BAB I
A.
DEFINISI
Jantung koroner adalah penyakit jantung yang terjadi karena
ketidakseimbangan antara keperluan oksigen pada miokardium dan perbekalannya
yang disebabkan oleh aliran darah yang tidak memadai akibat komplikasi
aterosklerosis yang mempersempit arteri koroner.(Soeharto iman, penyakit
jantung koroner,2004)
Jantung koroner merupakan suatu manifestasi khusus dan
aterosklerosis pada arteri koroner sehingga mengakibatkan kegagalan sirkulasi
kolateral untuk menyediakan suplay oksigen yang adekuat ke sel. (medicine at
glance 2003)
Jantung koroner merupakan kelainan pada satu atau lebih
pembuluh darah arteri koroner di mana terdapat penebalan dari dinding dalam
pembuluh darah disertai adanya plaque yang akan mempersempit lumen arteri
koroner dan akhirnya akan mengganggu aliran darah ke otot jantung.
(http://www.drt.net.id/cardio/peduli.htm, 2005).
B. ETIOLOGI
Penyakit jantung koroner terutama disebabkan oleh proses
aterosklerosis yang merupakan kelainan degeneratif dan dipengaruhi banyak
factor. Faktor-faktor resiko penyakit jantung oroner ada dua yaitu:
1)
Faktor resiko yang dapat diubah:
diet, merokok, hipertensi, stress pola hidup monoton, diabetes mellitus,
alcohol, hiperkolesterolemia.
2)
Faktor resiko yang tidak dapat
diubah: usia ( maki tua makin mudah terkena ), jenis kelamin ( pria lebih
beresiko ), ras, factor herediter.
Beberapa
kondisi yang menghambat suplai darah koroner setelah atherosclerosis adalah:
a.
Aterosklerosis
b.
Arteritis
c.
Spasmus arteri oroner
d.
Thrombus koroner
e.
Embolisme
C.
MANIFESTASI KLINIK
a)
Dada
terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau terbakar; dapat
menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau rahang)
b)
Sesak
napas
c)
Berdebar-debar
d)
Denyut
jantung lebih cepat
e)
Pusing
f)
Mual
g)
Kelemahan
yang luar biasa
Ø Resiko dan insidensi
Penyakit arteri koronaria merupakan
masalah kesehatan yang paling lazim dan merupakan penyebab utama kematian di
USA.Walaupun data epidemiologi menunjukan perubahan resiko dan angka kematian
penyakit ini tetap merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan untuk mengadakan
upaya pencegahan dan penanganan.Penyakit jantung iskemik banyak di alami oleh
individu berusia yang berusia 40-70 tahun dengan angka kematian 20 %.(Pusat
Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).
Faktor resiko yang berkaitan dengan
penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara logis sebagai berikut:
a.
Sifat
pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid
darah, tekanan darah dan diabetes melitus.Faktor ini bersama-sama berperan
besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
b.
Kebiasaan
hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi
individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan
kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan
berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol
(Kaplan & Stamler, 1991).
c.
Faktor
resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan
akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian
karena penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama
yang tak diketahui bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada
antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin
D. PATOFISIOLOGI
Penyakit jantung koroner merupakan
respons iskemik dari miokardium yang di sebabkan oleh penyempitan arteri
koronaria secara permanen atau tidak permanen.Oksigen di perlukan oleh sel-sel
miokardial, untuk metabolisme aerob di mana Adenosine Triphospate di bebaskan
untuk energi jantung pada saat istirahat membutuhakn 70 % oksigen.Banyaknya
oksigen yang di perlukan untuk kerja jantung di sebut sebagai Myocardial Oxygen
Cunsumption (MVO2), yang dinyatakan oleh percepatan jantung, kontraksi
miocardial dan tekanan pada dinding jantung.
Jantung yang normal dapat dengan mudah
menyesuaikan terhadap peningkatan tuntutan tekanan oksigen dangan menambah
percepatan dan kontraksi untuk menekan volume darah ke sekat-sekat jantung.Pada
jantung yang mengalami obstruksi aliran darah miocardial, suplai darah tidak
dapat mencukupi terhadap tuntutan yang terjadi.Keadaan adanya obstruksi letal
maupun sebagian dapat menyebabkan anoksia dan suatu kondisi menyerupai glikolisis
aerobic berupaya memenuhi kebutuhan oksigen.
Penimbunan asam laktat merupakan akibat
dari glikolisis aerobik yang dapat sebagai predisposisi terjadinya disritmia
dan kegagalan jantung.Hipokromia dan asidosis laktat mengganggu fungsi
ventrikel.Kekuatan kontraksi menurun, gerakan dinding segmen iskemik menjadi
hipokinetik.
Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan
penurunan stroke volume, pengurangan cardiac out put, peningkatan ventrikel
kiri pada saat tekanan akhir diastole dan tekanan desakan pada arteri pulmonalis
serta tanda-tanda kegagalan jantung.
Kelanjutan dan iskemia tergantung pada
obstruksi pada arteri koronaria (permanen atau semntara), lokasi serta
ukurannya.Tiga menifestasi dari iskemi miocardial adalah angina pectoris,
penyempitan arteri koronarius sementara, preinfarksi angina, dan miocardial
infark atau obstruksi permanen pada arteri koronari (Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan Dep.kes, 1993).
E.
KOMPLIKASI
a. Angina
b. Serangan jantung (infark
miokardial).
F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Pemeriksaan
fisik EKG istirahat yang menunjujkkan depresi ST atau inversi T. penelitian
menunujukkan bahwa banyak terdapat hasil yang popsitif palsu maupun negatif
palsu
2.
Dalam
hal – hal tertentu dapat dilakukan pemeriksaan dengan bahan – bahan radio aktif
3.
Echocardiografi
dapat membantu evaluasi miokard yang iskemik atau nekrotik pada penyakit
jantung kotoner
4.
Pemeriksaan
rekaman EKG selama 24 jam atau lebih, yaitu holter monitorig, sangat berguna
untuk menemukan angina variant atau iskemik miokard tenang
5.
Angigrafi
koroner dianggap sebagai acuan dasar untuk diagnmostik PJK.
G.
PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya pengobatan penyakit
jantung koroner adalah sbb:
1. Menghentikan,
atau mengurangi atau regresi dari proses aterosklerosis dengan cara
menegndalikan faktor – faktor resiko
- Tidak merokok
- Latihan fisik sesuai demngan
kemampuan jantung penderita
- Diet untuk mencapai profil lemak
yang baik dan berat badan yang ideal.
- Mengendalikan rtekanan darah tinggi,
DM, dan sterss mental
- Pemakaian obat – oabatan untk
mengatasi iskemia miokard
- Latihan fisik sesuai demngan
kemampuan jantung penderita
- Diet untuk mencapai profil lemak
yang baik dan berat badan yang ideal.
- Mengendalikan tekanan darah tinggi,
DM, dan sterss mental
2. Pemakaian
obat – oabatan untk mengatasi iskemia miokard
3. Pengobatan
terhadap akibat –akibat dari iskemia miokard, misalnya :
- Aritmia
- Gagal jantung
4. Pengobatan
revaskularisasi
Apabila dengan pengobatan dengan
obat – obatan keluhan penderita tak dapat diiatasi sehingga mengganggu kualitas
hidupnya, maka harus dipertimbangkan pengobatan revaskularisasi, yang bisa
terdiri dari:
- Angioplasti koroner
- Bedah pintas koroner
5. Penanggulangan
infark miokard akut, yang memerlukan penatalaksanaan khusus.
PENCEGAHAN
BAB II
ASUHAN
KEPERAWATAN PJK (PENYAKIT JANTUNG KORONER)
1.
Pengkajian
A. Aktivitas/Istirahat
Ø Gejala :
(a) Riwayat tidak toleran terhadap penyakit
(b) Kelemahan umum, kelelahan
(c) Ketidakmampuan melakukan
aktivitas seperti biasanya
Ø Tanda
(a) Kecepatan jantung abnormal,
perubahan tekanan darah karena aktivitas
(b) Ketidaknyamanan kerja atau
dispnea.
(c) Perubahan EKG/ disritmia
B. Integritas Ego
Ø Gejala
(a) Perasaan takut, tak berdaya.
(b) Distres pada kejadian saat ini
(marah/takut).
Ø Tanda
(a) Ketakutan.
(b) Insomnia/gangguan tidur.
(c) Perubahan kecepatan jantung,TD,
pola pernapasan.
C. Nutrisi
Ø Gejala
(a) Perubahan berat badan.
(b) Kehilangan nafsu makan.
(c) Nyeri abdomen, mual/muntah.
(d) Perubahan frekuensi urine.
Ø Tanda
(a) Peningkatan/penurunan berat
badan.
(b) Kulit kering,turgor kulit buruk.
(c) Hipotensi postural.
(d) Penurunan bunyi usus.
(e) Edema.
D. Neurosensori
Ø Gejala
(a) Rasa berdenyut, vertigo.
Ø Tanda
a) Perubahan orientasi.
b) Gelisah.
c) Mudah terangsang.
d) Apatis.
e) Respon emosi meningkat.
E. Nyeri
Ø Gejala
a) Nyeri dada, angina.
b) Nyeri bahu, tangan, lengan, kaki.
Ø Tanda
a) Nyeri tampak pada wajah.
b) Meringis.
c) Gelisah.
d) Perubahan TD/nadi/frekuensi
pernapasan.
F. Pernapasan.
Ø Gejala
a) Napas pendek.
b) Ketidakmampuan batuk/napas dalam
( pascaoperasi).
Ø Tanda
a) Penurunan ekspansi paru.
b) Dipsnea.
c) Ansietas.
2.
Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri (akut) b/d ischemia jaringan
sekunder terhadap sumbatan arteri coroner.
b. Gangguan perfusi jaringan b/d ischemia/infark
miokard akibat penurunan/penghentian aliran darah.
c. Intoleransi aktivitas b/d malaise
(kelelahan)
d. Kelebihan volume cairan tubuh b/d
penurunan GFR ginjal, retensi Natrium dan H2O
3.
Intervensi
a) Nyeri (akut) b/d ischemia
jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner.
Ø Tujuan:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan adanya
penurunan rasa nyeri dada, menunjukan adanya penuruna tekanan dan cara
berelaksasi.
Ø Intervensi :
·
Pantau
karakteristik nyeri, catat laporan verbal dan non verbal serta respon
hemodinamik.
Rasionalisasi
:
Variasi
penampilan perilaku pasien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.
·
Pantau/catat
lokasi, intensitas (0-10), lama, kualitas dan penyebaran.
ü Rasionalisasi : Nyeri sebagai
pengalaman subyektif digambarkan pasien. Bantu pasien menilai dan
membandingkan.
·
Kaji
riwayat angina dan riwayat keluarga serta laporkan nyeri dengan segera.Ø
ü Rasionalisasi : Membandingkan
dengan nyeri sebelumnya dan komplikasi, penundaan laporan nyeri menghambat
peredaan nyeri.
·
Berikan
lingkungan tenang, aktivitas perlahan, tindakan nyaman dan teknik relaksasi.
ü Rasionalisasi : Menurunkan
rangsang eksternal (ansietas dan regangan jantung), upaya koping.
·
Pantau
TTV
ü Rasionalisasi : Hipertensi dapat
meningkatkan kerusakan miokardial dan kegagalan ventrikel.
b) Gangguan
perfusi jaringan b/d ischemia/infark miokard akibat penurunan/penghentian
aliran darah.
Ø Tujuan: selama dilakukan tindakan
keperawatan tidak terjadi penurunan perfusi jaringan.
·
Kaji
gastrointestinal.
Ø Rasionalisasi : Penurunan aliran
darah ke mesenterika berakibat disfungsi gastrointestinal.
·
Selidiki
perubahan tiba-tiba/mental, pingsan, letargi.
Ø Rasionalisasi : Hal itu
menunjukkan perfusi serebral.
·
Kaji
pucat, sianosis, kulit dingin, nadi perifer.
Ø Rasionalisasi : Menunjukkan
vasokontriksi karena CO2 menurun ditandai perfusi kulit dan nadi menurun.
·
Pantau
pernapasan
Ø Rasionalisasi : Pompa gagal
jantung merupakan pencetus distress pernapasan..
·
Pantau
masukan dan haluaran urin.
Ø Rasionalisasi : Penurunan masukan
mengakibatkan volume sirkulasi, perfusi terjadi.
c)
Intoleransi aktivitas b/d malaise
(kelelahan)
Ø Tujuan: setelah di lakukan
tindakan perawatan klien menunnjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan
aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak adanya angina.
·
Jelaskan
pola peningkatan bertahap tingkat aktivitas.
ü Rasionalisasi : Aktivitas menjadi
merupakan kontrol jantung , tingkatan regangan, aktivitas berlebih.
·
Anjurkan
pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen dan batasi pengunjung.
ü Rasionalisasi : Aktivitas ini
dapat menjadikan bradikardi, CO menurun dan takikardi, TD meningkat
·
Tingkatkan
istirahat, batasi aktivitas yang berakibat nyeri
ü Rasionalisasi : Kerja miokard
menurun, sehingga komplikasi tidak terjadi.
·
Catat
frekuensi jantung, irama, TD yang berubah sebelum, selama, dan sesudah
aktivitas.
ü Rasionalisasi : Respon pasien
terhadap aktivitas mengindikasikan penurunan O2 aktivitas, obat.
·
Rujuk
ke program rehabilitasi jantung.
ü Rasionalisasi : Mendukung proses
penyembuhan.
d)
Kelebihan volume cairan tubuh b/d
penurunan GFR ginjal, retensi Natrium dan H2O.
Ø Tujuan: tidak terjadi kelebihan
cairan di dalam tubuh klien selama dalam perawatan.
v
Intervensi :
·
Auskultasi
bunyi nafas (krekels).
ü Rasionalisasi : Mengindikasikan
edema paru sekunder karena dekompensasi jantung.
·
Ukur
masukan dan haluaran.
ü Rasionalisasi : Penurunan curah
jantung menimbulkan gangguan gagal dan haluaran urine.
·
Timbang
berat badan setiap hari.
ü Rasionalisasi : Perubahan BB
menunjukkan gangguan keseimbangan cairan.
·
Pertahankan
masukan total cairan 2000 ml/24 jam karena ditoleransi kardiovaskuler.
ü Rasionalisasi : Kebutuhan cairan
memerlukan pembatasan sebagai upaya dekompensasi jantung.
·
Berikan
diet rendah natrium dan diuretik .
ü Rasionalisasi : Na meningkatkan
retensi cairan dan diuretik memperbaiki cairan yang lebih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar