Laman

Selasa, 19 Januari 2016

ASUHAN KEPERAWATAN PJK





BAB I
A.    DEFINISI
Jantung koroner adalah penyakit jantung yang terjadi karena ketidakseimbangan antara keperluan oksigen pada miokardium dan perbekalannya yang disebabkan oleh aliran darah yang tidak memadai akibat komplikasi aterosklerosis yang mempersempit arteri koroner.(Soeharto iman, penyakit jantung koroner,2004)
Jantung koroner merupakan suatu manifestasi khusus dan aterosklerosis pada arteri koroner sehingga mengakibatkan kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan suplay oksigen yang adekuat ke sel. (medicine at glance 2003)
Jantung koroner merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner di mana terdapat penebalan dari dinding dalam pembuluh darah disertai adanya plaque yang akan mempersempit lumen arteri koroner dan akhirnya akan mengganggu aliran darah ke otot jantung. (http://www.drt.net.id/cardio/peduli.htm, 2005).

B.     ETIOLOGI
Penyakit jantung koroner terutama disebabkan oleh proses aterosklerosis yang merupakan kelainan degeneratif dan dipengaruhi banyak factor. Faktor-faktor resiko penyakit jantung oroner ada dua yaitu:
1)      Faktor resiko yang dapat diubah: diet, merokok, hipertensi, stress pola hidup monoton, diabetes mellitus, alcohol, hiperkolesterolemia.
2)      Faktor resiko yang tidak dapat diubah: usia ( maki tua makin mudah terkena ), jenis kelamin ( pria lebih beresiko ), ras, factor herediter.
Beberapa kondisi yang menghambat suplai darah koroner setelah atherosclerosis adalah:
a.       Aterosklerosis
b.      Arteritis
c.       Spasmus arteri oroner
d.      Thrombus koroner
e.       Embolisme



C.    MANIFESTASI KLINIK
a)      Dada terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau terbakar; dapat menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau rahang)
b)      Sesak napas
c)      Berdebar-debar
d)     Denyut jantung lebih cepat
e)      Pusing
f)       Mual
g)      Kelemahan yang luar biasa

Ø  Resiko dan insidensi
Penyakit arteri koronaria merupakan masalah kesehatan yang paling lazim dan merupakan penyebab utama kematian di USA.Walaupun data epidemiologi menunjukan perubahan resiko dan angka kematian penyakit ini tetap merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan untuk mengadakan upaya pencegahan dan penanganan.Penyakit jantung iskemik banyak di alami oleh individu berusia yang berusia 40-70 tahun dengan angka kematian 20 %.(Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara logis sebagai berikut:
a.       Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus.Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
b.      Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).


c.       Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin
D.     PATOFISIOLOGI
Penyakit jantung koroner merupakan respons iskemik dari miokardium yang di sebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara permanen atau tidak permanen.Oksigen di perlukan oleh sel-sel miokardial, untuk metabolisme aerob di mana Adenosine Triphospate di bebaskan untuk energi jantung pada saat istirahat membutuhakn 70 % oksigen.Banyaknya oksigen yang di perlukan untuk kerja jantung di sebut sebagai Myocardial Oxygen Cunsumption (MVO2), yang dinyatakan oleh percepatan jantung, kontraksi miocardial dan tekanan pada dinding jantung.
Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap peningkatan tuntutan tekanan oksigen dangan menambah percepatan dan kontraksi untuk menekan volume darah ke sekat-sekat jantung.Pada jantung yang mengalami obstruksi aliran darah miocardial, suplai darah tidak dapat mencukupi terhadap tuntutan yang terjadi.Keadaan adanya obstruksi letal maupun sebagian dapat menyebabkan anoksia dan suatu kondisi menyerupai glikolisis aerobic berupaya memenuhi kebutuhan oksigen.
Penimbunan asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang dapat sebagai predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan jantung.Hipokromia dan asidosis laktat mengganggu fungsi ventrikel.Kekuatan kontraksi menurun, gerakan dinding segmen iskemik menjadi hipokinetik.
Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke volume, pengurangan cardiac out put, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan akhir diastole dan tekanan desakan pada arteri pulmonalis serta tanda-tanda kegagalan jantung.
Kelanjutan dan iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri koronaria (permanen atau semntara), lokasi serta ukurannya.Tiga menifestasi dari iskemi miocardial adalah angina pectoris, penyempitan arteri koronarius sementara, preinfarksi angina, dan miocardial infark atau obstruksi permanen pada arteri koronari (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).
E.     KOMPLIKASI
a.       Angina
b.      Serangan jantung (infark miokardial).

F.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan fisik EKG istirahat yang menunjujkkan depresi ST atau inversi T. penelitian menunujukkan bahwa banyak terdapat hasil yang popsitif palsu maupun negatif palsu
2.      Dalam hal – hal tertentu dapat dilakukan pemeriksaan dengan bahan – bahan radio aktif
3.      Echocardiografi dapat membantu evaluasi miokard yang iskemik atau nekrotik pada penyakit jantung kotoner
4.      Pemeriksaan rekaman EKG selama 24 jam atau lebih, yaitu holter monitorig, sangat berguna untuk menemukan angina variant atau iskemik miokard tenang
5.      Angigrafi koroner dianggap sebagai acuan dasar untuk diagnmostik PJK.

G.    PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya pengobatan penyakit jantung koroner adalah sbb:
1.    Menghentikan, atau mengurangi atau regresi dari proses aterosklerosis dengan cara menegndalikan faktor – faktor resiko
-          Tidak merokok
-          Latihan fisik sesuai demngan kemampuan jantung penderita
-          Diet untuk mencapai profil lemak yang baik dan berat badan yang ideal.
-          Mengendalikan rtekanan darah tinggi, DM, dan sterss mental
-          Pemakaian obat – oabatan untk mengatasi iskemia miokard
-          Latihan fisik sesuai demngan kemampuan jantung penderita
-          Diet untuk mencapai profil lemak yang baik dan berat badan yang ideal.
-          Mengendalikan tekanan darah tinggi, DM, dan sterss mental
2.    Pemakaian obat – oabatan untk mengatasi iskemia miokard
3.    Pengobatan terhadap akibat –akibat dari iskemia miokard, misalnya :
-          Aritmia
-          Gagal jantung
4.    Pengobatan revaskularisasi
Apabila dengan pengobatan dengan obat – obatan keluhan penderita tak dapat diiatasi sehingga mengganggu kualitas hidupnya, maka harus dipertimbangkan pengobatan revaskularisasi, yang bisa terdiri dari:
-          Angioplasti koroner
-          Bedah pintas koroner
5.    Penanggulangan infark miokard akut, yang memerlukan penatalaksanaan khusus.
PENCEGAHAN







BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PJK (PENYAKIT JANTUNG KORONER)
1.     Pengkajian
A.     Aktivitas/Istirahat
Ø  Gejala :
(a)    Riwayat tidak toleran terhadap penyakit
(b)   Kelemahan umum, kelelahan
(c)    Ketidakmampuan melakukan aktivitas seperti biasanya

Ø  Tanda
(a)    Kecepatan jantung abnormal, perubahan tekanan darah karena aktivitas
(b)   Ketidaknyamanan kerja atau dispnea.
(c)    Perubahan EKG/ disritmia

B.     Integritas Ego
Ø  Gejala
(a)    Perasaan takut, tak berdaya.
(b)   Distres pada kejadian saat ini (marah/takut).

Ø  Tanda
(a)    Ketakutan.
(b)   Insomnia/gangguan tidur.
(c)    Perubahan kecepatan jantung,TD, pola pernapasan.

C.     Nutrisi
Ø  Gejala
(a)    Perubahan berat badan.
(b)   Kehilangan nafsu makan.
(c)    Nyeri abdomen, mual/muntah.
(d)   Perubahan frekuensi urine.

Ø  Tanda
(a)    Peningkatan/penurunan berat badan.
(b)   Kulit kering,turgor kulit buruk.
(c)    Hipotensi postural.
(d)   Penurunan bunyi usus.
(e)    Edema.



D.     Neurosensori
Ø  Gejala
(a)    Rasa berdenyut, vertigo.

Ø  Tanda
a)      Perubahan orientasi.
b)      Gelisah.
c)      Mudah terangsang.
d)      Apatis.
e)      Respon emosi meningkat.

E.      Nyeri
Ø  Gejala
a)      Nyeri dada, angina.
b)      Nyeri bahu, tangan, lengan, kaki.

Ø  Tanda
a)      Nyeri tampak pada wajah.
b)      Meringis.
c)      Gelisah.
d)      Perubahan TD/nadi/frekuensi pernapasan.

F.      Pernapasan.
Ø  Gejala
a)      Napas pendek.
b)      Ketidakmampuan batuk/napas dalam ( pascaoperasi).

Ø  Tanda
a)      Penurunan ekspansi paru.
b)      Dipsnea.
c)      Ansietas.

2.     Diagnosa Keperawatan
a.       Nyeri (akut) b/d ischemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri coroner.
b.      Gangguan perfusi jaringan b/d ischemia/infark miokard akibat penurunan/penghentian aliran darah.
c.       Intoleransi aktivitas b/d malaise (kelelahan)
d.      Kelebihan volume cairan tubuh b/d penurunan GFR ginjal, retensi Natrium dan H2O


3.     Intervensi

a)      Nyeri (akut) b/d ischemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner.
Ø  Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan adanya penurunan rasa nyeri dada, menunjukan adanya penuruna tekanan dan cara berelaksasi.
Ø  Intervensi :
·         Pantau karakteristik nyeri, catat laporan verbal dan non verbal serta respon hemodinamik.
Rasionalisasi :
Variasi penampilan perilaku pasien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.
·         Pantau/catat lokasi, intensitas (0-10), lama, kualitas dan penyebaran.
ü  Rasionalisasi : Nyeri sebagai pengalaman subyektif digambarkan pasien. Bantu pasien menilai dan membandingkan.

·         Kaji riwayat angina dan riwayat keluarga serta laporkan nyeri dengan segera.Ø
ü  Rasionalisasi : Membandingkan dengan nyeri sebelumnya dan komplikasi, penundaan laporan nyeri menghambat peredaan nyeri.

·         Berikan lingkungan tenang, aktivitas perlahan, tindakan nyaman dan teknik relaksasi.
ü  Rasionalisasi : Menurunkan rangsang eksternal (ansietas dan regangan jantung), upaya koping.

·         Pantau TTV
ü  Rasionalisasi : Hipertensi dapat meningkatkan kerusakan miokardial dan kegagalan ventrikel.

b)      Gangguan perfusi jaringan b/d ischemia/infark miokard akibat penurunan/penghentian aliran darah.
Ø  Tujuan: selama dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi penurunan perfusi jaringan.

·         Kaji gastrointestinal.
Ø  Rasionalisasi : Penurunan aliran darah ke mesenterika berakibat disfungsi gastrointestinal.

·         Selidiki perubahan tiba-tiba/mental, pingsan, letargi.
Ø  Rasionalisasi : Hal itu menunjukkan perfusi serebral.

·         Kaji pucat, sianosis, kulit dingin, nadi perifer.
Ø  Rasionalisasi : Menunjukkan vasokontriksi karena CO2 menurun ditandai perfusi kulit dan nadi menurun.

·         Pantau pernapasan
Ø  Rasionalisasi : Pompa gagal jantung merupakan pencetus distress pernapasan..

·         Pantau masukan dan haluaran urin.
Ø  Rasionalisasi : Penurunan masukan mengakibatkan volume sirkulasi, perfusi terjadi.

c)      Intoleransi aktivitas b/d malaise (kelelahan)
Ø  Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunnjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak adanya angina.

·         Jelaskan pola peningkatan bertahap tingkat aktivitas.
ü  Rasionalisasi : Aktivitas menjadi merupakan kontrol jantung , tingkatan regangan, aktivitas berlebih.

·         Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen dan batasi pengunjung.
ü  Rasionalisasi : Aktivitas ini dapat menjadikan bradikardi, CO menurun dan takikardi, TD meningkat

·         Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas yang berakibat nyeri
ü  Rasionalisasi : Kerja miokard menurun, sehingga komplikasi tidak terjadi.

·         Catat frekuensi jantung, irama, TD yang berubah sebelum, selama, dan sesudah aktivitas.
ü  Rasionalisasi : Respon pasien terhadap aktivitas mengindikasikan penurunan O2 aktivitas, obat.

·         Rujuk ke program rehabilitasi jantung.
ü  Rasionalisasi : Mendukung proses penyembuhan.

d)      Kelebihan volume cairan tubuh b/d penurunan GFR ginjal, retensi Natrium dan H2O.
Ø  Tujuan: tidak terjadi kelebihan cairan di dalam tubuh klien selama dalam perawatan.
v  Intervensi :
·         Auskultasi bunyi nafas (krekels).
ü  Rasionalisasi : Mengindikasikan edema paru sekunder karena dekompensasi jantung.

·         Ukur masukan dan haluaran.
ü  Rasionalisasi : Penurunan curah jantung menimbulkan gangguan gagal dan haluaran urine.

·         Timbang berat badan setiap hari.
ü  Rasionalisasi : Perubahan BB menunjukkan gangguan keseimbangan cairan.

·         Pertahankan masukan total cairan 2000 ml/24 jam karena ditoleransi kardiovaskuler.
ü  Rasionalisasi : Kebutuhan cairan memerlukan pembatasan sebagai upaya dekompensasi jantung.

·         Berikan diet rendah natrium dan diuretik .
ü  Rasionalisasi : Na meningkatkan retensi cairan dan diuretik memperbaiki cairan yang lebih





Tidak ada komentar:

Posting Komentar