KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas kasih dan penyertaan-Nyalah sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ TERAPI CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) “ dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Sistem Perkemihan.
Kami sadar bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari dosen pembimbing dan rekan-rekan mahsiswa sekalian sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi proses
belajar dan mengajar.
Terima
kasih.
Poso, 09 Agustus 2014
Penyusun
Kelompok III
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR....................................................................................................1
DAFTAR
ISI...................................................................................................................2
BAB I :
PENDAHULUAN..........................................................................................3
BAB II :
PEMBAHASAN...........................................................................................4-7
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Ginjal Kronik
adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami kelainan struktur atau gangguan
fungsi yang sudah berlangsung lebih dari 3 bulan.
Penyakit Ginjal Kronik bersifat
progresif dan irreversibel (pada tahap lanjut tidak dapat pulih kembali).
Pemasangan CAPD biasanya dilakukan pada penderita gagal ginjal.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
CAPD
(Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis)
CAPD merupakan jenis dialisis yang
menggunakan membran peritoneum (selaput yang melapisi perut dan membungkus
organ dalam perut) sebagai penyaring darah, sehingga darah tidak perlu
dikeluarkan dari tubuh pasien seperti halnya proses hemodialisis.
Karena menggunakan membran peritoneum,
terapi ini tidak harus dilakukan di Rumah Sakit, serta tidak perlu menggunakan
mesin seperti halnya hemodialisis.
CAPD
menggunakan alat yang lebih sederhana dan praktis, oleh karena itu CAPD dapat
dilakukan secara mandiri oleh pasien di rumah ataupun di tempat lainnya,
asalkan tempat tersebut terjaga kebersihannya.
CAPD
dilakukan setiap hari sebanyak 3-4 kali dengan cara memasukkan cairan kedalam
rongga peritonium.
B.
INDIKASI
CAPD
Indikasi dilakukannya CAPD pada
penderita gagal ginjal stadium terminal antara lain karena telah terjadi :
1. Kelainan
fungsi otak karena keracunan ureum (ensepalopati uremik)
2. Gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit, misalnya asidosis metabolik,
hiperkalemia, dan hiperkalsemia.
3. Kelebihan
cairan (volume overload) yang memasuki paru-paru sehingga menimbulkan sesak
napas berat.
4. Gejala-gejala
keracunan ureum (uremic symptoms).
C.
BEBERAPA
HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SAAT PEMASANGAN CAPD
1. Perpindahan
cairan pada CAPD dipengaruhi oleh :
Ø Kualitas
membran
Ø Ukuran
dan karakteristik larutan
Ø Volume
dialisat
2. Proses
dialisis pada CAPD terjadi karena adanya perbedaan :
Ø Tekanan
osmotik
Ø Konsentrasi
zat terlarut antara cairan CAPD dengan plasma darah dalam pembuluh kapiler
Ø Pada
saat cairan dialisat dimasukkan dalam peritoneum, air akan diultrafitrasi dari
plasma ke dialisat, sehingga meningkatkan volume cairan intraperitoneal.
Peningkatan volume cairan intraperitoneal berbanding lurus dengan konsentrasi
glukosa dari dialisat.
Ø Kecepatan
transport air dan zat terlarut dapat diestimasi secara periodis melalui PET
(Peritoneal Equilibeum Test).
3. Standar
konsentrasi elektrolit cairan CAPD
Ø Na
(132 meq/L)
Ø Cl
(102 meq/L)
Ø Mg
(0,5 meq/L)
Ø K
(0 meq/L).
D.
CARA
KERJA CAPD
Proses CAPD diawali dengan memasukkan
cairan dialisat ke dalam rongga perut melalui selang kateter yang telah ditanam
sebelumnya di dalam rongga perut. Ketika cairan dialisat berada dalam rongga
perut terjadi proses osmosis, sehingga zat-zat racun di dalam darah akan
ditarik keluar, begitu pula dengan kelebihan air juga akan ditarik.
Proses ini memerlukan waktu 4-6 jam.
Proses dialisis peritoneal ini tidak menimbulkan rasa sakit dan hanya
membutuhkan waktu yang singkat, terdiri dari 3 langkah, yaitu :
1. Memasukan
cairan dialisat ke dalam rongga peritonium
2. Cairan
dibiarkan dalam rongga perut untuk selama periode waktu tertentu
3. Kelurkan
cairan dari dalam peritonium.
Pilihan metode dialisis
peritoneal relatif lebih fleksibel bagi pasien, karena
tidak
harus pergi ke Rumah Sakit (pusat dialisis). CAPD dapat dilakukan di rumah, di
tempat kerja, ataupun sedang dalam perjalanan.
E.
KELEBIHAN
CAPD
1. Menggunakan
peralatan yang sederhana, sehingga dapat dilakukan sendiri.
2. Lebih
fleksibel, karena tidak harus dilakukan di Rumah Sakit, sehingga memungkinkan
pasien CAPD untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
3. Pasien
CAPD dapat menjalani diet dengan lebih longgar, dengan kebutuhan protein lebih
tinggi, cairan, garam, dan kalium tidak harus selalu dibatasi (disbanding
penderita tanpa dialisis).
F.
KEKURANGAN
CAPD
1. Resiko
infeksi (peritonitis) terjadi apabila pasien tidak hati-hati dalam mengganti
cairan atau kurang menjaga strilitas alat.
2. Dapat
menyebabkan timbulnya rasa jenuh, karena harus dilakukan hal yang sama setiap
hari.
3. Adanya
cairan di dalam perut membuat pasien tidak nyaman dan mengganggu.
4. Cenderung
memudahkan terjadinya hernia.
Terapi CAPD bisa
dilakukan pada semua penderita gagal ginjal dengan tingkat
kronis
yang berbeda-beda. Hanya saja, bagi pasien yang usai mengalami pembedahan di
daerah perut dan yang mengalami gangguan di bagian kulit perut tidak dianjurkan
menggunakan terapi ini karena bisa infeksi.
DAFTAR
PUSTAKA
Saiffuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta. Salemba Medika
www.google.com/terapi dialisispenyakitginjal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar