BAB I
PENDAHULUAN
A.
Pendahuluan
Setiap manusia
pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi sampai menjadi
tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak
menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan
terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seseorang dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia.
Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan dalam dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya cenderung menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realitas yang ada (Hurlock, 1996 : 439).
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seseorang dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia.
Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan dalam dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya cenderung menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realitas yang ada (Hurlock, 1996 : 439).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
dari lansia
Lanjut usia merupakan
istilah tahap akhir dari proses penuaan. Menurut Bernice Neugarten (1968) James
C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas
dengan keberhasilannya.
Badan kesehatan dunia
(WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang
berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak
menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan
terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia
menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia
(elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua
(very old) diatas 90 tahun.
Sedangkan menurut
Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan
dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai
penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi
kehidupannya sehari-hari.
Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya.
Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya.
Dari berbagai
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan periode di
mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta
telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan
ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai meninggal.
Tetapi bagi orang lain,
periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa
kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa
ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah
kelompok orang yang homogen . Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda.
B. Ciri
– ciri lansia
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980,
h.380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu :
1.
Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian
datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada
psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada
lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang
rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan
lama terjadi.
2.
Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok
minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang
jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu seperti : lansia lebih
senang mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain.
3.
Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut
dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan
peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas
dasar tekanan dari lingkungan.
4.
Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap
orang lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang
buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan
yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
C. Perkembangan
lansia
Usia lanjut
merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia. Usia
tahap ini dimulai dari 60 tahunan sampai akhir kehidupan. Usia lanjut merupakan
istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses
menjadi tua, dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana
pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit
demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap
usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang
penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya.
Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh,
jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia ,
penuaan dihubungkan dengan perubahan degenerative pada kulit, tulang jantung,
pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Dengan kemampuan
regeneratife yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit,
sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan
penurunan pada tahap ini, teradapat berbagai perbedaan teori, namun para pada
umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan oleh faktor gen.
Penelitian telah menemukan bahwa tingkat sel, umur sel manusia ditentukan oleh
DNA yang disebut telomere, yang beralokasi pada ujung kromosom. Ketentuan dan
kematian sel terpicu ketika telomere berkurang ukuranya pada ujung kritis
tertentu.
D. Perubahan
yang terjadi pada lansia
Pada lansia terjadi banyak
perubahan dalam dirinya, hal ini bisa disebut perkembangan atau perubahan yang
terjadi pada lansia, diantaranya yaitu :
1. Perkembangan
jasmani
Penuaan
terbagi atas penuaan primer ( primary aging) dan penuaan sekunder (secondary
aging). Pada penuaan primer tubuh mulai melemah dan mengalami penurunan
alamiah. Sedangkan pada proses penuaan sekunder, terjadi proses penuaan karena
faktor-faktor eksteren, seperti lingkungan ataupun perilaku. Berbagai paparan
lingkungan dapat dapat mempengaruhi proses penuaan, misalnya cahaya ultraviolet
serta gas karbindioksida yang dapat menimbulkan katarak, ataupun suara yang sangat
keras seperti pada stasiun kereta api sehingga dapat menimbulkan berkurangnya
kepekaan pendengaran. Selain hal yang telah disebutkan di atas perilaku yang
kurang sehat juga dapat mempengaruhi cepatnya proses penuaan, seperti merokok
yang dapat mengurangi fungsi organ pernapasan.
Penuaan
membuat sesorang mengalami perubahan postur tubuh. Kepadatan tulang dapat
berkurang, tulang belakang dapat memadat sehingga membuat tulang punggung
menjadi telihat pendaek atau melengkung. Perubahan ini dapat mengakibatkan
kerapuhan tulang sehingga terjadi osteoporosis, dan masalah ini merupakan hal
yang sering dihadapi oleh para lansia.
Penuaan
yang terlihat pada kulit di seluruh tubuh lansia, kulit menjadi semakin menebal
dan kendur atau semakin banyak keriput yang terjadi. Rambut yang menjadi putih
juga merupakan salah satu cirri-ciri yang menandai proses penuaan. Kulit yang
menua menjadi menebal, lebih terlihat pucat dan kurang bersinar.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lapisan konektif ini dapat mengurangi
kekuatan dan elasitas kulit, sehingga para lansia ini menjadi lebih rentan
untuk terjadinya pendarahan di bawah kulit yang mengakibatkan kulit mejadi
tampak biru dan memar. Pada penuaan kelenjar ini mengakibatkan kelenjar kulit
mengasilkan minyak yang lebih sedikit sehingga menyebabkan kulit kehilangan
kelembabanya dan mejadikan kulit kering dan gatal-gatal. Dengan berkurangnya
lapisan lemak ini resiko yang dihadapi oleh lansia menjadi lebih rentan untuk
mengalami cedera kulit.
Penuaan
juga mengubah sistim saraf. Masa sel saraf berkurang yang menyebabkan atropy
pada otak spinal cord. Jumlah sel berkurang, dan masing-masing sel memiliki
lebih sedikit cabang. Perubahan ini dapat memperlambat kecepatan transmisi
pesan menuju otak. Setelah saraf membawa pesan, dibutuhkan waktu singkat untuk
beristirahat sehingga tiidak dimungkinkan lagi mentrasmisikan pesan yang lain.
Selain itu juga terdapat penumpukan produksi buangan dari sel saraf yang
mengalami atropy pada lapisan otak yang menyebabkan lapisan plak atau noda.
Orang
lanjut usia juga memiliki berbagai resio pada sitem saraf, mislanya berbagai
jenis infeksi yang diderita oleh seorang lansia juga dapat mempengaruhi proses
berfikir ataupun perilaku. Penyebab lain yang menyebabkan kesulitan sesaat
dalam proses berfikir dan perilaku adalah gangguan regulasi glukosa dan
metabolisme lansia yang mengidap diabetes. Fluktuasi tingkat glukosa dapat
menebabkan gangguan berfikr. Perubahan signifikan dalam ingatan, berfikir atau
perilakuan dapat mempengaruhi gaya hidup seorang lansia. Ketika terjadi
degenerasi saraf, alat-alat indra dapat terpengaruh. Refleks dapat berkurang
atau hilang.
Alat-alat
indra persebtual juga mengalami penuaan sejalan dengan perjalanan usia.
Alat-alat indra menjadi kuranng tajam, dan orang dapat mengalami kesulitan
dalam membedakan sesuatu yang lebih detail, misalnya ketika seorang lansia di
suruh untuk membaca koran maka orang ini akan mengalami kesulitan untuk
membacanya, sehingga dibutuhkan alat bantu untuk membaca berupa kacamata. Perubahan
alat sensorik memiliki dampak yang besar pada gaya hidup sesorang. Seseorang
dapat mengalami masalah dengan komunikasi, aktifitas, atau bahkan interaksi
sosial.
Pendengaran dan pengelihatan merupakan indra yang paling banyak mengalami perubahan, sejalan dengan proses penuaan indra pendengaran mulai memburuk. Gendang telinga menebal sehingga tulang dalam telinga dan stuktur yang lainya menjadi terpengaruh. Ketajaman pendengaran dapat berkurang karena terjadi perubhan saraf audiotorik. Kerusakan indara pendengaran ini juga dapat terjadi karena perubahan pada lilin telinga yang biasa terjadi seiring bertambahnya usia.
Pendengaran dan pengelihatan merupakan indra yang paling banyak mengalami perubahan, sejalan dengan proses penuaan indra pendengaran mulai memburuk. Gendang telinga menebal sehingga tulang dalam telinga dan stuktur yang lainya menjadi terpengaruh. Ketajaman pendengaran dapat berkurang karena terjadi perubhan saraf audiotorik. Kerusakan indara pendengaran ini juga dapat terjadi karena perubahan pada lilin telinga yang biasa terjadi seiring bertambahnya usia.
Struktur
mata juga berubah karena penuaan. Mata memproduksi lebih sedikit air mata,
sehingga dapat me,buat mata menjadi kering. Kornea menjadi kurang sensitive.
Pada usia 60 tahun, pupil mata berkurang sepertiga dari ukuran ketika berusia
20 tahun. Pupil dapat bereaksi lebih lambat terhadap perubahan cahaya gelap
ataupun terang. Lensa mata menjadi kuning, kurang fleksibel, dan apabila memandang
menjadi kabur dan kurang jelas. Bantalan lemak pendukung berkurang, dan mata
tenggelam ke kantung belakang. Otot mata menjadikan mata kurang dapat berputar
secara sempurna, cairan di dalam mata juga dapat berubah. Masalah yang paling
yang paling umum dialami oleh lansia adalah kesulitan untuk mengatur titik
focus mata pada jarak tertentu sehingga pandangan menjdi kurang jelas.
Perubahan
fisik pada lansia lebih banyak ditekankan pada alat indera dan sistem saraf
mereka. Sistem pendengaran, penglihatan sangat nyata sekali perubahan penurunan
keberfungsian alat indera tersebut. Sedangkan pada sistem sarafnya adalah mulai
menurunnya pemberian respon dari stimulus yang diberikan oleh lingkungan. Pada
lansia juga mengalami perubahan keberfungsian organ-organ dan alat reproduksi
baik pria ataupun wanita. Dari perubahan-perubahan fisik yang nyata dapat
dilihat membuat lansia merasa minder atau kurang percaya diri jika harus
berinteraksi dengan lingkungannya (J.W.Santrock, 2002 :198). Dari penjelasan di
atas dapat di tarik kesimpulan berkenaan dengan cirri-ciri fisik lansia yaitu
sebagi berikut (1) postur tubuh lansia mulai berubah bengkok (bungkuk),(2)
kondisi kulit mulai kering dan keriput,(3) daya ingat mulai menurun,(4) kondisi
mata yang mulai rabun,(5) pendengaran yang berkurang.
2.
Memori (daya
ingat, ingatan)
Pelupa
merupakan keluhan yang sering dikemukakan oleh manula. Keluhan ini dianggap
lumrah dan biasa oleh masyarakat disekitarnya. Keluhan ini didasarkan atas
fakta. Dari penelitian “cross-sectional” dan longitudinal didapatkan bahwa
kebanyakan-namun tidak semua-individu mengalami gangguan memori dan belajar
dengan melanjutnya usia, terutama setelah usia 70 tahun.
Namun,
kemunduran daripada sub-sistem yang membangun proses memori dan belajar, tidak
serupa tingkat kemundurannya. Memori merupakan proses yang rumit. Memori
menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Banyak jenis memori yang diketahui,
misalnya memori jangka pendek dan jangka panjang, memori verbal dan
visuospatial; memori olfaktoar, auditoar, taktil dan kinestetik.
a) Proses
memori
Proses perekaman dan
pemanggilan informasi yang diingat dapat disederhanakan sebagai berikut:
·
output informasi.
·
pemanggilan (retrieval)
·
storage (penyimpanan)
·
enkoding
·
Input informasi
b)
Encoding
Agar suatu
informasi dapat disimpan perlu diperhatikan,di registrasi. Ini merupakan
tingkat pertama. Informasi ini kemudian ditransfer kedalam memori, disebut
encoding.
Kondisi
encoding ikut mempengaruhi daya atau tingkatan penyimpanan, misalnya : encoding
semantic (menyimpan menurut makna, arti) biasanya memberikan memori yang lebih
mantap daripada encoding fonologis (menyimpan menurut bunyi).
c) Penyimpanan
(storage)
“storage”
merupakan prosses dimana informasi dipertahankan dalam memori. Ini bukan
merupakan penyimpanan informasi yang statis. Jaringan informasi ini ditata
kembali secar aktif.
Informasi
akan lebih kuat tersimpan bila digunakan berkali-kali, suatu proses yang
disebut konsodilasi. Penyimpanan berbagai informasi ini berbeda-beda, misalnya
memori semantic, memori episodic, memori deklaratif, memori procedural. Contoh
:
Mengetahui apa yang saya makan waktu sarapan pagi, ini adalah memori episodic.
Mengetahui arti kata sarapan, yaitu makan pagi, merupakan kemampuan sematik.
Kedua jenis memori ini dapat pula disebut memori deklaratif (memori dari fakta-fakta).
Memori procedural ialah memori suatu skill dan rutin. Misalnya mengetahui bagaimana menyetir mobil merupaakan memori procedural. Mengetahui bagaimana mesin mobil bekerja merupakan memori deklaratif.
Mengetahui apa yang saya makan waktu sarapan pagi, ini adalah memori episodic.
Mengetahui arti kata sarapan, yaitu makan pagi, merupakan kemampuan sematik.
Kedua jenis memori ini dapat pula disebut memori deklaratif (memori dari fakta-fakta).
Memori procedural ialah memori suatu skill dan rutin. Misalnya mengetahui bagaimana menyetir mobil merupaakan memori procedural. Mengetahui bagaimana mesin mobil bekerja merupakan memori deklaratif.
d) Retrieval
(memanggil kembali, recall)
Retrieval
merupakan proses dimana informasi dipanggil kembali dari memori. Memori dapat
pula dibagi dari segi waktu, yaitu : memori seketika, jangka pendek, baru dan
jangka panjang. Pada memori seketika (immediate) subyek memanggil kembali stimulus
yang diberikan padanya beberapa menit sebelumnya. Fungsi memori ini terganggu
pada derilium. Memori jangka pendek (short term) mencakup kejadian selama 30
menit terakhir. Memori ini terganggu pada sindrom amnesia. Memori baru (recent)
mencakup kejadian antara 30 menit sebelumnya sampai beberapa minggu. Memori ini
dapat terganggu pada berbagai keadaan, misalnya delirium, sindrom amnesia dan
demensia. Memori jangka panjang (remote) mencakup kejadian yang lebih lama dari
beberapa minggu lalu.
3.
Perkembangan Intelektual
Menurut
david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental merupakan
bagian dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian besar
penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55
tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan,
hal ini juga berlaku pada seorang lansia.
Ketika
lansia memperlihatkan kemunduran intelektualiatas yang mulai menurun,
kemunduran tersebut juga cenderung mempengaruhi keterbatasan memori tertentu.
Misalnya seseorang yang memasuki masa pensiun, yang tidak menghadapi
tantangan-tantangan penyesuaian intelektual sehubungan dengan masalah
pekerjaan, dan di mungkinkan lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan
kurang termotivasi untuk mengingat beberpa hal, jelas akan mengalami kemunduran
memorinya. Menurut Ratner et.al dalam desmita (20080 penggunaan bermacam-macam
strategi penghafalan bagi orang tua , tidak hanya memungkinkan dapat mencegah
kemunduran intelektualitas, melinkan dapat menigkatkan kekuatan memori pada
lansia tersebut.
Kemerosotan
intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatau yang tidak dapat
dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan atau
depresi. Tatapi kemampuan intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat
dipertahankan. Salah satu faktor untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut
salah satunya adalah dengan menyediakan lingkungan yang dapat merangsang
ataupun melatih ketrampilan intelektual mereka, serta dapat mengantisipasi
terjadinya kepikunan.
4. Perkembangan
Emosional
Memasuki masa
tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua
tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri
dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa
tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidak ikhlasan menerima kenyataan baru
seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan
sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi
lanjut usia.
Hal – hal
tersebut di atas yang dapat menjadi penyebab lanjut usia kesulitan dalam
melakukan penyesuaian diri. Bahkan sering ditemui lanjut usia dengan
penyesuaian diri yang buruk. Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya
gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakuatan akan mengakibatkan lanjut
usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia
yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit
penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya.
Yang dimaksud
dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang berusia
lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan fisik, maupun sosial
psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara
tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan
kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi
kebutuhan– kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.
Pada orang –
orang dewasa lanjut atau lanjut usia, yang menjalani masa pensiun dikatakan
memiliki penyesuaian diri paling baik merupakan lanjut usia yang sehat,
memiliki pendapatan yang layak, aktif, berpendidikan baik, memiliki relasi
sosial yang luas termasuk diantaranya teman – teman dan keluarga, dan biasanya
merasa puas dengan kehidupannya sebelum pensiun (Palmore, dkk, 1985). Orang –
orang dewasa lanjut dengan penghasilan tidak layak dan kesehatan yang buruk,
dan harus menyesuaikan diri dengan stres lainnya yang terjadi seiring dengan
pensiun, seperti kematian pasangannya, memiliki lebih banyak kesulitan untuk
menyesuaikan diri dengan fase pensiun (Stull & Hatch, 1984).
Penyesuaian
diri lanjut usia pada kondisi psikologisnya berkaitan dengan dimensi
emosionalnya dapat dikatakan bahwa lanjut usia dengan keterampilan emosi yang
berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam
kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka.
Orang yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosinya akan
mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan mereka untuk berkonsentrasi
ataupun untuk memiliki pikiran yang jernih.
Ohman &
Soares (1998) melakukan penelitian yang menghasilkan kesimpulan bahwa sistem
emosi mempercepat sistem kognitif untuk mengantisipasi hal buruk yang mungkin
akan terjadi. Dorongan yang relevan dengan rasa takut menimbulkan reaksi bahwa
hal buruk akan terjadi. Terlihat bahwa rasa takut mempersiapkan individu untuk
antisipasi datangnya hal tidak menyenangkan yang mungkin akan terjadi. Secara
otomatis individu akan bersiap menghadapi hal-hal buruk yang mungkin terjadi
bila muncul rasa takut. Ketika individu memasuki fase lanjut usia, gejala umum
yang nampak yang dialami oleh orang lansia adalah “perasaan takut menjadi tua”.
Ketakutan tersebut bersumber dari penurunan kemampuan yang ada dalam dirinya.
Kemunduran mental terkait dengan penurunan fisik sehingga mempengaruhi
kemampuan memori, inteligensi, dan sikap kurang senang terhadap diri sendiri.
Ditinjau dari
aspek yang lain respon-respon emosional mereka lebih spesifik, kurang
bervariasi, dan kurang mengena pada suatu peristiwa daripada orang-orang muda.
Bukan hal yang aneh apabila orang-orang yang berusia lanjut memperlihatkan
tanda-tanda kemunduran dalam berperilaku emosional; seperti sifat-sifat yang
negatif, mudah marah, serta sifat-sifat buruk yang biasa terdapat pada
anak-anak.
Orang yang
berusia lanjut kurang memiliki kemampuan untuk mengekspresikan kehangatan dan
persaan secara spontan terhadap orang lain. Mereka menjadi kikir dalam kasih
sayang. Mereka takut mengekspresikan perasaan yang positif kepada orang lain
karena melalui pengalaman-pengalaman masa lalu membuktikan bahwa perasaan
positif yang dilontarkan jarang memperoleh respon yang memadai dari orang-orang
yang diberi perasaan yang positif itu. Akibatnya mereka sering merasa bahwa
usaha yang dilakukan itu akan sia-sia. Semakin orang berusia lanjut menutup
diri, semakin pasif pula perilaku emosional mereka.
5. Perkembangan
Spiritual
Sebuah
penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan
tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme.
Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan ketenangan batiniah,
khususnya bagi para Lansia. Rasulullah bersabda “semua penyakit ada obatnya
kecuali penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar
pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental, hal ini
ditunjukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1997), bahwa :
1) Lanjut
usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar daripada orang
yang religius.
2) Lanjut
usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat dibandingkan yang non
religius.
3) Lanjut
usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi atau masalah hidup
lainnya.
4) Lanjut
usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres daripada yang
nonreligius, sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil.
5) Lanjut
usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir (kematian)
daripada yang nonreligius.
6.
Perubahan Sosial
Umumnya lansia
banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka, walaupun pelepasan itu
dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan
dunia sosialnya akan mengalami kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disaggrement
theory. Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga mempengaruhi baik
buruknya kondisi fisik dan sosial lansia. (J.W.Santrock, 2002, h.239).
7.
Perubahan Kehidupan Keluarga
Sebagian besar
hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan yang disebabkan oleh berbagai
macam hal. Penyebabnya antara lain : kurangnya rasa memiliki kewajiban terhadap
orang tua, jauhnya jarak tempat tinggal antara anak dan orang tua. Lansia tidak
akan merasa terasing jika antara lansia dengan anak memiliki hubungan yang
memuaskan sampai lansia tersebut berusia 50 sampai 55 tahun.
Orang tua usia
lanjut yang perkawinannya bahagia dan tertarik pada dirinya sendiri maka secara
emosional lansia tersebut kurang tergantung pada anaknya dan sebaliknya.
Umumnya ketergantungan lansia pada anak dalam hal keuangan. Karena lansia sudah
tidak memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak-anaknya
pun tidak semua dapat menerima permintaan atau tanggung jawab yang harus mereka
penuhi.
8. Hubungan
Sosio-Emosional Lansia
Masa
penuaan yang terjadi pada setiap orang memiliki berbagai macam penyambutan. Ada
individu yang memang sudah mempersiapkan segalanya bagi hidupnya di masa tua,
namun ada juga individu yang merasa terbebani atau merasa cemas ketika mereka
beranjak tua. Takut ditinggalkan oleh keluarga, takut merasa tersisihkan dan
takut akan rasa kesepian yang akan datang.
Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional lansia, namun begitu pula sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial menolaknya atau tidak memberikan ruang hidup atau ruang interaksi bagi mereka maka tentunya memberikan dampak negatif bagi kelangsungan hidup lansia.
Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional lansia, namun begitu pula sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial menolaknya atau tidak memberikan ruang hidup atau ruang interaksi bagi mereka maka tentunya memberikan dampak negatif bagi kelangsungan hidup lansia.
E. Masalah
yang dihadapi oleh lansia
Lansia
mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa masalah
dalam kehidupannya. Permasalahan tersebut diantaranya yaitu :
1. Masalah
fisik
Permasalahan yang hadapi oleh lansia
dengan masalah pekembangan fisik yang mulai melemah, diantaranya seringnya
terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat, indra
pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai berkurang berfungsu
dengan baik serta daya tahan tubuh yang menurun, sehingga sering mengalami
sakit (masuk angin, flu)
2. Masalah
kognitif ( Intelektual )
Permasalahan yang hadapi oleh lansia
yang terkait dengan masalah pekembangan kognitif, ini dapat disimpulkan bahwa
pada lansia mulai melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal(pikun) dan sulit
untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar
3. Masalah
emosional
Permasalahan yang hadapi oleh lansia
yang terkait dengan masalah pekembangan emosional, adalah rasa ingin berkumpul
dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian beliau menjadi sangat
besar. Apabila melihat rekan kerja kurang aktif dalam melakukan pekerjaanya,
maka tingkat emosi meningkat, terbukti bahwa beliau segera menegur rekan
kerjanya tersebut agar lebih cekatan. Sering marah apabila ada sesuatu yang
kurang sesuai dengan kehendak pribadi dan sering stress akibat masalah ekonomi
yang kurang terpenuhi
4. Perkembangan
Spiritual
Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait
dengan masalah pekembangan spiritual, adalah kesulitan untuk menghafal kitab
suci karena daya ingat yang mulai menurun, merasa kurang tenang ketika
mengetahui anggota keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah
ketika menemui permasalahan yang cukup serius.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Perubahan
penampilan fisik sebagian dari proses penuan normal, seperti rambut yang mulai
memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera,
serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia
lanjut.
Pada umumnya berbeda dengan pada dewasa muda, karena masalah pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat proses menua. Proses ini menyebabkan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit dan memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya.
Pada umumnya berbeda dengan pada dewasa muda, karena masalah pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat proses menua. Proses ini menyebabkan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit dan memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya.
B. SARAN
Sebaiknya
lansia mendekatkan diri kepada sang pencipta,Jangan terlalu banyak pikiran,
istirahat yang cukup. Hidup sehat pada saat lansia pasti menyenangkan
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, diharaapkan kepada
pembaca dapat memberikan kritikan yang bersifat membangun agar makalah dapat lebih
baik lagi dan dapat lebih bermanfaat dan membuka pikiran kita bahwa lansia
memerlukan bimbingan dan perhatian yang khusus dari kita semua terkhususkan
kepada tenaga medis/perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Depresi pada Lansia, diakses pada tanggal 03 Januari 2014 dari http://lansiafood.net
Kemampuan
lansia dan intervensi, diakses pada tanggal 03 Januari 2014 dari http://adityasetiawan.blogspot.com/
Memahami
Kepribadian Lansia, diakses pada tanggal 03 Januari 2014 dari http://singgihpanduwicaksono.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar