Laman

Rabu, 20 Januari 2016

ASUHAN KEPERAWATAN GONORE ATAU GONORRHOEA



ASUHAN KEPERAWATAN GONORE ATAU GONORRHOEA


A.    Definisi
Kencing nanah atau gonore  gonorrhea  atau  adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi. Namun penyakit gonore ini dapat juga ditularkan melalui ciuman atau kontak badan yang dekat. Kuman  patogen tertentu yang mudah menular dapat ditularkan melalui makanan, transfusi darah, alat suntik yang digunakan.
Penyakit menular seksual juga disebut penyakit veneral merupakan penyakit yang paling sering ditemukan di seluruh dunia. Pengobatan penyakit ini efektif dan penyembuhan cepat sekali. Namun, beberapa kuman yang lebih tua telah menjadi kebal terhadap obat-obatan dan telah menyebar ke seluruh dunia dengan adanya banyak perjalanan yang dilakukan orang-orang melalui transportasi udara.
Penyebaran
Gonore dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga menyebabkan nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.
B.     Etiologi
Penyebab pasti penyakit gonore adalah bakteri Neisseria gonorrhea yang bersifat patogen. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang pada wanita yang belum pubertas.
C.    Patofisiologi
Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran anus, konjungtiva dan farings. Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostate, vas deferens, vesikula seminalis, epididimis dan testis pada pria dan kelenjar skene, bartholini, endometrium, tuba fallopi dan ovarium pada wanita.


Setelah melekat, gonokokus berpenetrasi ke dalam sel epitel dan melalui jaringan sub epitel di mana gonokokus ini terpajan ke system imun (serum, komplemen, immunoglobulin A(IgA), dan lain-lain), dan difagositosis oleh neutrofil. Virulensi bergantung pada apakah gonokokus mudah melekat dan berpenetrasi ke dalam sel penjamu, begitu pula resistensi terhadap serum, fagositosis, dan pemusnahan intraseluler oleh polimorfonukleosit. Faktor yang mendukung virulensi ini adalah pili, protein, membrane bagian luar, lipopolisakarida, dan protease IgA.
Meskipun telah banyak peningkatan dalam pengetahuan tentang patogenesis dari mikroorganisme, mekanisme molekular yang tepat tentang invasi gonokokkus ke dalam sel host tetap belum diketahui. Ada beberapa faktor virulen yang terlibat dalam mekanisme perlekatan, inflamasi dan invasi mukosa. Pili memainkan peranan penting dalam patogenesis gonore. Pili meningkatkan adhesi ke sel host, yang mungkin merupakan alasan mengapa gonokokkus yang tidak memiliki pili kurang mampu menginfeksi manusia. Antibodi antipili memblok adhesi epithelial dan meningkatkan kemampuan dari sel fagosit. Juga diketahui bahwa ekspresi reseptor transferin mempunyai peranan penting dan ekspresi full-length lipo-oligosaccharide (LOS) tampaknya perlu untuk infeksi maksimal.
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah epitel kolumnar dari uretra dan endoserviks, kelenjar dan duktus parauretra pada pria dan wanita, kelenjar Bartolini, konjungtiva mata dan rectum. Infeksi primer yang terjadi pada wanita yang belum pubertas terjadi di daerah epitel skuamosa dari vagina.
D.    Manifestasi klinis
           1.      Pada pria:
a.       Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi
b.      Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian diikuti nyeri ketika berkemih
c.       Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya lendir mukoid dari uretra
d.      Retensi urin akibat inflamasi prostat
e.       Keluarnya nanah dari penis.




           2.      Pada wanita:
a.       Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi
b.      Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan (asimtomatis)
c.       Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih
d.      Nyeri ketika berkemih
e.       Keluarnya cairan dari vagina
f.       Demam
Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual. Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubunga seks melalui anus, dapat menderita gonore di rektumnya. Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.
E.     Komplikasi
            1.      Pada pria:
a.       Prostatitis
b.      Cowperitis
c.       Vesikulitis seminalis
d.      Epididimitis
e.       Cystitis dan infeksi traktus urinarius superior
f.       infertilitas
           2.      Pada wanita:
a.       Komplikasi uretra
b.      Bartholinitus
c.       Endometritis
d.      Salphingitis
e.       Infertilitas





F.     Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan pembantu yang terdiri atas 15 tahap, yaitu:
1.      Sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif,  intraseluler dan  ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.
2.     Kultur untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan kultur. Menggunakan media transport dan media pertumbuhan.
3.      Tes definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi positif), tes fermentasi (kuman gonokokus hanya meragikan glukosa)
4.      Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase.
5.     Tes Thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung
G.    Penatalaksanaan
            1.      Medis
         Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangat sensitif terhadap penicilin, sekarang banyak ‘strain’ yang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan.
         Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang memadai.
         Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
         Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus.



            2.      Nonmedis
         Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
         Bahaya penyakit menular seksual
         Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
         Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
         Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindari.
         Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.


ASUHAN KEPERAWATAN

       A.    Pengkajian

1.      Data subyektif
a.       Nyeri ketika berkemih dan desakan untuk berkemih
b.      Keluarnya cairan ( nanah ) dari saluran kencing.
c.       Demam
d.      Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan.
e.       Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.
f.       Pasien yang datang dengan awitan gejala akut mengeluh lemah, nyeri lokal, demam dan keluarnya nanah dari lubang saluran kencing.
g.      Riwayat psikososial, pasien seringkali bertanya – tanya tentang pengobatan, perawatan dan ramalan penyakitnya.






2.      Data obyektif
a.       Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.
b.      Sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif, intraseluler dan ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.
c.       Kultur untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan kultur. Menggunakan media transport dan media pertumbuhan.
d.      Tes definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi positif), tes fermentasi (kuman gonokokus hanya meragikan glukosa)
e.       Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase
f.       Tes Thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.

     B.     Diagnosa dan Intervensi
1.      Nyeri berhubungan dengan reaksi infalamasi
Tujuan perawatan : nyeri berkurang atau hilang
KH: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
         Mengenali faktor penyebab
         Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri
         Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
         Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol
Intervensi Keperawatan :
a.       Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
b.      Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
c.       Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
d.      Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
e.       Kolaborasi dalam pemberikan analgesik sesuai anjuran

2.      Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan Kepertawatan : suhu badan klien dalam keadaan normal 36,5 C – 37,5 C
KH: setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
         Suhu dalam rentang normal
         Nadi dan RR dalam rentang normal
         Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
IntervensiKeperawatan :
a.       Monitor vital sign
b.      Monitor suhu minimal 2 jam
c.       Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
d.      Selimuti klien untuk mencegah hilangnya panas tubuh
e.       Kompres klien pada lipat paha dan aksila
f.       Berikan antipiretik bila perlu

3.      Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan  proses inflamasi
Tujuan keperawatan : pola eliminasi tidak terganggu lagi
KH: setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
         Urin akan menjadi kontinens
         Eliminasi urin tidak akan terganggu: bau, jumlah, warna urin dalam rentang yang diharapkan dan pengeluaran urin tanpa disertai nyeri
Intervensi keperawatan :
a.       Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna dengan tepat.
b.      Pantau spesimen urine pancar tengah untuk urinalisis.
c.       Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala inferksi saluran kemih.
d.      Sarankan pasien untuk minum sebanyak 3000 cc per hari.
e.       Rujuk pada ahli urologi bila penyebab akut ditemukan.






4.       Resiko penularan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang sifat menular dari penyakit
Tujuan keperawatan : klien menjadi tahu tentang sifat penularan dari gonore
KH: dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit pada orang lain
Intervensi keperawatan :
a.       Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan menjelaskan tentang :
b.      Bahaya penyakit menular
c.       Pentingnya memetuhi pengobatan yang diberikan
d.      Jelaskan cara penularan PMS dan perlunya untuk setia pada pasangan
e.       Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat menghindarinya.

5.      Harga diri rendah berhubungan dengan penyakit
Tujuan keperawatan : klien tidak merasa harga dirinya rendah dengan penyakit yang dialaminya


KH: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan
         Mengekspresikan pandangan positif untuk masa depan dan memulai kembali tingkatan fungsi sebelumnya
         Mengindentifikasi aspek-aspek positif diri
         Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya
         Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol koping.
Intervensi keperawatan :
a.       Bantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan
b.      Dorong klien untuk membayangkan masa depan dan hasil positif dari kehidupan
c.       Perkuat kemampuan dan karakter positif (misal: hobi, keterampilan, penampilan, pekerjaan)
d.      Bantu klien menerima perasaan positif dan negatif
e.       Bantu dalam mengidentifikasi tanggung jawab sendiri dan kontrol situasi




       C.    Kriteria Evaluasi
1.      Klien mampu mengenali faktor penyebab
2.      Klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang
3.      TTV dalam rentang normal
a. Tekanan darah               : 110/70-120/80 mmHg
a.       Denyut nadi                : 70-80 x/menit
b.      Pernafasan                   : 20 – 24 x/menit
c.       Suhu                            : 36 – 37 oc
4.      Urin akan menjadi kontinens
5.      Eliminasi urin tidak akan terganggu: bau, jumlah, warna urin dalam rentang yang diharapkan dan pengeluaran urin tanpa disertai nyeri
6.      dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit pada orang lain
7.      Mengekspresikan pandangan positif untuk masa depan dan memulai kembali tingkatan fungsi sebelumnya
8.      Mengindentifikasi aspek-aspek positif diri
9.      Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya
10.  Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol koping







KESIMPULAN:
 Kencing nanah atau gonore  gonorrhea  atau  adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva).
Penyakit menular seksual juga disebut penyakit veneral merupakan penyakit yang paling sering ditemukan di seluruh dunia. Pengobatan penyakit ini efektif dan penyembuhan cepat sekali.
SARAN:
      Apabila masih ada kekurangan dalam pembuatan askep ini,mohon dimaklumi karena kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT. Terima  kasih



DAFTAR PUSTAKA

Lachlan, MC. 1987. Buku Pedoman Diagnosis dan Penyakit Kelamin. Ilmiah Kedokteran: Yogyakarta.
Natadidjaja, hendarto. 1990. Kapita Selekta Kedokteran. Bina Rupa Aksara: Jakarta.
Prof. DR. Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 3. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
Wikinson, Judith M. 2006. Buku saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN. Penerbit buku kedokteran EGC.
http://viethanurse.wordpress.com/2009/02/27/asuhan-keperawatan-klien-dengan-gonorrhea/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar