI POSO



BAB I
TINJAUAN TEORI

A.    Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin

a.       Pankreas
Bagian eksokrin pankreas ( bagian terbesar prankeas)  mengahasilkan enzim-enzim pencernaan, bagian endokrinnya , berupa pulau-pulau langerhans ( sekitar satu juta pulau) , mengahsilkan hormon. Pulau langerhans terdiri atas sel-sel alfa, yang menghasilkan glukogaon sel-sel beta yang menghasilkan insulin. Glukoagon dan Insulin mengatur kadar gula darah : Insulin adalah hormon hipoglikemik ( menurunkan gula darah ) sedangkan glukoagon bersifat hiperglikemik ( meningkatkan gula darah). Selain ini ada sel delta yang menghasilkan somatostatin, yang menghambat pelepasan insulin dan glukagon ; sel f mengahasilkan polipeptida pangkreatik, yang berperan mengatur fungsi eksokrin pakreas. ( Jan Tambayong, 2001)
b.      Glukagon
Sasaran utama Glukoagon adalah hati, dengan (1) merombak glikogen menjadi glukosa (glikogenolisis) ; (2) sintesis glukosa dari asam laktat dan dar molekul non karbohidrat seperti asam lemak dan asam amino ( glukoneogenesis) ; dan (3) pembebasan glukosa ke darah oleh sel-sel hati sehingga gula darah naik. Sekresi glucagon dirangsang turunya kadar gula darah, jug anaiknya kadar asam aminao darah ( setelah makan banyak). Sebaliknya dihambat oleh kadar gula darah yang tinggi dan oleh somatostatin. ( Jan Tambayong,  2001)
c.       Insulin
Insulin adalah hormone  yang dihasilkan dalam sel beta pulau sel intra alveolar. Hormon ini terdiri dari dari asam amino. Produksinya oleh sel beta dirangsang oleh peningkatan gula darah, sepeti yang terjadi setelah makan makanan yang mengandung karbohidrat ; insulin bersirkulasi dalam darah dan akhirnya dihancurkan oleh ginjal dan hati.fungsinya adalah merangsang transfer glukoosa melalui dinding sel dan mencegah peningkatan gula darah diatas batas normal. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel alfa pulau sel hepar menjadi glukosa. Kerja ini menghasilkan efek berlawanan dengan kerja insulin. Produksi hormon ini dirangsang oleh penurunan gula darah, yang dapat diakibatkan oleh puasa atau melakukan latihan sedang sampai berat. ( Jhon Gibson, 2002 )

  
B.     Definisi DM Tipe II
Berikut ini adalah pengertian Deabetes Melitus Tipe II menurut beberapa ahli, diantaranya:
a.       Diabetes mellitus Tipe 2 atau dikenal dengan istilah Non-insulin Dependent Millitus (NIDDM)
adalah keadaan dimana hormone insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi  insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. (Nurul Wahdah, 2011)

b.      Diabetes Mellitus Tipe II adalah defek sekresi insulin, dimana pankreas tidak mampu
menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal, sehingga terjadi hiperglikemia yang disebabkan insensitifitas seluler akibat insulin.  (Elizabeth J Corwin, 2009)
c.       Diabetes Mellitus Tipe II adalah keadaan dimana kadar glukosa tinggi, kadar insulin tinggi atau normal namun kualitasnya kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk dalam sel, akibatnya terjadi gangguan transport glukosa yang dijadikan sebagai bahan bakar metabolisme energi. (FKUI, 2011)

C.    Faktor Resiko DM Tipe II
Berikut ini adalah faktor resiko yang dapat terkena DM Tipe II, antara lain:
a.          Usia ≥ 45 tahun
b.          Usia lebih muda, terutama dengan indeks massa tubuh (IMT) >23 kg/m2 yang disertai dengan faktor resiko:
1)         Kebiasaan tidak aktif
2)         Turunan pertama dari orang tua dengan DM
3)         Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram, atau riwayat DM gestasional
4)         Hipertensi (≥140/90 mmHg)
5)         Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dl
6)         Menderita polycyctic ovarial syndrome(PCOS) atau keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensi insulin
7)         Adanya riwayat toleransi glukosa yang terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya
8)         Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular
c.          Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)
d.         Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
e.          Kurang gerak badan
f.           Faktor genetik
g.          Konsumsi obat-obatan yang bisa menaikkan kadar glukosa darah
h.          Stress (FKUI, 2011)

D.    Manifestasi Klinis DM Tipe II

a.       Tanda dan gejala spesifik DM Tipe II, antara lain:
1)      Penurunan penglihatan
2)      Poliuri ( peningkatan pengeluaran urine ) karena air mengikuti glukosa dan keluar melalui urine.
3)      Polidipsia (peningkatan kadar rasa haus)akibat volume urineyang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi keplasma yang hipertonik (konsentrasi tinggi) dehidrasi intrasel menstimulasi pengeluaran hormon anti duretik (ADH, vasopresin)dan menimbulkan rasa haus
4)      Rasa lelah dan kelemahan otot akibat kataboisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi. Aliran darah yang buruk pada pasien DM kronis menyebabkan kelelahan
5)      Polifagia (peningkatan rasa lapar) akibat keadaan pascaabsorptif yang kronis, katabolisme protein dan lemak dan kelaparan relatif sel. Sering terjadi penurunan berat badan tanpa terapi
6)      Konfusi atau derajat delirium
7)      Konstipasi atau kembung pada abdomen(akibat hipotonusitas lambung)
8)      Retinopati atau pembentukan katarak
9)      Perubahan kulit, khususnya pada tungkai dan kaki akibat kerusakan sirkulasi perifer, kemungkinan kondisi kulit kronis seperti selulitis atau luka yang tidak kunjung sembuh, turgor kulit buruk dan membran mukosa kering akibat dehidrasi
10)  Penurunan nadi perifer, kulit dingin, penurunan reflek, dan kemungkinan nyeri perifer atau kebas
11)  Hipotensi ortostatik (Jaime Stockslager L dan  Liz Schaeffer,2007)

b.      Tanda dan gejala non spesifik DM Tipe II, antara lain:

1)      Peningkatan angka  infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa diskresi mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah
2)      Gangguan penglihatan yang berhubungan dengan keseimbangan air atau pada kasus yang berat terjadi kerusakan retina
3)      Paretesia atau abnormalitas sensasi
4)      Kandidiasis vagina ( infeks ragi ), akibat peningkatan kadar glukosa disekret vagina dan urine, serta gangguan fungsi imun . kandidiasis dapat menyebabkan rasa gatal dan kadas di vagina
5)      Pelisutan otot dapat terjadi kerena protein otot digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh
6)      Efek Somogyi: Efek somogyi merupakan komplikasi akut yang ditandai penurunan unik kadar glukosa darah di malam hari, kemudian di pagi hari kadar glukosa kembali meningkat diikuti peningkatan rebound pada paginya. Penyebab hipoglikemia malam hari kemungkinan besar berkaitan dengan penyuntikan insulin di sore harinya. Hipoglikemia itu sendiri kemudian menyebabkan peningkatan glukagon, katekolamin, kortisol, dan hormon pertumbuhan. Hormon ini menstimulasi glukoneogenesis sehingga pada pagi harinya terjadi hiperglikemia. Pengobatan untuk efek somogyi ditujukan untuk memanipulasi penyuntikan insulin sore hari sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan hipoglikemia. Intervensi diet juga dapat mengurangi efek somogyi. Efek somogyi banyak dijumpai pada anak-anak.
7)      Fenomena fajar ( dawn phenomenon) adalah hiperglikemia pada pagi hari ( antara jam 5 dan 9 pagi) yang tampaknya disebabkan oleh peningkatan sirkadian kadar glukosa di pada pagi hari. Fenomena ini dapat dijumpai pada pengidap diabetes Tipe I atau Tipe II. Hormone-hormon yang memperlihatkan variasi sirkadian pada pagi hari adalah kortisol dan hormon pertumbuhan, dimana dan keduanya merangsang glukoneogenesis. Pada pengidap diabetes Tipe II, juga dapat terjadi di pagi hari, baik sebagai variasi sirkadian normal maupun atau sebagai respons terhadap hormone pertumbuhan atau kortisol. (Elizabeth J Corwin, 2009)

E.     Patofisiologi DM Tipe II
Patogenesis diabetes melitus Tipe II ditandai dengan adanya resistensi insulin perifer, gangguan “hepatic glucose production (HGP)”, dan penurunan fungsi cell β, yang akhirnya akan menuju ke kerusakan total sel β. Mula-mula timbul resistensi insulin yang kemudian disusul oleh peningkatan sekresi insulin untuk mengkompensasi retensi insulin itu agar kadar glukosa darah tetap normal. Lama kelamaan sel beta tidak akan sanggup lagi mengkompensasi retensi insulin hingga kadar glukosa darah meningkat dan fungsi sel beta makin menurun saat itulah diagnosis diabetes ditegakkan. Ternyata penurunan fungsi sel beta itu berlangsung secara progresif sampai akhirnya sama sekali tidak mampu lagi mengsekresi insulin.(  FKUI,2011 )
Individu yang mengidap DM Tipe II tetap mengahasilkan insulin. Akan tetapi jarang terjadi keterlambatan awal dalam sekresi dan penurunan jumlah total insulin yang di lepaskan. Hal ini mendorong semakin parah kondisi seiring dengan bertambah usia pasien. Selain itu, sel-sel tubuh terutama sel otot dan adiposa memperlihatkan resitensi terhadap insulin yang bersirkulasi dalam darah. Akibatnya pembawa glukosa (transporter glukosa glut-4) yang ada disel tidak adekuat. Karena sel kekurangan glukosa, hati memulai proses glukoneogenesis, yang selanjutnya makin meningkatkan kadar glukosa darah serta mestimulasai penguraian simpanan trigliserida, protein, dan glikogen untuk mengahasilkan sumber bahan bakar alternative, sehingga meningkatkan zat- zat ini didalam darah. Hanya sel-sel otak dan sel darah merah yang terus menggunakan glukosa sebagai sumber energy yang efektif . Karena masih terdapa insulin , individu dengan DM Tipe II  jarang mengandalkan asam lemak untuk menghasilkan energi dan tidak rentang terhadap ketosis. (Elizabeth J Corwin, 2009)

F.     Komplikasi DM Tipe II
Beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat DM Tipe II, antara lain:
a.       Hipoglikemia
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes yang di obati dengan insulin atau obat-obatan antidiabetik oral. Hal ini mungkin di sebabkan oleh pemberian insulin yang berlebihan, asupan kalori yang tidak adekuat, konsumsi alkohol, atau olahraga yang berlebihan. Gejala hipoglikemi pada lansia dapat berkisar dari ringan sampai berat dan tidak disadari sampai kondisinya mengancam jiwa.
b.      Ketoasidosis diabetic
Kondisi yang ditandai dengan hiperglikemia berat, merupakan kondisi yang mengancam jiwa. Ketoasidosis diabetik biasanya terjadi pada lansia dengan diabetes Tipe 1, tetapi kadang kala dapat terjadi pada individu yang menderita diabetes Tipe 2 yang mengalami stress fisik dan emosional yang ekstrim.
c.       Sindrom nonketotik hiperglikemi, hiperosmolar (Hyperosomolar hyperglycemic syndrome, HHNS) atau koma hiperosmolar
Komplikasi metabolik akut yang paling umum terlihat pada pasien yang menderita diabetes. Sebagai suatu kedaruratan medis, HHNS di tandai dengan hiperglikemia berat(kadar glukosa darah di atas 800 mg/dl), hiperosmolaritas (di atas 280 mOSm/L), dan dehidrasi berat akibat deuresis osmotic. Tanda gejala mencakup kejang dan hemiparasis (yang sering kali keliru diagnosis menjadi cidera serebrovaskular) dan kerusakan pada tingkat kesadaran (biasanya koma atau hampir koma).
d.      Neuropati perifer
Biasanya terjadi di tangan dan kaki serta dapat menyebabkan kebas atau nyeri dan kemungkinan lesi kulit. Neuropati otonom juga bermanifestasi dalam berbagai cara, yang mencakup gastroparesis (keterlambatan pengosongan  lambung yang menyebabkan perasaan mual dan penuh setelah makan), diare noktural, impotensi, dan hipotensi ortostatik.
e.       Penyakit kardiovaskuler
Pasien lansia yang menderita diabetes memiliki insidens hipertensi 10 kali lipat dari yang di temukan pada lansia yang tidak menderita diabetes. Hasil ini lebih meningkatkan resiko iskemik sementara dan penyakit serebrovaskular, penyakit arteri koroner dan infark miokard, aterosklerosis serebral, terjadinya retinopati dan neuropati progresif, kerusakan kognitif, serta depresi sistem saraf pusat.
f.       Infeksi kulit
Hiperglikemia merusak resistansi lansia terhadap infeksi karena kandungan glukosa epidermis dan urine mendorong pertumbuhan bakteri. Hal ini membuat lansia rentan terhadap infeksi kulit dan saluran kemih serta vaginitis. (Jaime Stockslager L dan Liz Schaeffer, 2007)




G.    Pemeriksaan Penunjang DM Tipe II
Pemeriksaan penunjang DM Tipe II antara lain:
a.       Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah
Kadar glukosa dapat diukur dari sample berupa darah biasa atau plasma. Pemeriksaan kadar glukosa darah lebih akurat karena bersifat langsung dan dapat mendeteksi kondisi hiperglikemia dan hipoglikemia. Pemeriksaan kadar glukosa darah menggunakan glukometer lebih baik daripada kasat mata karena informasi yang diberikan lebih objektif kuantitatif. (FKUI,2011)
b.      Pemeriksaan Kadar Glukosa Urine
Pemeriksaan kadar glukosa urin menggambarkan kadar glukosa darah secara tidak langsung dan tergantung pada ambang batas rangsang ginjal yang bagi kebanyakan orang sekitar 180 mg/dl. Pemeriksaan ini tidak memberikan informasi tentang kadar glukosa darah tersebut, sehingga tak dapat membedakan normoglikemia atau hipoglikemia. (FKUI, 2011)
c.       Kadar Glukosa Serum Puasa dan Pemeriksaan Toleransi Glukosa
Memberikan diagnosis definitif diabetes. Akan tetapi, pada lansia, pemeriksaan glukosa serum postprandial 2 jam dan pemeriksaan toleransi glukosa oral lebih membantu menegakan diagnosis karena lansia mungkin memiliki kadar glukosa puasa hampir normal tetapi mengalami hiperglikemia berkepanjangan setelah makan. Diagnosis biasanya dibuat setelah satu dari tiga kriteria berikut ini terpenuhi:
1)      Konsentrasi glukosa plasma acak 200 mg/dl atau lebih tinggi.
2)      Konsentrasi glukosa darah puasa 126 mg/dl atau lebih tinggi.
3)      Kadar glukosa darah puasa setelah asupan glukosa per oral 200 mg/dl atau lebih. (Jaime Stockslager L dan Liz Schaeffer, 2007)
d.      Pemeriksaan Hemoglobin Terglikosilasi (hemoglobin A atau HbA1c)
Menggambarkan kadar rata-rata glukosa serum dalam 3 bulan sebelumnya, biasanya dilakukan untuk memantau keefektifan terapi antidiabetik. Pemeriksaan ini sangat berguna, tetapi peningkatan hasil telah ditemukan pada lansia dengan toleransi glukosa normal. (Jaime Stockslager L dan Liz Schaeffer, 2007)
e.       Fruktosamina serum
Menggambarkan kadar glukosa serum rata-rata selama 2 sampai 3 minggu sebelumnya, merupakan indicator yang lebih baik pada lansia karena kurang menimbulkan kesalahan. Sayangnya pemeriksaan ini tidak stabil sehingga jarang dilakukan. Namun pemeriksaan ini dapat bermanfaat pada keadaan dimana pengukuran AIC tidak dapat dipercaya, misalnya pada keadaan anemia hemolitik. (Jaime Stockslager L dan Liz Schaeffer, 2007)
f.       Pemeriksaan keton urine
Kadar glukosa darah yang terlalu tinggi dan kurang hormone insulin menyebabkan tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energy. Keton urin dapat diperiksa dengan menggunkan reaksi kolorimetrik antara benda keton dan nitroprusid yang menghasilkan warna ungu. (FKUI,2011)
g.      Pemeriksaan Hiperglikemia Kronik (Test AIC)
Pada penyandang DM, glikosilasi hemoglobin meningkat secara proporsional dengan kadar rata-rata glukosa darah selama 8-10 minggu terakhir. Bila kadar glukosa darah dalam keadaan normal antara 70-140 mg/dl selama 8-10 minggu terakhir, maka test AIC akan menunjukkan nilai normal. Pemeriksaan AIC dipengaruhi oleh anemia berat, kehamilan, gagal ginjal dan hemoglobinnopati. Pengukuran AIC dilakukan minimal 4bulan sekali dalam setahun. (FKUI, 2011)
h.      Pemantauan Kadar Glukosa Sendiri (PKGS)
PKGS memberikan informasi kepada penyandang DM mengenai kendali glikemik dari hai kehari sehingga memungkinkan klien melakukan penyesuaian diet dan pengobatan terutama saat sakit, latihan jasmani dan aktivitas lain. PKGS memberikan feedback cepat kepada pasien terhadap kadar glukosa setiap hari. (FKUI,2011)
i.        Pemantauan Glukosa Berkesinambungan (PGB)
Merupakan metode sample glukosa cairan intestinal ( yang berhubungan dengan glukosa darah) telah banyak digunakan untuk mengetahui kendali glikemik. Caranya adalah menggunakan sistem mikrodialisis yang dinsersi secara subkutan, konsentrasi glukosa kemudian diukur dengan detector elektroda oksidasi glukosa. Sensor glukosa pada PGB memiliki alaram untuk mendeteksi kondisi hipoglikemi dan hiperglikemi. (FKUI)

H.    Penatalaksanaan DM Tipe II
a.      Penatalaksanaan Medis
Sarana pengelolaan farmakologis diabetes dapat berupa:
1)         Obat Hipoglikemik Oral
a)         Pemicu sekresi insulin
(1)    Sulfonilurea
Golongan obat ini bekerja dengan menstimulasi sel beta pankreas untuk melepaskan insulin yang tersimpan. Efek ekstra pankreas yaitu memperbaiki sensitivitas insulin ada, tapi tidak penting karena ternyata obat ini tidak bermanfaat pada pasien insulinopenik. Mekanisme kerja golongan obat ini antara lain:
·         Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan ( Stored insulin)
·         Menurunkan ambang sekresi insulin
·         Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa (FKUI, 2011)
(2)    Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonylurea, dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2  macam obat yaitu: Repaglinid (derivate asam benzoat) dan Nateglinid (derivate fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati.(FKUI, 2011)
b)         Penambah sensitivitas terhadap insulin
(1)    Biguanid
Saat ini dari golongan ini yang masih dipakai adalah metformin. Etformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap insulin pada tingkat selular, distal dari reseptor insulin serta juga pada efeknya menurunkan produksi glukosa hati. Metformin meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel usus sehingga menurunkan glukosa darah dan menghambat absorbsi glukosa dari usus pada keadaan sesudah makan. (FKUI, 2011)
(2)    Tiazolidindion
Tiazolidindion adalah golongan obat yang mempunyai efek farmakologis meningkatkan sesitivitas insulin. Golongan obat ini bekerja meningkatkan glukosa disposal pada sel dan mengurangi produksi glukosa dihati.( FKUI, 2011)
c)         Penghambat glukosidase alfa
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim glukosidase alfa dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia postprandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak menyebabakan hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar insulin.(FKUI, 2011)
d)        Incretin mimetic, penghambat DPP-4
Obat ini bekerja merangsang sekresi insulin dan penekanan terhadap sekresi glukagon dapat menjadi lama, dengan hasil kadar glukosa dapat diturunkan. (FKUI, 2011)
2)         Insulin
Insulin adalah suatu hormone yang diproduksi oleh sel beta dari pulau Langerhanss kelenjar pankreas. Insulin dibentuk dari proinsulin yang bila kemudian distimulasi, terutama oleh peningkatan kadar glukosa darah akan terbelah untuk menghasilkan insulin dan peptide penghubung (C-peptide)yang masuk kedalam aliran darah dalam jumlah ekuimolar.
Secara keseluruhan sebanyak 20-25% pasien DM Tipe II akan memerlukan insulin untuk mengendalikan kadar glukosa darahnya. Pada DM Tipe II tertentu akan butuh insulin bila:
a)         Terapi jenis lain tida dapat mencapai target pengendalian kadar glukosa darah
b)         Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miocard akut atau stroke.
Pengaruh insulin tehadap jaringan tubuh antara lain insulin menstimulasi pemasukan asam amino ke dalam sel dan kemudian meningkatkan sintesa protein. Insulin meningkatkan penyimpanan lemak dan mencegah penggunaan lemak sebagai bahan energi. Insulin menstimulasi pemasukan glukosa ke dalam sel untuk di gunakan sebagai sumber energi dan membantu penyimpanan glikogen di dalam sel otot dan hati.(FKUI,2011)   
                                              
b.      Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada kasus DM Tipe II antara lain:
1)        Memberikan penyuluhan tentang keadaaan penyakit, symptom, hasil yang ditemukan dan alternative tindakan yang akan diambil pada pasien maupun keluarga pasien.
2)        Memberikan motivasi pada klien dan keluarga agar dapat memanfaatkan potensi atau sumber yang ada guna menyembuhkan anggota keluarga yang sakit dan menyelesaikan masalah penyakit diabetes dan resikonya.
3)        Konseling untuk hidup sehat yang juga dimengerti keluarga dalam pengobatan dan pencegahan resiko komplikasi lebih lanjut
4)        Memberikan penyuluhan untuk perawatan diri, budaya bersih, menghindari alkohol, penggunaaan waktu luang yang positif untuk kesehatan, menghilangkan stress dalam rutinitas kehidupan atau pekerjaan, pola makan yang baik
5)        Memotivasi penanggung jawab keluarga untuk memperhatikan keluhan dan meluangkan waktu bagi anggota keluarga yang terkena DM atau yang memiliki resiko
6)        Mengawasi diit klien DM Tipe II, bila perlu berikan jadwal latihan jasmani atau kebugaran yang sesuai.

c.       Penatalaksanaan Diet
Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes memperbaiki kebiasaan gizi dan olahraga untuk mendapatakan control metabolic yang lebih baik, dan beberapa tambahan tujuan khusus yaitu:
1)      Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan keseimbangan asupan makanan dengan insulin(endogen/eksogen) atau obat hipoglikemik oral dan tingkat aktifitas
2)      Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
3)      Memberikan energy yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang memadai pada orang dewasa mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada anak dan remaja, untuk peningkatan kebutuhan metabolic selama kehamilan dan laktasi atau penyambuhan dari penyakit metabolic
4)      Dapat mempertahankan berat badan yang memadai
5)      Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes yang menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit jangka pendek, komplikasi kronik diabetes seperti penyakit ginjal, hipertensi, neuropati autonomic dan penyakit jantung
6)      Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.














BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN


A.       Pengkajian Keperawatan

1.       Identitas pasien
2.       Identitas penanggung jawab pasien
3.       Keuhan utama
4.       Riwayat kesehatan keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
5.       Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
6.       Pemeriksaan Fisik
·         Aktivitas / istirahat
Gejala    :
~        Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan
~        Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur
Tanda    :   
~        Takikardia dan takipnea pada keadaan isitrahat atau dengan aktivitas
~        Letargi / disorientasi, koma
~        Penurunan kekuatan otot
·         Sirkulasi
Gejala    :   
~        Adanya riwayat hipertensi
~        Klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
~        Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama
Tanda    :   
~        Takikardia
~        Perubahan tekanan darah postural, hipertensi
~        Nadi yang menurun / tidak ada
~        Disritmia
~          Krekels
~        Kulit panas, kering, kemerahan, bola mata cekung
·         Integritas Ego
Gejala    :   
~        Stress, tergantung pada orang lain
~        Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda    :   
~        Ansietas, peka rangsang
·         Eliminasi
Gejala    :   
~        Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia
~        Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)
~        Nyeri tekan abdomen
~        Diare
Tanda    :   
~        Urine encer, pucat, kuning : poliuri
·         Makanan / cairan
Gejala    :   
~        Hilang nafsu makan
~        Mual / muntah
~        Tidak mengikuti diet : peningkatan masukan glukosa / karbohidrat.
~        Penurunan BB lebih dari periode beberapa hari / minggu
~        Haus
~        Penggunaan diuretic (tiazid)
Tanda    :   
~        Disorientasi : mengantuk, letargi, stupor / koma (tahap lanjut). Ganguan memori (baru, masa lalu) kacau mental.
·         Nyeri / kenyamanan
Gejala    :  
~        Abdomen yang tegang / nyeri (sedang/berat)
Tanda    :   
~        Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati
·         Pernafasan
Gejala    :   
~        Merasa kekurangan oksigen : batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung ada tidaknya infeksi)
Tanda    :   
~        Lapar udara
~        Batuk, dengan / tanpa sputum purulen (infeksi)
~        Frekuensi pernafasan
·         Keamanan
Gejala    :  
~        Kulit kering, gatal; ulkus kulit
Tanda    :  
~        Demam, diaphoresis
~        Kulit rusak, lesi / ilserasi
~        Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak

B.       Diagnosa Keperawatan
1        Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan metabolisme karbohidrat akibat defisiansi insulin, intake tidak adekuat akibat adanya mual muntah
2        Resiko devisit volume cairan dean elektrolit b/d diuresis osmotic dan poliuria
3        Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat penurunan produksi energi
4        Gangguan integritas kulit b/d penurunan sensasi sensori, gangguan sirkulasi, penurunan aktifitas/mobilisasi, kurangnya pengetahuan tentang perawatan kulit.
5        Resiko cedera b/d penurunan fungsi penglihatan, pelisutan otot.
6.      Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit.

C.       Intervensi Keperawatan

1.      Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan metabolisme karbohidrat akibat defisiansi insulin, intake tidak adekuat akibat adanya mual muntah
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat, BB stabil, nilai lab normal

Intervensi :
a.       Timbang berat badan tiap hari atau sesuai dengan indikasi
Rasional   :    Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
b.      Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien
Rasional   :    Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik
c.       Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrient) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui pemberian cairan melalui oral
Rasional   :    Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastroisntetinal baik
d.      Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa darah, aseton, pH, dan HCO3
Rasional   :    Gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian cairan dan terapi insulin terkontrol.
e.       Kolaborasi dengan ahli diet
Rasional   :    Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien

2.       Devisit volume cairan dan elektorlit b/d diuresis osmotic dan poliuria
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :
a.       Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD orotstatik
Rasional : Hipovelemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
b.      Ukur berat badan setiap hari
Rasional   : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik di status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
c.       Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
Rasional   :    Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat
d.      Pantau pemeriksaan lab seperti : Hematoksit (Ht), BUN (kreatinin) dan Osmulalitas darah, Natrium, kalium
Rasional   :   
§  Ht : Mengkaji tingkat hidrasi dan sering kali meningkat akibat homokonsentrasi yang terjadi setelah dieresis osmotic
§  BUN : Peningkatan nilai dapat mencerminkan kerusakan sel karena dehidrasi atau tanda awitan kegagalan ginbjal.
§  Osmolalitas darah : Meningkat sehubungan dengan adanya hiperglikemia dan dehidrasi
§  Natrium : Mungkin menurun yang dapat mencerminkan perpindahan cairan dari intra sel (dieresis osmotik)
§  Kalium : Awalnya akan terjadi hiperkalemia dalam breepons pada asodisis

3.      Intoleransi aktivitas b.d penurunan simpanan energy
Tujuan :
Pada pasien tidak terjadi kelelahan dengan penurunan produksi energi
Kriteria hasil :
- Mengungkapkan peningkatan tingkat energy
- Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan
          
Intervensi :
a.       Diskusi dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Membuat jadwal perencanaan dengan pasien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
Rasional   :    Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
b.      Beri aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup / tanpa diganggu.
Rasional   :    Mencegah kelelahan yang berlebihan.
c.       Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan TD sebelum / sesudah melakukan aktivitas.
Rasional   :    Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologi.
d.      Mendiskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat.
Rasional   :    Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan penurunan kegiatan akan pada energi pada setiap kegiatan.
e.       Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat ditoleransi.
Rasional   :    Meningkatkan kepercayan diri / harga diri positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.
4.      Gangguan integritas kulit b/d gangrene
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan integritas kulit dapat membaik.
Kriteria hasil :
-   Mempertahankan integritas kulit
-   Mendemonstrasikan perilaku / teknik mencegah kerusakan kulit.
Intervensi :
a.       Lihat kulit, area sirkulasinya terganggu / pigmentasi atau kegemukan / kurus
Rasional   :    Kulit beresiko karena gangguan sirkulasinya perifer, imobilitas fisik dan gangguan status nutrisi.
b.      Dapatkan kultur dari drainase luka saat masuk
Rasional   :    Mengidentifikasi pathogen dan terapi pilihan
c.       Rendam kaki dalam air steril pada suhu kamar dengan larutan betadine tiga kali sehari selama 15 menit
Rasional   :    Germisidal lokal efektif untuk luka permukaan
d.      Balut luka dengan kasa kering steril. Gunakan plester kertas
Rasional :      Menjaga kebersihan luka / meminimalkan kontaminasi silang. Plester adesif dapat membuat abrasi terhadap jaringan mudah rusak.
e.       Berikan dikloksasi 500 mg per oral setiap 6 jam, mulai jam 10 malam amati tanda-tanda hipersensitivitas, seperti : pruritus, urtikaria, ruam
Rasional   :    Pengobatan infeksi / pencegahan komplikasi. Makanan yang mengganggu absorbsi obat memerlukan penjadwalan sekitar jam makan. Meskipun tidak ada riwayat reaksi penicilin tetapi dapat terjadi kapan saja.

5.       Resiko injuri b/d gangguan penglihatan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan tidak terjadi injuri pada pasien
Kriteria hasil :
-   Mengidentifikasi faktor-faktor resiko injuri
-   Memodifikasi lingkungan sesuai petunjuk untuk meningkatkan keamanan dan penggunaan sumber-sumber secara tepat.
Intervensi :
a.       Hindarkan alat-alat yang dapat menghalangi aktivitas pasien
Rasional   :    Untuk meminimalisir terjadinya cedera
b.      Gunakan bed yang rendah
Rasional   :    Meminimalkan resiko cedera
c.       Orientasikan untuk pemakaian alat bantu penglihatan ex. Kacamata
Rasional   :    Membantu dalam penglihatan klien
e.       Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi
Rasional   :    Agar tidak terjadi injuri




7.      Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
TTV dalam batas normal, tanda-tanda infeksi tidak ada, nilai leukosit dalam batas normal(4000-10000/mm3)
Intervensi :
a.       Observasi tanda-tanda infeksi(rubor, dolor, calor, tumor, fungsiolaesa)
Rasional: pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial
b.      Pertahankan teknik aseptic pada prosedur infasif
Rasional: kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman
c.       Observasi hasil laboratorium(leukosit)
Rasional: gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian cairan dan terapi insulin terkontrol
d.      Kolaborasi dalam pemberian antibiotic sesuai indikasi
Rasional: Penanganan awal dapat membantu mencegah terjadinya sepsis. ( Husni,2013)

















DAFTAR PUSTAKA
·         Elizabeth.J.Corwin, 2009, Buku saku PATOFISIOLOGI Edisi 3, Jakarta EGC
·         Tarwoto dkk, 2012, Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin, Jakarta, TIM





























 





FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tgl Masuk Rumah Sakit           : 31 juli 2015
Tgl Pengkajian             : 3 agustus 2015
Nomor Register                        : 059640
Ruangan / Rumah Sakit           : interna,kelas III Anggrek
Diagnosa Medis                       : DM Tipe II
I.            BIODATA
A.     Identitas Pasien
1.      Nama Lengkap                : Tn.A
2.      Jenis Kelamin                  : laki-laki
3.      Umur / Tanggal Lahir       : 65 tahun / 16-agustus-1949
4.      Kawin / Belum Kawin     : kawin
5.      A g a m a                         : kristen
6.      Suku / Bangsa                  : pamona
7.      Pendidikan                       : SMP
8.      Pendapatan                      :
9.      Pekerjaan                         : Tani
10.  Nomor Askes                   : 441.7/06.2/Dinkes (SKTM)
11.  Alamat                             : kelei

B.     Identitas Penanggung
1.      Nama Lengkap                : Ny.M
2.      Jenis Kelamin                  : perempuan
3.      Umur / Tanggal Lahir       : 60 tahun,28-maret-1955
4.      Kawin / Belum Kawin     : kawin
5.      A g a m a                         : kristen
6.      Suku / Bangsa                  : pamona
7.      Pendidikan                       : SMP
8.      Pendapatan                      :
9.      Pekerjaan                         : IRT
10.  Hubungan dengan pasien : istri
11.  Alamat                             : kelei


II.         RIWAYAT KESEHATAN
A.     Riwayat Kesehatan Sekarang
1.      Keluhan Utama                                        : susah BAB
2.      Riwayat keluhan utama
a.       Faktor pencetus / penyebab               : 
b.      Sifat keluhan                                     : adanya nyeri abdomen, dan terasa penuh 
c.       Lokasi keluhan / penyebaran             : abdomen
d.       Mulai dan lamanya keluhan               : Sejak hari senin  dan susah BAB selama 4 hari di RS. Masuk tgl 31 – juli – 2015 dengan rujukan dari RS.Sinar Kasih tentena dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri, tembus belakang, sakit uluhati.
3.      Apakah keluhan bertambah / berkurang pada saat tertentu / memperberat atau meringankan keluhan                            :
4.      Hal – hal yang memperberat / meringankan keluhan : setelah makan dan duduk, ringan pada saat tidur
5.      Keluhan lain yang menyertai                   : nyeri abdomen (nyeri tekan)
6.      Pertolongan / obat-obatan yang pernah diperoleh            :
B.     Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1.      Apakah pernah menderita penyakit yang sama / lain : ....................................................
Bila ya, kapan ? : penyakit sama baru pertama kali, pasien juga menderita
2.      Apakah pernah dirawat di rumah sakit ? .........................................................................
Sakit apa ? pada tahun 1998 pasien dirawat dengan dx hepatitis
3.      Apakah pernah menderita alergi ? tidak ada alergi
Bila ya, alergi terhadap apa ? ...........................................................................................
Apa tindakan untuk mengatasinya : ................................................................................
4.      Kebiasaan :
-      Merokok / batang sehari : sudah berhenti sejak 6 tahun yang lalu, dulu menghabiskan 2 bungkus / hari
-      Minum alkohol : ya Lamanya sejak umur 23 sekarang
-      Minum kopi : ya Lamanya 3 x sehari sampai sekarang
-      Obat – obatan : tidak Lamanya ..........................................................................................
C.     Riwayat kesehatan keluarga (genogram 3 generasi)

III.       PEMERIKSAAN FISIK
1.      Keadaan umum         : baik
2.      Kesadaran                  : cm
3.      Tanda – tanda vital :
a.       Tekanan darah                 : 130/100 mmHg
b.      Denyut nadi                     : 80 x / menit
c.       Suhu                                : 36o C
d.      Pernapasan                      : 20 x/ menit
4.      Berat Badan               : 68 kg
5.      Tinggi Badan             : 160 cm
6.      Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut & Hygiene kepala                 : kepala bersih, namun sejak di Rs belum  pernah bershampo
a.       Warna rambut                                            : hitam beruban
b.      Penyebaran                                                : ditengah kepala sedikit botak
c.       Mudah rontok                                            : tidak
d.      Kebersihan rambut                                    : bersih
Palpasi

Benjolan : ada / tidak ada                                : .............................................................................
7.      Muka
Inspeksi
a.       Simetris / tidak                 : simetris
b.      Bentuk wajah                   : oval
c.       Gerakan abnormal           : tak ada
d.      Ekspresi wajah                 : baik  (serin tersenyum)
Palpasi
Nyeri tekan / tidak                 : tak ada
Data lain                                : .......................................................................................................
8.      Mata
Inspeksi
a.       Pelpebra                           : Edema / tidak
                                                Radang / tidak
b.      Sclera                               : Icterus / tidak
c.       Conjungtiva                     : Radang / tidak
                                                Anemis / tidak
d.      Pupil                                : - Isokor / anisokor
                                                - Miosis / midriasis
                                                - Refleks pupil terhadap cahaya : mengecil 2mm (miosis)
e.       Posisi mata :
    Simetris / tidak                         : simetris
f.       Gerakan bola mata                 : tak ada kelainan
g.       Penutupan kelopak mata        : tak ada kelainan
h.      Keadaan bulu mata                : tak ada kelainan
i.        Keadaan visus                       : tak terkaji
j.        Penglihatan                            : - Kabur / tidak
                                                      - Diplopia / tidak
Palpasi
Tekanan bola mata                      : tak terkaji
Data lain                                      : .................................................................................................
9.      Hidung & Sinus
Inspeksi
a.       Posisi hidung                         : simetris
b.      Bentuk hidung                       : pesek
c.       Keadaan septum                    : tak ada kelainan
d.      Secret / cairan                        : tak ada
Data lain                                      : .................................................................................................
10.  Telinga
Inspeksi
a.       Posisi telinga                          : simetris kiri dan kanan
b.      Ukuran / bentuk telinga         : baik kiri dan kanan
c.       Aurikel                                  : baik kiri dan kanan
d.      Lubang telinga                       : Bersih / serumen / nanah   
e.       Pemakaian alat bantu             : tak ada
Palpasi
Nyeri tekan / tidak
Pemeriksaan uji pendengaran
a.       Rinne                                     : tidak terkaji
b.      Weber                                    : tidak terkaji
c.       Swabach                                : tidak terkaji
Pemeriksaan vestibuler                : tidak terkaji
Data lain                                      : .................................................................................................
11.  Mulut
Inspeksi
a.       Gigi
-      Keadaan gigi                    : putih kekuningan, lengkap belum ada yang dicabut
-      Karang gigi / karies          : karies gigi gerakan kiri dan kanan
-      Pemakaian gigi palsu       : tak ada
b.      Gusi
Merah / radang / tidak            : tidak
c.       Lidah
Kotor / tidak                          : tidak
d.      Bibir
-      Cianosis / pucat / tidak           : tak ada kelainan
-      Basah / kering / pecah            : basah
-      Mulut berbau / tidak              : tak ada kelainan
-      Kemampuan bicara                : baik berkomunikasi, sehari-hari menggunakan bahasa pamona
Data lain                                            :
12.  Tenggorokan
a.       Warna mukosa                       : meah muda
b.      Nyeri tekan                            : tak ada
c.       Nyeri menelan                       : tak ada
13.  Leher
Inspeksi
Kelenjar thyroid                             : Membesar / tidak
Palpasi
a.       Kelenjar thyroid                       : Teraba / tidak
b.      Kaku kuduk / tidak                  : tidak
c.       Kelenjar limfe                          : Membesar atau tidak
Data lain                                        : .................................................................................................
14.  Thorax dan pernapasan
a.       Bentuk dada                                                : simetris ki dan ka
b.      Irama pernafasan                                         : vesikuler
c.       Pengembangan di waktu bernapas               : simetris ki dan ka
d.      Tipe pernapasan                                          : pernapasan dada
Data lain                                                            : ...........................................................................
Palpasi
a.       Vokal fremitus                                             : ...........................................................................
b.      Massa / nyeri                                               : nyeri dada (nyeri tekan)
Auskultasi
a.       Suara nafas                                                  : Vesikuler / Bronchial / Bronchovesikuler
b.      Suara tambahan                                           : Ronchi / Wheezing / Rales
Perkusi
Redup / pekak / hypersonor / tympani
Data lain                                                            : ...........................................................................
15.  Jantung
Palpasi
Ictus cordis                                                        : ...........................................................................
Perkusi
Pembesaran jantung                                           : tak ada
Auskultasi
a.       BJ I                                                              : tak ada kelainan (lub)
b.      BJ II                                                             : tak ada kelainan (dub)
c.       BJ III                                                           : tak ada kelainan
d.      Bunyi jantung tambahan                              : tak ada kelainan
Data lain                                                            : ...........................................................................
16.  Abdomen
Inspeksi
a.       Membuncit                                                  : membuncit
b.      Ada luka / tidak                                           : tak ada
Palpasi
a.       Hepar                                                           : tak ada pembengkakan dan nyeri
b.      Lien                                                             : tak ada pembengkakan dan nyeri
c.       Nyeri tekan                                                  : pasien merasakan nyeri pada perut
Auskultasi
Peristaltik                                                           : 10 x m
Perkusi
a.       Tympani                                                      : Regio 2 dan 5......................................................
b.      Redup                                                          : Regio 1 dan 9......................................................
Data lain                                                            : ...........................................................................
17.  Genitalia dan Anus                                            : tak ada kelainan
18.  Ekstremitas
Ekstremitas atas
a.       Motorik
-      Pergerakan kanan / kiri                          : tak ada kelainan
-      Pergerakan abnormal                             : tak ada gerakan abnormal
-      Kekuatan otot kanan / kiri                     :                    5     5
                                                                                         5     5
-      Tonus otot kanan / kiri                           : kanan skala 4 kiri skala 5
-      Koordinasi gerak                                   :
b.      Refleks
-      Biceps kanan / kiri                                 : tak ada kelainan
-      Triceps kanan / kiri                                : tak ada kelainan
c.       Sensori
-      Nyeri                                                     : nyeri pada bagian yang di infus
-      Rangsang suhu                                       : baik tidak ada kelainan
-      Rasa raba                                               : baik tidak ada kelainan

Ekstremitas bawah
a.       Motorik
-      Gaya berjalan                                        : baik
-      Kekuatan kanan / kiri                            : normal (skala 5)
-      Tonus otot kanan / kiri                           : baik tidak ada kelainan
b.      Refleks
-      KPR kanan / kiri                                    : baik tidak ada kelainan
-      APR kanan / kiri                                    : baik tidak ada kelainan
-      Babinsky kanan / kiri                             : ...........................................................................
c.       Sensori
-      Nyeri                                                     : tidak ada nyeri
-      Rangsang suhu                                       : baik tidak ada kelainan
-      Rasa raba                                               : baik tidak kelainan
Data lain                                                            : ...........................................................................
19.  Status Neurologi.
Saraf – saraf cranial
a.       Nervus I (Olfactorius) : penghidu                : baik tak ada kelainan
b.      Nervus II (Opticus) : Penglihatan                 : pasien rabun jauh
c.       Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
-      Konstriksi pupil                                     : ada
-      Gerakan kelopak mata                           : baik tak ada kelainan
-      Pergerakan bola mata                             : baik tak ada kelainan
-      Pergerakan mata ke bawah & dalam      : baik tak ada kelainan
d.      Nervus V (Trigeminus)
-      Sensibilitas / sensori                               : baik tak ada kelainan
-      Refleks dagu                                          : baik tak ada kelainan
-      Refleks cornea                                       : baik tak ada kelainan
e.       Nervus VII (Facialis)
-      Gerakan mimik                                      : tidak ada gerakan mimik
-      Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan     : baik tak ada kelainan
f.       Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran                                     : baik
g.       Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
-      Refleks menelan                                    : baik
-      Refleks muntah                                     : baik tak ada kelainan
-      Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : ...................................................... baik tak ada kelainan
-      Suara                                                     : suara pasien lantang dan jelas
h.      Nervus XI (Assesorius)
-      Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : baik kiri dan kanan
-      Mengangkat bahu                                  : pasien dapat mengangkat bahunya
i.        Nervus XII (Hypoglossus)
-      Deviasi lidah                                          : tidak ada
Tanda – tanda perangsangan selaput otak
a.       Kaku kuduk                                                 : tidak ada
b.      Kernig Sign                                                  : tidak ada
c.       Refleks Brudzinski                                      : tidak ada
Data lain                                                            : ...........................................................................

IV.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan EKG, Hasil : sinus takikardi
Pemeriksaan LAB :
GDS : 274mg/dl , G2PP: 495mg/dl , GDP: 272mg/dl

.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................

V.         POLA KEGIATAN SEHARI – HARI
1.      Nutrisi
a.       Kebiasaan
-      Pola makan                                    : baik (pagi,siang,malam )
-      Frekuensi makan / hari                  : 3 kali sehari (sepiring dihabiskan )
-      Nafsu makan                                 : baik
-      Makanan pantang                          : Tak ada makanan pantang
-      Makanan yang disukai                   : ikan
-      Banyak minum dalam sehari         : 7 gelas sehari
b.      Perubahan selama sakit                        : makan makanan kurang serat (pagi: bubur + telur,   sore: Roti, Malam: Nasi + Ikan ½ piring dihabiskan, Minum dalam sehari satu botol aqua sedang.



                                                                 
2.      Eliminasi
Buang air kecil
a.       Kebiasaan
-      Frekuensi / hari                              : 5 – 6 kali
-      Warna                                            : kuning bening
-      Jumlah / hari                                  : ...................................................................................
b.      Perubahan selama sakit                        : 4-6 kali, kuning...........................................................
Buang air besar
a.       Kebiasaan
-      Frekuensi / hari                              : 1-2 kali sehari pagi atau sore
-      Warna                                            : coklat kekuningan
-      Konsistensi                                    : lunak
b.      Perubahan selama sakit                        : sejak masuk hari jumat,BAB 1 kali, pada hari selasa coklat, keras.
3.      Olah raga dan aktivitas
a.       Apakah anda suka berolah raga ? tidak suka berolahraga
b.      Jenis olah raga apa yang disukai ? ...........................................................................................
c.       Apakah olah raga tersebut dilaksanakan secara teratur ? ..........................................................
.................................................................................................................................................
4.      Istirahat dan tidur
a.       Kebiasaan
-      Tidur malam jam 10.00 bangun jam 06.00
-      Tidur siang jam tidak  bangun jam ...........................
-      Apakah anda mudah terbangun ? tidak
-      Apakah yang dapat menolong anda untuk dapat tidur nyaman ? .......................................
b.      Perubahan selama sakit                        : ...................................................................................
5.      Hygiene
a.       Kebiasaan
-      Mandi                                            : 2 kali / hari
-      Menyikat gigi                                 : 2 kali / hari
-      Kebersihan rambut                        : shampo 2 kali / hari
b.      Perubahan selama sakit                        : mandi 1 kali sehari,sikat gigi 2 kali,belum pernah shampo

VI.      POLA INTERAKSI SOSIAL
1.      Siapa orang yang terpenting / terdekat dengan klien? Istri pasien
2.      Apakah anda mudah mendapatkan teman (bergaul)  ? iya
3.      Jika anda mempunyai masalah bagaimana mengatasi ? biasanya didiamkan atau bicara dengan orang tersebut
4.      Bagaimana mengatasi masalah dalam keluarga ? berbicara dengan istri
5.      Bagaimana interaksi (hubungan) dalam keluarga ? baik tapi jarang dirumah sering dikebun
VII.    KESEHATAN SOSIAL
Keadaan rumah dan lingkungan menurut klien / keluarga / pasien mengatakan nyaman tinggal dirumahnya tersebut walaupun cukup sederhana
1.      Kebersihan rumah                     : baik
2.      Status rumah                              : milik sendiri
3.      Cukup/tidak                               : cukup
4.      Jumlah penghuni rumah            : 5 orang
5.      Bising / tidak                              : tidak
Kebanjiran padamusim hujan          : tidak


VIII. KEADAAN PSIKOLOGIS SELAMA SAKIT
1.      Persepsi klien tehadap penyakit yang diderita sekarang pasien mengatakan
Mungkin gaya hidup / dan faktor usia
2.      Harapan klien terhadap keadaan kesehatannya ingin cepat sembuh
Agar dapat bekerja kembali dikebun
3.      Pola interaksi dengan tenaga kesehatan dan lingkungan interna pasien kadang
Dibantu oleh istri, klien tertawa dan tersenyum saat interaksi
4.      Lain-lain yang dianggap perlu ...............................................................................................
..............................................................................................................................................
IX.      KEGIATAN KEAGAMAAN
Rutin melakukan kegiatan keagamaan pada hari minggu pagi

X.         DATA LAIN-LAIN YANG DIANGGAP PERLU
........................................................................................................................................................................................................................................................................................................
XI.      PERAWATAN/PENGOBATAN
1.      Perawatan
Tindakan perawatan yang diberikan diet rendah glukosa tinggi protein
Pemasangan infus
2.      Pengobatan
a.       Sebelum masuk rumah sakit ...........................................................................................
........................................................................................................................................
b.      Setelah masuk rumah sakit inj ranitidin/8 jam, (iv), inj.ketorolak 1 amp. (iv) aspilet (1x1) oral, inj.arixtra (1x2,5), Glucodex 3x1



Catatan :
Jika ada hal-hal yang ada dipengkajian silahkan di tambah .............................................................














NO

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN
RENCANA
1.
















2













3
Konstipasi

DS :
·         Pasien mengeluh sulit BAB sejak 5 hari masuk rumah sakit.
·         Pasien mengatakan saat BAB konsistensi keras dan warna coklat
·         Selama dirawat sejak hari jumat tgl 31-07-15 – 04-08-15 BAB hanya 1 kali
·         Nyeri tekan abdomen region 9 (colon
DO :
·         GDS: 300mg/dl (N:110-199         )
·         GDP: 274mg/dl  (N: 110-125        )
·         G2PP: 495mg/dl (N:110-200        )



Kurang pengetahuan
DS:
·         Pasien mengatakan tidak mengetahui kalau menderita penyakit DM Tipe 2
·         Pasien dan keluarga tidak mengetahui perbedaan DM Tipe 1 dan 2
·         Pasien dan keluarga kurang mengetahui tentang gaya hidup yang baik pada penderita DM
DO:
·         Pasien dan keluarga banyak bertanya tentang keadaan pasien.



Kesiapan nutrisi untuk meningkatkan
DS:
·         Pasien mengatakan telah mengurangi makanan yang manis
·         Pasien mengatakan ingin meningkatkan status gizi

DO:
·         Mengkonsumsi makanan dan cairan yang adekuat
·         Makan secara teratur 3x1/hari
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien mengalami perbaikan dalam masalah pencernaan (konstipasi) dengan kriteria hasil:
1.       Pasien mengatakan sudah dapat BAB.
2.       Pasien mengatakan konsistensi lunak
3.       Nilai laboratorium dalam rentang normal
·         GDS  :110-199 mg/dl
·         GDP  :110-125 mg/dl
·         G2PP :110-200 mg/dl





Setelah dilakukan tindakan keperawaatan selama 3x24 jam diharapkan pasien mengalami perbaikan tentang kurang pengetahuan dengan kriteria hasil:
1.       Pasien dan keluarga mengetahui tentang proses perjalanan penyakit DM Tipe 2
2.       Pasien dan keluarga mengetahui perbedaan tentang DM Tipe 1 dan 2.
3.       Pasien dan keluarga mengetahui tentang gaya hidup yang baik pada penderita DM.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diaharapkan pasien mengalami perbaikan nutrisi dengan kriteria hasil

1.       Mengkonsumsi diet yang seimbang (makanan RS dan dirumah)
2.       Melaporkan peningkatan nilai gizi makanan yang dikonsumsi.
Mis:
Lebih banyak mengkonsumsi makanan non olahan dengan sedikit kandungan lemak jenuh dan glukosa.
1.       Kaji warna, konsistensi, frekuensi BAB.
2.       Identifikasi faktor (Mis: tirah baring dan diet) yang dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap konstipasi
3.       Ajarkan pasien tentang efek diet (Mis: Cairan dan serat) pada eleminasi
4.       Berikan privasi dan keamanan untuk pasien selama eliminasi
5.       Minta program dari dokter untuk memberikan bantuan eliminasi dan terapi penurunan glukosa darah.


















1.       Bina hubungan saling percaya
2.       Kaji tingkat pengetahuan pasien
3.        Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
4.        Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dan Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
5.         Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit










1.       Berikan bantuan dengan proses interatif yang berfokus kepada kebutuhan terhadap modifikasi diet.
2.       Pemberian program diet, mempersiapkan pasien untuk mematuhi pola diet yang diharapkan.

















JAM/TGL
IMPLEMENTASI
EVALUASI
04-08-2015

    09.15





    09.20





    10.00





    10.10



    11.15






















04-08-2015


09.10



09.25


09.28




09.30


09.45

















DX1 :  Konstipasi
1.       Mengkaji warna, konsistensi, frekuensi
Hasil: Coklat, Keras, Padat, BAB sebelum sakit (1-2x/hari pagi dan sore), pada saat sakit (tgl, 04-08-2015 hari selasa Bab 1x pada sore hari).
2.       Mengidentifikasi faktor : tirah baring, dan diet yang dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap konstipasi.
Hasil: pasien hanya berbaring, dan makan makanan kurang serat (pagi: bubur + telur, sore: Roti, Malam: Nasi + Ikan) ½ piring dihabiskan..
3.       Mengajarkan pasien tentang efek diet( Mis: carian dan serat) pada eliminasi
Hasil: pasien memahami dan akan mengkonsumsi sayuran dan buah seperti buah pepaya.
4.       Memberikan privasi dan keamanan (meengedan) untuk pasien selama eliminasi dan defekasi.
Hasil: pasien memahami dan akan menghindari mengedan
5.       Kolaborasi dalam pemberian obat anti konstipasi dan terapi penurunan glukosa darah.
Hasil:Mikrolax 5ml (secara supositoria 1x), Glucodex 3x1.



DX2: Kurang pengetahuan
1.       Bina hubungan saling percaya
Hasil: Pasien dan keluarga ingin terbuka dalam pemberian informasi
2.       Kaji tingkat pengetahuan pasien
Hasil: kurang mengetahui tentang proses jalannya penyakit
3.       Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
Hasil: pasien dan keluarga paham tentang patofisiologi jalannya penyakit
4.       Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dan Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
Hasil: pasien dan keluarga paham tentang proses terjadinya penyakit
5.       Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
Hasil: Pasien dan keluarga paham tentang gaya hidup yang baik untuk keadaan penyakit




04-08-2015
14.30
S:
·         Pasien mengatakan masih sulit untuk BAB
·         Konsistensi : Keras, Warna: Coklat, Frekuensi: 1x jam 11.30 setelah pemberian Mikrolax.
·         Pasien mengatakan nyeri tekan abdomen regio 9 berkurang.
O:
·         KU : BAIK
·         GDS : 274mg/dl
·         GDP : 272mg/dl
·         G2PP: 495mg/dl  (hasil Lab Terakhir tanggal :03-08-2015)
A:
·         Masalah Belum Teratasi
P:
Lanjutkan intervensi 1, 2,  5

·         Kaji warna, konsistensi, frekuensi
·         Identifikasi faktor (Mis: Tirah baring dan diet yang dapat menyebabkan atau berkonstribusi terhadap konstipasi).
·         Kolaborasi dalam pemberian obat anti konstipasi.























04-08-2015
13.30
S:
·         Pasien dan keluarga sudah mengetahui tentang proses perjalanan penyakit DM Tipe 2
·         Pasien dan keluarga sudah sedikit memahami prebedaan DM Tipe 1 dan 2
·         Pasien dan keluarga memahami gaya hidup yang baik pada penderita DM.
O:
·         KU : Baik
.
A:
·         Masalah belum teratasi
P:
·         Lanjutkan Intervensi 2

·         Kaji tingkat pengetahuan pasien





























05-08-2015

     09.15



  09.20







      

















10.00



















     09.30
DX1:
1.       Mengkaji warna, konsistensi, frekuensi
Hasil: warna:kekuningan, konsistensi : lembek, frekuensi 1x pada pagi hari.
2.       Mengidentifikasi faktor : tirah baring, dan diet yang dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap konstipasi.
Hasil: pasien sudah berjalan – jalan disekitar  ruang perawatan, makanan RS dihabiskan (Pagi : bubur+telur, sore : roti, dan makan pepaya, malam : Nasi+ikan+sayur) sepiring dihabiskan.
3.       Kolaborasi dalam pemberian obat anti konstipasi dan terapi penurunan glukosa darah.
Hasil: pemberian Glucodex 3x1





DX2:
1.       Kaji tingkat pengetahuan pasien
Hasil: pasien dan keluarga sudah memahami tentang proses jalannya penyakit yang diderita, perbedaan DM Tipe 1&2, dan gaya hidup yang sesuai dengan kondisi pasien.











DX3:
1.       Memberikan bantuan dengan proses interaktif
Hasil: pasien dan keluarga memahami tentang makanan yang perlu di jauhi bagi pasien DM.
2.       Memberikan informasi tentang makanan yang bisa di konsumsi/diet (panduan piramida makanan pasien DM)
Hasil: Pasien bersedia mengikuti program diet.

05-08-2015
14.30

S:
·         Pasien mengatakan sudah bisa BAB 1x 1 hari dengan konsistensi lembek warna kekuningan
·         Pasien mengatakan sudah tidak terasa nyeri pada abdomen regio 9.

O:
KU: Baik
GDS     : 274mg/dl
GDP     : 272mg/dl
GD2PP : 495mg/dl (hasil lab terakhir tanggal 03-08-2015)

A:
Masalah belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi 3
·         Kolaborasi dalam pemberian obat anti konstipasi dan terapi penurunan glukosa darah.









S:
·         Pasien dan keluarga sudah mengetahui tentang proses perjalanan penyakit DM Tipe 2
·         Pasien dan keluarga sudah sedikit memahami prebedaan DM Tipe 1 dan 2
·         Pasien dan keluarga memahami gaya hidup yang baik pada penderita DM.
·          
O:
KU :Baik

A: Masalah teratasi

P: Hentikan Intervensi






S:
·         Pasien mengkonsumsi makanan yang seimbang (menghabiskan 1 porsi makanan dari RS/tim gizi).
·         Keluarga pasien melaporkan pasien sudah suka makan sayuran).
O:
·         KU:BAIK
A:
·         Pertahankan Intervensi.
P:
Lanjutkan intervensi 1 dan 2

·         Berikan bantuan dengan proses interatif yang berfokus kepada kebutuhan terhadap modifikasi diet.
·         Pemberian program diet, mempersiapkan pasien untuk mematuhi pola diet yang diharapkan.

























JAM/TGL
IMPLEMENTASI
EVALUASI
06-08-2015





























09.00



09.30

1.       Kolaborasi dalam pemberian obat anti konstipasi dan terapi penurunan glukosa darah.















DX3:
1.       Memberikan bantuan dengan proses interaktif
Hasil: pasien dan keluarga memahami tentang makanan yang perlu di jauhi bagi pasien DM.
2.       Memberikan informasi tentang makanan yang bisa di konsumsi/diet (panduan piramida makanan pasien DM)
Hasil: Pasien bersedia mengikuti program diet.

06-08-2015
11.00
S:
·         Pasien mengatakan sudah bisa BAB 1x 1 hari dengan konsistensi lembek warna kekuningan
·         Pasien mengatakan sudah tidak terasa nyeri pada abdomen regio 9.

O:
KU: Baik
GDS     : 180mg/dl
GDP     : 175mg/dl
GD2PP : 250mg/dl (hasil lab terakhir tanggal 06-08-2015)

A:
Masalah belum teratasi

P:
·         Hentikan intervensi (Pasien Pulang)







S:
·         Pasien mengkonsumsi makanan yang seimbang (menghabiskan 1 porsi makanan dari RS/tim gizi).
·         Keluarga pasien melaporkan pasien sudah suka makan sayuran).
O:
·         KU:BAIK
A:
·         Pertahankan Intervensi.
P:
Hentikan Intervensi



PASIEN PULANG TGL: 06-08-2015 JAM 12.00