Laman

Selasa, 19 Januari 2016

ASUHAN KEPERAWATAN LEUKEMIA






BAB I
KONSEP MEDIS
A.    DEFINISI
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah (Prof. Dr. Iman, 1997).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, 2002).
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002).
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).

1.      Jenis – jenis leukemia

a)      Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.

b)      Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga di masukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK jarang menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
c)      Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 LLA jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal..
d)     Leukemia Limfositik Kronis (LLC)
LLC merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.

B.     ETILOGI

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
1.      Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell leukemia-lymphoma virus/HTLV).’
2.      Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya.
3.      Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.
4.      Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5.      Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
6.      Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi 21 (Sindrom Down’s), Trisomi G (Sindrom Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia

C.    PATOFISIOLOGI

Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositipenia. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yangt akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian (Iman, 1997).

D.    MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :
a.       Pilek tidak sembuh-sembuh
b.      Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c.       Demam dan anorexia
d.      Berat badan menurun
e.       Ptechiae, memar tanpa sebab
f.       Nyeri abdomen
g.      Lumphedenopathy
h.      Hepatosplenomegaly
Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalahartikan sebagai penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat infiltrasi sel leukemia pada alat tubuh seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura, kejang pada leukemia serebral

E.     KOMPLIKASI
Anak yang selamat dari leukemia mengalami peningkatan risiko untuk terjadi keganasan baru di masa selanjutnya dibandingkan dengan anak – anak yang tidak sakit leukemia, bahkan pada terapi dan remisi yang berhasil, sel – sel leukemik masih tetap ada, meninggalkan gejala sisa penyakit. implikasi untuk prognosis dan pengobatan masih belum jelas.

F.     PEMERIKSAAN PENUNJANG

a)      Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur.
b)      Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat
c)      Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.
d)     Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.
e)      Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.
f)       Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
g)      Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.

G.    PENATALAKSANAAN MEDIS

1.      Kemoterapi
Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang diberikan pada anak. Proses induksi remisi pada anak terdiri dari tiga fase : induksi, konsolidasi, dan rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak menerima berbagai agens kemoterapeutik untuk menimbulkan remisi. Periode intensif diperpanjang 2 sampai 3 minggu selama fase konsolidasi untuk memberantas keterlibatan sistem saraf pusat dan organ vital lain. Terapi rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk memperpanjang remisi.
Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-anak adalah prednison (antiinflamasi), vinkristin (antineoplastik), asparaginase (menurunkan kadar asparagin (asam amino untuk pertumbuhan tumor), metotreksat (antimetabolit), merkaptopurin, sitarabin (menginduksi remisi pada pasien dengan leukemia granulositik akut), alopurinol, siklofosfamid (antitumor kuat), dan daunorubisin (menghambat pembelahan sel selama pengobatan leukemia akut).
H.    PENCEGAHAN
Kebanyakan anak dan orang dewasa dengan leukemia tidak memiliki faktor risiko yang diketahui, sehingga tidak ada cara untuk menghindari mengembangkan leukemia. Leukemia sebenarnya penyakit yang sangat rumit yang bisa sangat sulit untuk mendiagnosis dalam tahap awal, tetapi ada tindakan pencegahan tertentu yang dapat diambil untuk mencegah penyakit. Langkah-langkah ini juga akan berkorelasi dengan perubahan dalam gaya hidup seseorang.
Meskipun pencegahan Leukemia adalah diet sulit dapat berkontribusi terhadap penampilan. Masyarakat di mana sampah dan lemak makanan yang tidak umum mereka mengurangi kemungkinan mengalami prevalensi leukemia. Jika seseorang telah mengalami beberapa penyakit darah, kemungkinan lebih besar bahwa ia juga mungkin berisiko tertular leukemia. Oleh karena itu, perlu bahwa orang seperti itu mencari bantuan medis sesegera mungkin.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A.   Pengkajian

1.      Data biografi pasien
Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan menyerang pada usia lebih dari 20 tahun khususnya pada orang dewasa.

2.      Riwayat Kesehatan
·         Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada penyakit leukemia ini klien biasanya lemah, lelah, wajah terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.

·         Riwayat penyakit
Pada riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati, hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).

·         Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar monozigot.

·         Riwayat kebiasaan sehari-hari
Perbedaan pola aktivitas dirumah dan dirumah sakit.



3.      Psikologi
Pada kasus ini biasanya klien dan keluarga takut dan cemas terhadap penyakit yang diderita. Klien sangat membutukan dukungan dari keluarga dan perawat.

4.      Sosial Ekonomi
Klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga maupun dengan tetangga disekitar rumahnya dengan adanya keluarga dan tetangga yang membesuk serta klien hidup dalam keadaan ekonomi yang sederhana.

5.      Kaji adanya tanda-tanda anemia :
Pucat, Kelemahan, Sesak, Nafas cepat

6.      Kaji adanya tanda-tanda leukopenia
Demam, Infeksi

7.      Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia
Ptechiae, Purpura, Perdarahan membran mukosa

8.      Kaji adanya
Hematuria, Hipertensi, Gagal ginjal, Inflamasi disekitar rektal, Nyeri

B.     Diagnosa Keperawatan

1.      Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3.      Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit.























C.   Rencana Perawatan

1.      Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Kriteria hasil : Normotermia, Hasil kultur negative, Peningkatan penyembuhan

Intervensi
Rasional
Pantau suhu dengan teliti (TTV)

Tempatkan klien dalam ruangan khusus

Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik

Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasive

Berikan antibiotik sesuai ketentuan

Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik

Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia

Evaluasi keadaan klien terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi


2.  Untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

3.  Untuk meminimalkan terpaparnya klien dari sumber infeksi


4.  Untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif

5.  Untuk mencegah kontaminasi  silang/
menurunkan  resiko infeksi


6.  : Untuk intervensi dini penanganan infeksi

7.  Rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme

8.  Menambah energi untuk penyembuhan dan  regenerasi seluler


9.  Untuk mendukung pertahanan alami tubuh diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus



2.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
Kriteria hasil : Klien tidak pusing, Klien tidak lemah, HB 12 gr/%, Leukosit normal, Tidak anemis

Intervensi
Rasional
Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari

Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan


 Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan


Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi

Kolaborasikan pemasangan tranfusi darah

·  Menentukan derajat dan efek ketidakmampuan



·  Menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan

·  Mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi

·  Memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri


·  Transfusi darah dapat meningkatkan kadar hemoglobin di dalam darah klien.




3.       Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
Kriteria hasil : HB 12gr/%    Tidak anemis

Intervensi
Rasional
Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis

Cegah ulserasi oral dan rectal


.      Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi

Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut

.Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan pucat)

Hindari obat-obat yang mengandung aspirin

Ajarkan orang tua dan klien yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung

·    Karena perdarahan memperberat kondisi dengan adanya anemia


·    Karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah

·    Untuk mencegah perdarahan

·    Untuk mencegah perdarahan



·    Untuk mencegah perdarahan



·    Karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit

·    Untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan




DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. (2002). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Dorland, W. A. Newman. (2002). Kamus Kedokteran Dorland Edisi 25. Jakarta : EGC.
Judith, Nancy. (2009). BUKU SAKU DIAGNOSIS KEPERAWATAN (NANDA). Jakarta : EGC
http://www.drt.net.id/sistim+imun/peduli.htm, 2005



Tidak ada komentar:

Posting Komentar