BAB I
PENDAHULUAN
A.
Pengertian
Hipertiroidisme adalah
keadaan dimana terjadi peningkatan hormone tiroid lebih dari yang dibutuhkan
tubuh. Trirotoksikosis merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi
klinis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormone
tiroid.(Tarwoto 2012)
Hipertiroid
adalah keadaan hipermetabolik yang disebabkan oleh meningkatnya kadar T3 dan T4
bebas terutama disebabkan oleh hiperfungsi kelenjar tiroid (Robbins.2007)
Hipertiroidisme
adalah keadaan tirotoksikosis sebagai akibat
dari produksi tiroid, yang merupakan akibat dari fungsi tiroid yang
berlebihan.
Hipertiroidisme
(Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh
kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid
yang berlebihan di dalam darah. Krisis tiroid merupakan suatu keadaan klinis
hipertiroidisme yang paling berat mengancam jiwa, umumnya
keadaan ini timbul pada pasien dengan
dasar penyakit Graves atau Struma multinodular
toksik, dan berhubungan dengan faktor pencetus:
infeksi, operasi, trauma, zat kontras
beriodium, hipoglikemia, partus, stress emosi,
penghentian obat anti tiroid, ketoasidosis
diabetikum, tromboemboli paru, penyakit serebrovaskular/strok, palpasi tiroid
terlalu kuat.
B.
Etiologi
Penyebab
hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis, penyakit graves, nodul tiroid,
tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan pengobatan hipotiroid.
1.
Adenoma
hipofisis, penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisi dan jarang
terjadi.
2.
Penyakit
graves
Penyakit graves atau toksik goiter
diffuse merupakan penyakit yang disebabkan karena autoimun, yaitu dengan
terbentuknya antibody yang disebut thyroid-stimulating
immunoglobulin (TSI) yang melekati sel – sel tiroid. TSI meniru tindakan
TSH dan merangsang tiroid untuk membuat hormone tiroid terlalu banyak.Penyakit
ini dicirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid (goiter) dan
eksoflatmus (mata yang melotot)
3.
Tiroiditis
Merupakan inflamasi kelenjar tiroid
yang biasanya disebabkan oleh bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphylococcus aureus dan pneumococcus pneumonia. Reaksi peradangan
ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid, kerusakan sel dan peningktan
jumlah hormone tiroid.
Tiroiditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis postpartum, dan
tiroiditis tersembunyi. Pada
tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya hilang
dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Tiroiditis postpartum terjadi sekitar
8 persen wanita setelah beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya di yakini adalah
autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis sub akut, tiroiditis wanita dengan
postpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar
sembuh. Tiroiditis tersebunyi juga disebabkan karena autoimun dan pasien tidak
mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga terjadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis
tersembunyi dapat mengakibatkan tiroiditis permanen.
4.
Konsumsi
yodium yang berlebihan yang mengakibatkan peningkatan sistesis hormone tiroid.
5.
Terapi
hipotiroid, pemberian obat-obatan hipotiroid untuk menstimulasi sekresi hormone
tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah hormone
tiroid.
C.
Patofisiologi
Pasien
dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormone tiroid yang lebih banyak,
karena berbagai factor penyebab yang tidak dapat dikontrol melalui mekanisme
normal. Peningkatan hormone tiroid menyebabkan peningkatan metabolisme rate,
meningkatkan aktivitas saraf simpatis. Peningkatan metabolismen rate menybabkan
peningkatan produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringat
dan penurunan toleransi terhadap panas. Laju metabolism yang meningkat menimbulkan
peningkatan kebutuhan metabolic, sehingga berat badan pasien akan berkurang
karena membakar cadangan energy yang tersedia. Keadaan ini menimbulkan
degradasi simpanan karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan protein
otot juga berkurang.
Peningkatan
aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada system kardiovaskuler yaitu dengan
menstimulasi peningkatan reseptor beta adrenergic, sehingga denyut nadi menjadi
lebih cepat, peningktan kardiak output, stroke volume, aliran darah perifer
serta respon adrenergic lainnya. Peningkatan hormone tiroid juga berpengaruh
terhadap sekresi dan metabolisme hipotalamus, hipofisis dalam mensekresi
hormone gonad, sehingga pada individu yang belum pubertas mengakibatkan
kelambatan dalam fungsi seksual, sedangakan pada usia dewasa mengakibatkan
penurunan libdo, infertile dan menstruasi tidak teratur.
D.
PKDM
(PENYIMPANGAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA)
Tiroiditis Penyakit Graves Nodul tiroid toxic
Sekresi Hormon Tiroid me
Hipertiroidisme
Metabolisme me Aktivitas Simpatik Berlebihan
Pe BB Ketidak
seimbangan energy
Perub.Nutrisi Keletihan Perub.konduksi
listrik jantung
Kurang dari kebutuhan
Beban
kerja jantung
Intoleran aktivitas
Aritmia,
disritmia
Penurunan
curah jantung
E.
Manifestasi
Klinis
1.
System Kardiovaskuler : meningkatnya hate rate, stroke
volum, kardiak output, peningkatan kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan
vaskuler perifer resisten, tekanan darah systole dan diastole meningkat 10-15
mmHg, palpitasi, disritmia, kemungkinan gagal jantung, edema.
2.
System Pernapasan : Pernapasan cepat dan dalam,
bernapas pendek, penurunan kapasitas paru.
3.
System Perkemihan: resistensi cairan, meurunnya output
urin.
4.
System gastrointestinal: Meningkatkan peristaltic usus,
pningkatan nafsu makan, penurunan berat badan, diare, peningkatan penggunaan
adipose dan protein, penurunan serum lipid, peningkatan sekresi
gastrointestinal, hiponatremia, muntah dan kram abdomen.
5.
System Muskuloskeletal : Keseimbangan proten negative,
kelemahan otot, kelelahan, tremor.
6.
System Integumen : berkeringat yang berlebihan, kulit
lembab, merah, hangat, tidak toleran panas, kedaan rambut lurus, lembut, halus
dan mungkin terjadi kerontokan rambut.
7.
System Endokrin : biasanya terjadi pembesaran
kelenjar tiroid.
8.
System Saraf : meningkatnya refleks tendon dalam,
tremor halus, gugup, gelisah, emosi tidak stabil seperti kecemasan, curiga,
tegang dan emosional.
9.
System Reproduksi : Amenorahea, anovulasi, mens tidak
teratur, menurunya libido, impoten.
10.
Eksoftalmus : yaitu keadaan dimana bola mata
menonjol ke depan seperti mau keluar. Eksoftalmus terjadi karena adanya
penimbunan karbohidrat kompleks yang menahan air di belakang mata. Retensi
cairan ini mendorong bola mata Nampak menonjol keluar ringga orbita. Pada
kedaan ini dapat terjadi kesulitan dalam menutup mata secara sempurna sehingga
mata menjadi kering, iritasi atau kelainan kornea.
F.
Komplikasi
1.
Eksoftalmus,
kedaan ini dimana bola mata pasien menonjol keluar. Hal ini disebabkan karena
penumpukan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata. Biasanya
terjadi pada pasien dengan penyakit graves.
2.
Penyakit
jantung, terutama kardiotitis dan gagal jantung.
3. Stroma tiroid (tirotoksikosis), pada
periode akut pasien mengalami dengan demam tinggi, takhikardia berat, delirium,
dehidrasi dan iritabilitas yang ekstrem. Keadaan ini merupakan keadaan
emergensi, sehingga penaanganan harus lebih khusus, fakor presipitasi yang
berhubungan sengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis
dan tidak tertangani, infeksi ablai tiroid, pembedahan, trauma, mikardiak
infark, over dosis obat. Penganan pasien dengan stroma tiroid adalah konversi
T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormone terhadap jaringan tubh. Obat-obatann
yang diberikan untuk menghambat kerja hormone tersebut diantaranya sodium ioded
intravena, glucocorticoid, dexamethasone dan propylthiouracil oral. Beta-bolekrs diberikan untuk efek
stimulasi saraf simpatetik dan takikarida
G.
Test
Diagnostik
1.
Pemerikasaan
laboratorium
·
Serum
T3, terjadi peningkatan (N : 70 – 250 ng/dl atau 1.2 - 3.4 Sl unit)
·
Serum
T4, terjadi peningkatan (N : 4 – 12 mcg/dl atau 51 – 154 Sl unit)
·
In
deks T4 bebas, meningkat (N : 0,8 – 2,4 ng/dl atau 10 – 31Sl unit)
·
T3RU,
meningkat 9N : 24 – 34%)
·
TRH
Stimulation test, menurun atau tidak ada respon TSH
·
Tiroid
antibody antiglobulan antibody, titer antiglobulin antibody tinggi (N : titer
<1 : 100)
·
Tirotropin
reseptor antibody (TSH-RAb), terjadi peningkatan pada penyakit graves.
2.
Test
penunjang lainnya
·
CT
scan tiroid, mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar tiroid, iodine radioaktif(RAI)
diberikan secara oral kenudian diukur pengambilan iodin oleh kelenjar tiroid.
Normalnya tiroid akan mengambil iodine 5 – 35% dari dosis yang diberikan
setelah 24 jam. Pada pasien hipertiroid akan meningkat.
·
USG
: untuk mengetahui ukuran dana komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa atau
nodule.
·
EKG:
untuk menilai kerja hjantung, mengetahui adanya takikardia, atrial fibrilasi
dan perubahan gelombang P dan T.
H. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk membawa tingkat hormion
tiroid ke keadaan normal, sehingga mencegah komplikasi jangka panjang, dan
mengurangi gejala tidak nyaman. Tidak bekerja pengobatan tunggal untu semua
orang. Tiga pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod, dan pembedahan.
1.
Obat
– obatan anti tiroid (OAT)
·
Propylthiouracil
(PTU), merupakan obat antihipertiriod pilihan, tetapi mempunyai efek samping
agranulocitiosis sehingga sebelum diberikan harus dicek sel darah putihnya, PTU
tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg.
·
Methiomozole
(Tapazole), bekerja dengan cara memblok sreaksi hormone tiroid dalam tubuh.
Obat ini mempunyai efek samping angranulositosis, nyeri kepala, mual muntah,
diare, jaudisce , ultikaria. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 5 dan 20 mg.
·
Adrenargik
bloker, seperti propanol dapat diberikan untuk mengontrol aktivitas saraf
simpatetik, misalnya adanya takhikardia, palpitasi, tremor.
·
Pada
pasien graves yang pertamakali iberikan OAT dosis tinggi, PTU 300-600 mg/hr
atau methimazole 40-45 mg/hr
2.
Radioiod
Terapi
Radioaktif iodine-133, yodium radioaktif secara bertahap
akan mengahancurkan sel – sel yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak akan
menghentikan produksi hormone tiroid.
3.
Bedah
Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial
(tiroidektomy). Operasi efektif dilakukan pada pasien dengan penyakit graves.
Efek samping yang mungkin terjadi pada pembedahan adalah gangguan suara dan
kelumpuhan saraf kelenjar tiroid.
4.
Pemenuhan
kebutuhan nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein, 3000 – 4000 kalori.
BAB
II
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Data demografi
Data demograf yang penting dikaji
adalah usia dan jenis kelamin, karena merupakan factor yang berpengaruh
terhadap hipertiroid.
2. Riwayat kesehatan
a.
Riwayat
keluarga dengan factor genetic, penyakit tiroid yang dialami, riwayat
pengobatan dengan radiasi di leher, adanya tumor, riwayat trauma kepala,
infeksi, riwayat penggunaan obat-obatan seperti thionamide, lithium,
amiodarone, interferon alpha.
b.
Riwayat
social ekonomi : kemampuan memlihari kesehatan, konsumsi dan pola makan, porsi
makanan.
3. Keluhan Utama
a.
Kaji
hubungan dengan hipermetabolisme
·
Penurunan
berat badan
·
Peningkatann
suhu tubuh
·
Kelelahan
·
Makan
dengan porsi banyak atau sering
b.
Kaji
yang berhubungan dengan aktivitas
·
Cepat
lelah
·
Intoleran
aktivitas
·
Tremor
·
Insomnia
c.
Kaji
yang berhubungan dengan gangguan persarfan
·
Iritabilitas
·
Emosi
tidak stabil seperti cemas, mudah tersinggung
d.
Kaji
berhubungan dengan gangguan penglihatan
·
Gangguan
tajam penglihatan
·
Pandangan
ganda
e.
Kaji
yang berhubungan dengan gangguan seksual
·
Amenorrhea,
mens tidak teratur
·
Menurunnya
infertile, resiko absorpsi spontan
·
Menurunnya
libido
·
Menurunnya
perkembagan fungsi seksual
·
Impoten
f.
Kaji
yang berhubungan dengan penyakit graves
·
Eksoftalmus
·
Pembesaran
kelenjar tiroid
4. Pengkajian psikososial
Pasien dengan hipertiroid biasanya
menanmpakkan suasana hati yang tidak stabil, penurunan terhadap perhatian dan
menunjukkan perilaku maniak. Sering juga didapatkan gangguan tidur.
5. Pemeriksaan fisik
a.
Observasi
dan pemeriksaan kelenjar tiroid
Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau
pembesaran. Observasi ukuran dan kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat
terjadi empat kali dari ukuran normal.
b.
Optalmopathy
(penampilan dan fungsi mata yang tidak normal)
Pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak
mata dan penonjolan bola mata. Pada tiroksikosis kelopak mata mengalami
kegagalan untuk turun ketika klien melihat kebawah.
c.
Observasi
adanya bola mata yang menonjol karena edema pada otot ektraokuler dan
peningkatan jaringan di bawah mata. Penekanan pada saraf mata dapat
mengakibatkan kerusakan pandangan seperti penglihatan ganda, tajam penglihatan.
Adanya iritasi mata karena kesulitan menutup mata secara sempurna perlu
dilakukan pengkajian.
d.
Pemeriksaan
jantung, komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan jantung
seperti kardiodititis dan gagal jantung, oleh karenanya pemeriksaan jantung
perlu dilakukan seperti tekanan darah, takhikardia, disritmia, bunyi jantung,
pembesaran jantung.
e.
Musculoskeletal,
biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hiperkatif pada reflex tendon dan
tremor, iritabilitas.
B.
Diagnosa
dan Intervensi Keperawatan
1.
Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan meningktnya metabolism
rate
Tujuan :
·
Kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
·
Berat
badan pasien dalam batas normal
·
BUN
dan seru albumin, Hct, Hb dan kadar limfosit dalam batas normal.
·
Tidak
ada penurunan lebih lanjut dalam kekuatan dan toleransi aktivitas
·
Mukosa
mulut utuh dan normal
Data yang
mungkin muncul
·
Adanya
tanda – tanda dan gejala kekurangan gizi
·
Berat
badan kurang dari normal
·
Nilai
BUN tidak normal dan serum albumun rendah, Hct, Hb, dan kadar limfosit.
·
Kelemahan
dan kelelahan, sakit radang selaput lendir mulut konjungtiva pucat.
Intervensi Keperawatan
|
Rasional
|
1.
Monitor
presentase mengkonsumsi makanan dan snack klien, catat pola asupan yang
memadai
|
·
Menerapkan
langkah – langkah untuk mempertahankan satatus gizi yang memadai
|
2.
Lakukan
tindakan untuk meningkatkan asupan oral
|
·
Memperoleh
konsultasi diet jika diperlukan untuk membantu klien dalam memilih
makanan/cairan yang memenuhi kebutuhan gizi, yang menarik, dan mematuhi
preferensi pribadi dan budaya
|
3.
Dorong
masa istirahat sebelum makan untuk mengurangi kelelahan
|
·
Makan
dalam keadaan rileks tidak terburu - buru
|
4.
Jaga
lingkungan yang bersih dan santai, suasana yang menyenangkan
|
·
Meningkatkan selera makan
|
5.
Jaga
kebersihan oral sebelum makan
|
·
Menghilangkan
rasa tidak menyenangkan, menigkatkan rasa makanan/cairan
|
6.
Berikan
makan pasien dalam porsi kecil tetapi sering
|
·
Mengurangi
mual dan memenuhi kebutuhan nutrisi.
|
7.
Terapkan
langkah – langkah untuk mencegah distensi gastrointestinal seperti posisi
saat makan duduk atau semi fowler
|
·
Untuk
mencegah perasaan kepenuhan dan awal kenyang
|
8.
Berikan
makanan kesukaan pasien dengan tanpa kontraindikasi
|
·
Meningkatkan
asupan makanan
|
9.
Hindari
terlalu banyak minum sat makan
|
·
Minum
yang banyak akan mengurangi nafsu makan.
|
10.
Kurangi
aktivitas dan tingkat stress pasien
|
·
Aktivitas
yang meningkatkan dan stress akan meningkatkan metabolism rate
|
11.
Pastikan
makanan yang dimakan adalah tinggi kalori dan tinggi protein
|
·
Memenuhi
kebutuhan kalori tubuh
|
12.
Kolaborasi
dengan dokter dan ahli gizi alam perencaan nutrisi pasien.
|
·
Kerja
tim kesehatan saling melengkapi terhadap masalah ppasien.
|
13.
Timbang
berat badan setiap 3 hari
|
·
Mengevaluasi
adanya kemajuan dalam peningkatan berat badan
|
14.
Evaluasi
adanya tanda – tanda anemia seperti
pucat, sclera anemis, lemah, lesu
|
·
Anemia
menunjukkan adanya nutrisi yang kurang
|
15.
Monitor
hasil laboratorium seperti Hb, alnumin dan eritrosit
|
·
Mengevaluasi
status nutrisi pasien
|
16.
Pendidikan
kesehatan tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi
|
·
Peningkatan
pengetahuan dan pemahaman tentang nutrisi memungkinkan pasien sadar akan
dirinya terhadap kebutuhan nutrisinya.
|
2. Intoleran aktivitas berhubungan
dengan kelelahan sekunder terhadap meningkatnya metabolism, gagal jantung.
Tujuan :
Pasien mampu melakukan aktivtas
secara normal
Kriteria hasil :
·
Pasien
dapat melakukan aktivitas normal
·
Pasien
dapat mempertahankan keseimbangan istirahat dan aktivtas.
·
Pasien
dapay beradaptasi dalam kegiatan fisik, ditandai dengan peningkatan denyut
jantung, tekanan darah, dan nadi dalam batas normal.
·
Mengungkapkan
pemahaman tentang kebutuhan untuk menyeimbangkan istirahat dan aktivitas
·
Menunjukan
peningkatan toleransi aktivitas.
Data yang mungkin muncul
·
Adanya
tanda – tanda anemia
·
Kelelahan
setelah melaksanakan aktivitas
·
Ketidakmampuan
melaksanakan ativitas
·
Nadi
meningkat setelah melakasanakan aktivtas
·
Pernafasan
dan denyut jantung yang cepat
Intervensi keperawatan
|
Rasional
|
1.
Tentukan
penyebab dari intoleransi aktivitas apakah factor fisik, psikologis, atau
motivasi
|
·
Menentukan
penyebab dan dapat membantu intervensi yang tepat
|
2.
Nilai
klien setiap hari untuk kesesuaian kegiatan dan beristirahat atau tidur
|
·
Perintah
tidak tepat tidur untuk istirahat berkepanjangan dapt menyebabkan intoleransi
aktivitas
|
3.
Hindari
terlalu lama badrest
|
·
Terlalu
lama badrest mengakibatkan penurunan fungsi paru, jantung dan alat gerak
|
4.
Jika
diperlukan, secara bertahap meningkatkan aktivitas, sehingga memungkinkan
klien untuk merubah posisi, mentransfer, dan perawatan diri sedini mungkin
|
·
Meningkatkan
membantu untuk mempertahankan kekuatan otot, dan daya tahan, memungkinkan
klien untuk berpartisipasi mengurangi persepsi klien sebagai tidak mempu dan
lemah
|
5.
Pastikan
klien melakuan perubahan posisi perlahan – lahan
|
·
Melatih
kemampuan aktivitas pasien
|
6.
Pertimbangkan
menggunakan kursi atau tempat tidur untuk klien yang tidak bisa bangun dari
tempat tidur
|
·
Istirahat
ditempat tidur dalam posisi terlentang akan mengalami kehilangan volume
plasma, yang berkontribusi terhadap hipotensi postural dan sinkop
|
7.
Ketika
melakukan aktivitas, amati untuk gejala intoleransi seperti mual, pucat,
pusing, pandangan kabur, dan kesadaran terganggu, serta perubahan tanda vital
|
·
Aktivtias
membutuhkan energy termasuk meningkatkan kerja jantung dan tanggapan tekanan
darah.
|
8.
Lakukan
gerakan latihan pasif jika klien dapat mentolerir aktivitas
|
·
Gerak
latihan pasif memberikan kontribusi untuk meningkatkan tonus otot dan
mencegah terjadinya kontraktur dan keterbatasan pergerakan.
|
9.
Lakukan
istirahat diantara periode aktivitas.
|
·
Periode
istirahat penurunan konsumsi oksigen
|
10. Perhatikan integritas kulit beberapa kali sehari
|
·
Kegiatan
intoleransi dapat menyebabkan ulkus tekanan, kelembaban, gesekan,
predisposisi perkembangan ulkus.
|
BAB IV
CONTOH KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN HIPERTIROID
PADA BANGSAL MAWAR RUMAH SAKIT SEJAHTERA
SLEMAN
KASUS
Ny.X
( 38th ) datang ke RS Sejahtera dengan keluhan cepat letih,tidak tahan terhadap
panasnya matahari,gemetaran,penurunan berat badan walaupun nafsu makan baik.
Pada pemeriksaan didapatkan exoptalmus,palpitasi,takikardi,dan tremor. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar hormone TH dan TSH tinggi,riwayat
Ny.X adalah sering mengkomsumsi yodium yang banyak.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal / jam
MRS
: 3 juni 2013
Ruang
: Mawar
No.
Register
: 123456
Dx
medis
: hiperteroid
Tanggal
Pengkajian
: 10 juni 2013
1.
Biodata :
Pasien
Nama/umur
: Ny.X (38 tahun)
Jenis
kelamin
: perempuan
Agama
: Islam
Suku
Bangsa
: Indonesia
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: -
Status
Pernikahan
: menikah
Alamat : Jl.Mangga No.4 Sleman Yogyakarta
Penanggung
jawab
Nama/Umur
: Tn.A/ 40 th
Jenis
kelamin
: laki-laki
Hubungan dengan pasien : istri
Alamat
:Jl.Mangga No.4 Sleman Yogyakarta
2.
Riwayat Sakit dan Kesehatan
a.
Keluhan Utama
Cepat letih,tidak tahan terhadap
panas matahari,gemetaran,penurunan berat badan walaupun nafsumakan baik.
b.
Riwayat Penyakit Sekarang
Cepat letih,tidak tahan terhadap panas matahari,gemetaran.
c.
Riwayat
Penyakit Dahulu
Klien mengatakan tidak pernah
mengalami penyakit Serupa.
d.
Riwayat
Penyakit Keluarga
Keluarga
klien tidak pernah memiliki riwayat penyakit yang sama dengan klien.
3.
Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan Umum :
Kesadaran
: Compos Mentis
TTV : TD
:130/90 mmHg RR : 24x/m
N
: 110x/m SB : 37°C
BB Sebelum
/ Sesudah sakit ; 60 Kg / 50 Kg TB
: 180 cm
b. Kepala
· Kulit
: tampak bersih
· Rambut
: Persebaran merata,warna hitam,tidak lembab dan tidak berminyak
· Muka
: tidak terdapat lesi dan edema, bersih dan simetris
· Mata
:
- Konjungtiva
: tampak anemis, pucat,warna agak kekunngan
- Sclera
: tampak edema
- Pupil
: isokor
- Palpebra
: edema
- Lensa
: tidak bening, keruh
- Visus
: tidak ada gangguan
- Buta
warna
: klien tidak buta warna
· Hidung
: bersih,tidak ada polip dan tidak ada secret
· Mulut
:
- Gigi
: bersih, tidak ada caries, tidak menggunakan gigi palsu
- Bibir
: tidak ada stomatitis, mukosa lembab
· Telinga
: bersih, tidak ada secret
· Leher
:tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugulari
· Tenggorokan
: tidak ada nyeri telan dan pembesaran tonsil
c.
Dada :
1. Inspeksi
: tampak simetris ka/ki
2. Pulmo
:
Palpasi
: batas paru teraba ICS1-ICS5 sinistra dextra
Perkusi
: terdengar timpani seluruh lapang paru
Auskultasi
: suara vesikuler seluruh lapang paru
3. Cor
:
Palpasi
: Ictus cordis : teraba di ICS 5 midclavikula sinistra
Perkusi
: batas jantung : Dx:ICS3 dan S:ICS5
Asukultasi
:
ü bunyi jantung I
(SI) : tidak terdengar terdengar LUB (ICS2
midclavikula sinistra)
ü Bunyi jantung
II (SII) :tidak terdapat/ terdengar DUP(ICS 4 midslavicula sinistra)
ü Bunyi jantung
III (SIII) : tidak terdengar
ü Murmur :
tidak terdengar
d.
Abdomen
1. Inspeksi :
Bentuk
: tampak asites pada kuadaran kanan atas
Tepi
perut
: terlihat asites
Bendungan
: tidak terdapat bendungan vena
Asites
: terdapat asites
2. Perkusi
:
ü kuadran kanan
atas terdengar pekak pada hepar
ü Kuadran kiri
atas terdengar timpani pada gaster
3. Palpasi
:
Nyeri
: tidak terdapat nyeri tekan
Massa/benjolan
: terdapat massa kuadran kanan atas
Pembesaran hepar
: terjadi pembesaran hepar/hepatomegali
Titik Mc
Burney
: tidak ada nyeri tekan pada Mc burney
e.
Musculoskeletal
Ø Ektremitas
superior
:
· Kekuatan otot
ka/ki : 5/5
· ROM ka/ki
: penuh
· Capillary
refile : <
2 detik
· Pitting
edema
: kurang dari 4 detik
· Akral
: hangat
Ø Ektremitas
inferior :
· Kekuatan otot ka/ki
: 5/5
· ROM
ka/ki
: penuh
· Capillary
refile : <
2 detik
· Pitting
edema
: <4 detik
· Akral
: hangat
· Terdapat oedem
pada ektremitas inferior
f.
Integumen
1. Warna
kulit
: kulit tampak menguning
2. Turgor
: elastis
3. Lesi
: tidak terdapat lesi
4. Vulnus
: tidak terdapat vulnus
5. Edema
: ada edema pada ekstremitas infeior
6. Bercak
: tidak ada bercak
7. Bengkak
: ada bengkak pada ekstremitas inferior
g.
Genetalia dan rektum
1
Inspeksi
: tidak terdapat masa dan benjolan
2
palpasi
: tidak teraba massa
h.
Terapi Medis
CairanIV :NACL 500 cc /
20 tpm
Obatperoral :1.karbimatop
30-60 mg/hari
2.metimazol 30-60 mg/hari
3.propiltiourasil 300-600 mg/hari
i.
Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan
|
Tanggal
|
Hasil
|
Nilai normal
|
Keterang
|
Laboratorium
|
3/.6/2013
|
Kadar hormon
TH dan TSH
|
Terjadi
peningkatan
|
|
Photo rotgen
|
|
|||
USG
|
3/o/2013
|
tampak
pembesaran oragan hati, asites +
|
Terjadi
gangguan fungsi hati
|
|
Lain-Lain :
|
4.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Kep.
|
Tujuan
& Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
Keletihan berhubungan dengan
ketidasembangan energi dan kebutuhan tubuh
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam keletihan klien dapat teratasi.
Dengan KH:
· Kemampuan aktivitas klien adekuat
· tidak ada takikardi dan palpitasi
· Keseimbangan aktivitas dan istirahat
|
· Kaji respon kardiorespirasi terhadapat aktivitas .
· Ajarkan teknik dan manajemen aktivitas
· Dorong klien dan keluarga untuk mengespresikan
perasaannya.
· Catat aktivitas yang meningkat keletihan
|
· Mengetahui tingkat aktivitas yang di toleransi secara
fisiologis
· Mencegah terjadinya kelelahan
· Mengurangi keletihan
· Mengetahui kelethan dan kelelahan klien dalam melakukan
aktivitas
|
Penurunan curah jantung
berhubungan dengan palpitasi dan takikardi
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam di harapkan penurunan curah jantung klien dapat
teratasi.
Dengan KH:
· Tanda – tanda vital dalam batas normal
· Dapat mentoleransi aktivitas,tidak ada kelelahan
|
· Kaji tanda-tanda vital klien
· Catat tanda dan gejala adanya penurunan curah jantung
· Batasi aktivitas klien
· Anjurkan klien untuk menurunkan stress
|
· Mengetahui tanda-tanda vital klien
· Mengetahui adanya penurunan curah jantung
· Untuk mengurangi kelelahan dan dan keletihan
· Mengetahui apakah ada nyeri dada
· Lingkungan yang nyaman dapat mengurangi stress klien
|
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Dengan KH:
· BB klien kembali normal
|
· Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi
· Timbang berat badan klien
· Kaji faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi
· Monitor lingkungan selama makan
· Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kalori dan
nutrisi klien
|
Mengetahui pola nutrisi klien
Mengetahui berat badan klien
Mengidentifikasi factor penyebab
Lingkungan nyaman meningkatkan nafsu makan
Menentukan
kebutuhan kalori dan nutrisi klien
|
DAFTAR
PUSTAKA
Tarwoto,dkk. 2012. Keperawatan
Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin ;TIM Jakarta
http://www.drt.net.id/sistim+endokrinkelenjartiroid/peduli.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar