Laman

Kamis, 21 Januari 2016

TERAPI CAPD





KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas kasih dan penyertaan-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ TERAPI CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) “ dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Sistem Perkemihan.
            Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari dosen pembimbing dan rekan-rekan mahsiswa sekalian sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi proses belajar dan mengajar.
Terima kasih.


Poso, 09 Agustus 2014
Penyusun

         Kelompok III








DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR....................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................2
BAB I   : PENDAHULUAN..........................................................................................3
BAB II  : PEMBAHASAN...........................................................................................4-7
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................8















BAB I
PENDAHULUAN

            Penyakit Ginjal Kronik adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami kelainan struktur atau gangguan fungsi yang sudah berlangsung lebih dari 3 bulan.
            Penyakit Ginjal Kronik bersifat progresif dan irreversibel (pada tahap lanjut tidak dapat pulih kembali). Pemasangan CAPD biasanya dilakukan pada penderita gagal ginjal.
















BAB II
PEMBAHASAN

A.    CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis)
CAPD merupakan jenis dialisis yang menggunakan membran peritoneum (selaput yang melapisi perut dan membungkus organ dalam perut) sebagai penyaring darah, sehingga darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh pasien seperti halnya proses hemodialisis.
Karena menggunakan membran peritoneum, terapi ini tidak harus dilakukan di Rumah Sakit, serta tidak perlu menggunakan mesin seperti halnya hemodialisis.
CAPD menggunakan alat yang lebih sederhana dan praktis, oleh karena itu CAPD dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien di rumah ataupun di tempat lainnya, asalkan tempat tersebut terjaga kebersihannya.
CAPD dilakukan setiap hari sebanyak 3-4 kali dengan cara memasukkan cairan kedalam rongga peritonium.
                                                                                               
B.     INDIKASI CAPD

Indikasi dilakukannya CAPD pada penderita gagal ginjal stadium terminal antara lain karena telah terjadi :
1.      Kelainan fungsi otak karena keracunan ureum (ensepalopati uremik)
2.      Gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, misalnya asidosis metabolik, hiperkalemia, dan hiperkalsemia.
3.      Kelebihan cairan (volume overload) yang memasuki paru-paru sehingga menimbulkan sesak napas berat.
4.      Gejala-gejala keracunan ureum (uremic symptoms).
                                                                               


C.    BEBERAPA HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SAAT PEMASANGAN CAPD

1.      Perpindahan cairan pada CAPD dipengaruhi oleh :
Ø  Kualitas membran
Ø  Ukuran dan karakteristik larutan
Ø  Volume dialisat
2.      Proses dialisis pada CAPD terjadi karena adanya perbedaan :
Ø  Tekanan osmotik
Ø  Konsentrasi zat terlarut antara cairan CAPD dengan plasma darah dalam pembuluh kapiler
Ø  Pada saat cairan dialisat dimasukkan dalam peritoneum, air akan diultrafitrasi dari plasma ke dialisat, sehingga meningkatkan volume cairan intraperitoneal. Peningkatan volume cairan intraperitoneal berbanding lurus dengan konsentrasi glukosa dari dialisat.
Ø  Kecepatan transport air dan zat terlarut dapat diestimasi secara periodis melalui PET (Peritoneal Equilibeum Test).
3.      Standar konsentrasi elektrolit cairan CAPD
Ø  Na (132 meq/L)
Ø  Cl (102 meq/L)
Ø  Mg (0,5 meq/L)
Ø  K (0 meq/L).


D.    CARA KERJA CAPD

Proses CAPD diawali dengan memasukkan cairan dialisat ke dalam rongga perut melalui selang kateter yang telah ditanam sebelumnya di dalam rongga perut. Ketika cairan dialisat berada dalam rongga perut terjadi proses osmosis, sehingga zat-zat racun di dalam darah akan ditarik keluar, begitu pula dengan kelebihan air juga akan ditarik.
Proses ini memerlukan waktu 4-6 jam. Proses dialisis peritoneal ini tidak menimbulkan rasa sakit dan hanya membutuhkan waktu yang singkat, terdiri dari 3 langkah, yaitu :
1.      Memasukan cairan dialisat ke dalam rongga peritonium
2.      Cairan dibiarkan dalam rongga perut untuk selama periode waktu tertentu
3.      Kelurkan cairan dari dalam peritonium.
Pilihan metode dialisis peritoneal relatif lebih fleksibel bagi pasien, karena
tidak harus pergi ke Rumah Sakit (pusat dialisis). CAPD dapat dilakukan di rumah, di tempat kerja, ataupun sedang dalam perjalanan.
                                                                                                
E.     KELEBIHAN CAPD

1.      Menggunakan peralatan yang sederhana, sehingga dapat dilakukan sendiri.
2.      Lebih fleksibel, karena tidak harus dilakukan di Rumah Sakit, sehingga memungkinkan pasien CAPD untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
3.      Pasien CAPD dapat menjalani diet dengan lebih longgar, dengan kebutuhan protein lebih tinggi, cairan, garam, dan kalium tidak harus selalu dibatasi (disbanding penderita tanpa dialisis).


F.     KEKURANGAN CAPD

1.      Resiko infeksi (peritonitis) terjadi apabila pasien tidak hati-hati dalam mengganti cairan atau kurang menjaga strilitas alat.
2.      Dapat menyebabkan timbulnya rasa jenuh, karena harus dilakukan hal yang sama setiap hari.
3.      Adanya cairan di dalam perut membuat pasien tidak nyaman dan mengganggu.
4.      Cenderung memudahkan terjadinya hernia.







Terapi CAPD bisa dilakukan pada semua penderita gagal ginjal dengan tingkat
kronis yang berbeda-beda. Hanya saja, bagi pasien yang usai mengalami pembedahan di daerah perut dan yang mengalami gangguan di bagian kulit perut tidak dianjurkan menggunakan terapi ini karena bisa infeksi.



















DAFTAR PUSTAKA

Saiffuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta. Salemba Medika
www.google.com/terapi dialisispenyakitginjal

                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar