Laman

Rabu, 20 Januari 2016

ASUHAN KEPERAWATAN DAN KASUS SECTIO CAESAREA





BAB I
PENDAHULUAN

Sectio Caesarea
A.    Definisi
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

B.     Jenis – jenis operasi sc
Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
1.      Sectio caesarea transperitonealis
SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
a.       Kelebihan :
-          Mengeluarkan janin dengan cepat
-          Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
-          Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal
b.      Kekurangan
-          Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baik
-          Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan
-          SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim)
-          Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm
2.      Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
a.       Sayatan memanjang ( longitudinal )
b.      Sayatan melintang ( Transversal )
c.       Sayatan huruf T ( T insicion )


C.    Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia ).
a.       Fetal distress
b.      His lemah / melemah
c.       Janin dalam posisi sungsang atau melintang
d.      Bayi besar ( BBL ³ 4,2 kg )
e.       Plasenta previa
f.       Kelainan letak
g.      Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul )
h.      Rupture uteri mengancam
i.        Hydrocephalus
j.        Panggul sempit
k.      Problema plasenta

D.    Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
1.      Infeksi puerperal ( Nifas )
a.       Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b.      Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
c.       Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2.      Perdarahan
a.       Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b.      Perdarahan pada plasenta bed
3.      Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi
4.      Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya


E.     Pemeriksaan penunjang
1.      Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2.      Pemantauan EKG
3.      JDL dengan diferensial
4.      Elektrolit
5.      Hemoglobin/Hematokrit
6.      Golongan darah
7.      Urinalisis
8.      Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
9.      Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.
10.  Ultrasound sesuai pesanan

F.     Penatalaksanaan
1.      Untuk wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntikan intramuscular 75mg meperidin setiap 3jam sekali bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit.
2.      Untuk wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis meperidin yang diberikan adalah 50mg  atau jika ukuran tubuhnya besar, dosis yang lebih tepat adalah 100mg meperidin.
3.      Pasien dievalusi  sekurang-kurangnya setiap satu jam sekali selama paling sedikit4jam, tekanan darah nadi, jumlah urin serta jumlah darah yang hilang dan keadaan fundus uteri harus diperiksa setiap saat.
4.      Berikan 3 lt larutan termasuk larutan ringer laktat.
5.      Berikan cairan infus sesuai dengan kebutuhan.
6.      Bantu klien untuk mengosongkan vesika urinaria sebelum terjadi distensi.
7.      Sarankan pada klien untuk mela kukan ambulasi dini.
8.      Inspeksi luka insisi setiap hari 
9.      Ukur hematokrit secara rutin pada pagi hari setelah operasi.
10.  Berikan terapi zat besi atau transfusi darah untuk menghasilkan perbaikan hematologis
11.  Berikan nasehat dan konseling pasca operasi.



Ibu Hamil Dengan Hipertiroidisme
A.    Definisi
Hipertiroid pada kehamilan ( morbus basodowi ) adalah hiperfungsi kelenjar tiroid ditandai dengan naiknya metabolism basal15-20 %, kadang kala diserta pembesaran ringan kelenjar tiroid. Penderita hipertiroid biasanya mengalami gangguan haid ataupun kemandulan. Kadang juga terjadi kehamilan atau timbul penyakit baru, timbul dalam masa kehamilan. Kejadian penyakit ini diperkirakan 1:1000 dan dalam kehamilan umunya disebabkan oleh adenoma tunggal. Pasien dengan penyakit primer ini mungkin mengidap batu ginjal, penyakit tulang atau tanpa gejala.

B.     Etiologi
Hipertiroid :
1.      Pembesaran kelenjar tiroid
2.      Hiperfungsi kelenjar tiroid
3.      Peningkatan metabolism basal 15-20 %

C.    Patofisiologi
      Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normal, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke salam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih besar dari pada normal.
      Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan-bahan ini adalah antibody immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berkaitan  dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi CAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
      Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardia atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormone tiroid pada system kardiovaskular. Eksopthalamus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.

D.    Tanda dan gejala
Hipertiroid :
1.      Eksoftalmus
2.      Tremor
3.      Takikardia
4.      Pembesaran kelenjar tiroid
5.      Hiperkinesis
6.      Kenaikan BMR sampai 25 %
7.      Aneroksia
8.      Lekas letih
9.      Kesulitan dalam menelan
10.  Mual dan muntah
11.  Konstipasi
12.  Hiptonik obat.


E.     Komplikasi
Kematian meningkat dan dapat mencapai 50 %. Pembedahan adalah terapi yang dianjurkan, tetapi mungkin timbul hipokalsemia pasca bedah. Kalau perlu dilakukan pemeriksaan kalsium berkala dan bila nyata harus dilakukan koreksi dengan kalsium glokonat 2-3 x 20 ml cairan 10 %, bila keluhan menjadi ringan, diet makanan kalsium 4 gelas susu / hari dapat dianjurkan. Dalam kenyataan tetani neonatal sering membantu dalam memerlukan hiperparatiriodisme ibu, yang kemudian dioperasi untuk mengangkat adenomanya.

F.     Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
1.      TSH serum (biasanya menurun)
2.      T3, T4 (biasanya meningkat)
3.      Test darah hormon tiroid
4.      X-ray scan, CAT scan, MRI scan (untuk mendeteksi adanya tumor)

G.    Penatalaksanaan
1.      Pemberian obat-obat profil tluarasil dan metiazol dosis rendah
2.      Operasi tiroidektomi, lakukan pada trimester III.
3.      Penanganan abortus, janin mati, persalinan preterm lakukan di RS
4.      Atasi komplikasi terhadap kehamilan maupun metabolik
5.      Tirah baring dilakuakn untuk mengurangi aktivitas yang berlebihan dan kestabilan emosi. 









BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

Sectio Caesarea
A.    Pengkajian
1.      Sirkulasi : Kehilangan darah selama prosedur kira-kira 400 – 500 cc.
2.      Makanan / cairan : Abdomen lunak tidak ada distensi.
3.      Neurosensori : Kerusakan gerakan dan sensasi dibawah tingkat anestesi spinal epidural
4.      Nyeri / Ketidaknyamanan: Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya trauma bedah atau insisi, nyeri penyerta, distensi kandung kemih atau abdomen, efek-efek anestesi, mulut kering.
5.      Pernafasan : Bunyi paru jelas dan vasikuler.
6.      Keamanan : Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda darah atau kering.
7.      Organ Reproduksi : Fundus uteri berkontraksi kuat dan terletak di umbilicus.
8.      Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan berlebihan atau banyak.

B.     Dignosa keperawatan 
1.      Ansietas berhubungan dengan pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan
2.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan destruksi pertahanan terhadap bakteri
3.      Nyeri akut berhubungan dengan insisi, flatus dan mobilitas.

C.    Intervensi
1.      Ansietas berhubungan dengan pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan
Intervensi :
-          Lakukan pendekatan diri pada pasien supaya pasien merasa nyaman.
R/ Rasa nyaman akan menumbuhkan rasa tenang, tidak cemas serta kepercayaan pada perawat.
-          Berikan nutrisi yang adekuat
R/ Nutrisi yang adekuat akan menghasilkan daua tubuh yang optimal.
-          Berikan penkes untuk menjaga daya tahan tubuh, kebersihan luka, serta tanda-tanda infeksi dini pada luka
R/ Dengan adanya partisipasi dari pasien, maka kesembuhan luka dapat lebih mudah terwujud
-          Ajarkan mobilitas yang memungkinkan tiap jam sekali
R/ Mobilitas dapat merangsang peristaltik usus sehingga mempercepat flatus.

2.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan destruksi pertahanan terhadap bakteri
Intervensi :
-          Implementasikan tehnik isolasi yang sesuai indikasi.
R/ Isolasi dapat direntang dari luka sederhana atau kulit samapi komplit.
-          Tekankan pentingnya tehnik cuci tangan yang baik unutk semua individu yang datang kontak dengan pasien.
R/ Mencegah kontaminasi silang: menurunkan resiko infeksi.
-          Awasi atau batasi pengunjung, bila perlu. Jelaskan prosedur isolasi terhadap pengunjung bila perlu
R/ Mencegah kontaminasi silang dari pengunjung. Masalah resiko infeksi harus seimbang melawan kebutuhan pasien untuk dukungan keluarga dan sosialisasi.

3.      Nyeri akut berhubungan dengan insisi, flatus dan mobilitas.
Intervensi :
-          Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP)
R/ Menjalin hubungan saling percaya antara perawat, klien dan keluarga klien.
-          Memantau tanda – tanda vital
R/ untuk mengetahui perkembangan klien dan mendeteksi infeksi dini.
-          Pertahankan tirah baring sampai nyeri berkurang.
R/ Nyeri dan spasme otot dikontrol oleh immobilisasi.
-           
-          Anjurkan pada klien untuk tidak menggerakan atau meminimalkan gerak pada bagian yang sakit.
R/ dengan meminimalkan gerak atau tidak menggerakan bagian yang sakit dapat mengontrol nyeri.
Ibu Hamil Dengan Hipertiroidisme
A.    Pengkajian
Pemeriksaan Fisik :
1.      Kulit
a.       Panas, lembab, banyak keringat, halus, licin, mengkilat, kemerahan.
b.      Erythema, pigmentasi, mixedema local.
c.       Kuku → terjadi onycholosi → terlepas, rusak.
d.      Ujung kuku/jari → terjadi Aerophacy, yaitu perubahan ujung jari → tabuh / clubbing finger disebut PLUMER NAIL.
e.       Kalau ada peningkatan suhu → lebih dari 37,8o C → indikasi Krisis Tyroid.
2.      Mata ( Opthalmoptik )
a.       Retraksi kelopak mata atas → mata membelalak / tanda Dalrymple.
b.      Proptosis ( eksoptalmus ), karena jaringan orbita dan otot-otot mata diinfiltrasi oleh limposit.
c.       Iritasi Conjunction dan Hemosis.
d.      Laktrimasi
e.       Ortalmoplegia
f.       Tanda Jefrey : kulit tidak dapat mengkerut pada waktu kepala sedikit menunduk dan mata melihat objek yang digerakkan ke atas.
g.      Tanda Rosenbach : tremor pada kelopak mata pada waktu mata menutup.
h.      Tanda stelwag : mata jarang berkedip.
i.        Tanda Dalrymple : retraksi kelopak mata bagian atas sehingga memberi kesan mata membelalak.
j.        Tanda Van Graefe : kelopak mata terlambat turun dibandingkan boa mata.
k.      Tanda Molbius : kelemahan dalam akomodasi / konvergensi mata / gagal konvergensi.
3.      Cardio vaskuler.
a.       Peningkatan tekanan darah
b.      Tekanan nadi meningkat
c.       Takhikardia
d.      Aritmia
e.       Berdebar-debar
f.       Gagal jantung
4.      Respirasi
a.       Perubahan pola nafas
b.      Dyspnea
c.       Pernafasan dalam
d.      Respirasi rate meningkat
5.      Gastrointestinal
a.       Poliphagia → nafsu makan meningkat.
b.      Diare → bising usus hyperaktif
c.       Berat badan turun
6.      Otot
a.       Kekuatan menurun
b.      Kurus
c.       Atrofi
d.      Tremor
e.       Cepat lelah
f.       Hyperaktif refleks tendom
7.      Sistem persyarafan
a.       Iritabiltas → gelisah
b.      Tidak dapat berkonsentrasi
c.       Pelupa
d.      Mudah pindah perhatian
e.       Insomnia
f.       Gematar
8.      Status mental dan emosional
a.       Emosi labil → lekas marah, menangis tanpa sebab
b.      Iritabilitas
c.       Perubahan penampilan
9.      Status ginjal
a.       Polyuri ( banyak dan sering kencing ).
b.      Polidipsi ( rasa haus berlebihan → banyak minum )

B.     Diagnosa keperawatan
1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kurangnya masukan dibanding kebutuhan metabolisme sekunder terhadap laju metabolisme yang meningkat
2.      Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan terjadi komplikasi
3.      Resiko cedera berhubungan dengan tremor, stimulasi SSP yang berlebih
4.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder terhadap akibat laju metabolisme yang berlebihan.

C.    Intervensi keperawatan
1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kurangnya masukan dibanding kebutuhan metabolisme sekunder terhadap laju metabolisme yang meningkat.
Intervensi :
-          Berikan perawatan oral teratur, sering, termasuk minyak untuk bibir
R/ mencegah ketidaknyamanan karena mulut kering dan bibir pecah yang disebabkan oleh pembatasan cairan dan selang NG
-          Auskultasi buniy usus dan catat pasase flatus
R/ peristaltik dapat diharapkan kembali kurang lebih hari pascaoperasi ke-3, menunjukkan kesiapan untuk memulai masukan per oral.
-          Awasi toleransi terhadap masukan cairan dan makanan, catat distensi abdomen, laporkan peningkatan nyeri abdomen, laporkan peningkatan nyeri/kram, mual muntah.
R/ komplikasi paralitik ileus, obstruksi, pengosongan lambung lambat, dan dilatasi gaster dapat terjadi, kemungkinan memerlukan masukan ulang selang NG.
-          Hidari susu ( makanan tinggi karbohidrat ) pada diet.
R/ dapat memacu sindrom dumping
-          Catat berat badan saat masuk dan bandingkan dengan saat berikutya
R/ memberikan informasi tentang keadekuatan masukan diet/penentuan kebutuhan nutrisi

2.      Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan terjadi komplikasi
Intervensi :
-          Raba nadi, catat frekuensi, keteraturan, amplitudo dan simetris
R/ perbedaan frekuensi, kesamaan dan keteraturan nadi menunjukan efek gangguan jantung pada sirkulasi sistemik/perifer.
-          Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung ekstra, penurunan nadi.
R/ distritmia khusus lebih jelas terdeteksi dengan pendengaran daripada palpasi. Pendengaran terhadap bunyi jantung ekstra atu penurunan nadi.
-          Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/ perfusi jaringan.
R/ meskipun tidak semua distritmia mengancam hidup, penanganan cepat untuk mengakhiri distritmia diperlukan pada adanya gangguan curah jantung dan perfusi jaringan.
-          Tentukan tipe distritmia dan catat irama
R/ berguna dalam menetukan kebutuhan/tipe intervensi

3.      Resiko cedera berhubungan dengan tremor, stimulasi SSP yang berlebih
Intervensi :
-          Beri pasien posisi bersandar, atau kepala tinggi
R/ istrahat beberapa menit sampai beberapa jam bedah rawat jalan atau menginap semalam bila terjadi komplikasi.
-          Batasi aktivitas seperti mengerakkan kepala tiba - tiba.
R/ menurunkan stres pada area operasi/ menurunkan TIO
-          Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anastesi.
R/ memerlukan sedikit regangan dari pada menggunkan pispot, yang dapat meningkatkan TIO
-          Dorong napas dalam bantu untuk bersihan paru
R/ bantu meningkatkan TIO
-          Anjurkan menggunakan tehnik manajemen stres
R/ meningkatkan relaksasi koping, menrunkan TIO

4        Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder terhadap akibat laju metabolisme yang berlebihan.
Intervensi :
-          Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan tenang : batasi pengunjung sesuai keperluan.
R/ meningkatkan istrahat dan ketenangan. Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan
-          Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
R/ meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan risiko kerusakan jaringan.
-          Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.
R/ memungkinkan periode tambahan istrahat tanpa gangguan
-          Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif/aktif.
R/ tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas yang mengaganggu periode istrahat.












BAB  III
RESUME KEPERAWATAN
MATERNITAS
PADA NY. S DENGAN  KASUS “ IBU HAMIL DENGAN HIPERTIROIDISME “
DI RUANGAN OK RSUD POSO

A.    Biodata Pasien
Nama               : Ny.S
Umur               : 27 tahun
Jenis kelamin   : perempuan
Diagnosa         : hipertiroid
Tgl operasi       : 21 Agustus 2013
Nama operasi  : Sectio Secar

B.     Ringkasan riwayat penyakit dan tujuan pembedahan
·         Keluhan utama                              : klien takut untuk mengedan
·         Riwayat keluhan utama                :
pada saat dilakukan pengkajian, klien mengataka pada saaat dirumah klien sudah merasakan sakit perut pada pukul 06.00 pagi, karena khawatir denga keadaan klien maka suaminya membawa klien ke RSUD Poso untuk mendapatkan pertolongan. Pada pukul 07.15 pagi klien tiba di ruangan IGD dan pada pukul 08.00 klien di dorong masuk di ruangan persalinan, setelah di anamnese dokter menyarankan untuk dilakukan tindakan operasi karena terdapat pembengkakan pada leher klien. Sehingga pada pukul 13.00 klien masuk ruangan OK, pada saat dilakukan pengkajian ulang, klien mengatakan nyeri pada perut tembus ke belakang dengan skala nyeri 4-6 (sedang), lemah, gugup, dan berkeringat banyak.


·         Riwayat kesehatan yang lalu        :
Klien mengatakan tidak pernah masuk rumah sakit sebelumnya
·         Tujuan operasi                               :
Untuk mengeluarkan bayi dalam kandungan karena klien mengalami pembesaran kelenjar tiroid.

C.    Pre operatif care
1.      Persiapan pre operatif
a.       Fisik
Ku                   : Baik
Kesadaran       : composmentis
-          Adanya persetujuan untuk tindakan operasi
-          Mengobservasi TTV
TD             : 130/90 mmHg
N   : 90 x/m
R   : 25 x/m
S    : 36,20C
-    mengganti pakaian pasien dengan pakaian operasi
-    membawa pasien kedalam kamar operasi untuk di lakukan pembedahan.
b.      Psikologi
-          Berdoa untuk kelancaran operasi
-          Menganjurkan klien agar tetap tenang dan rileks
-          Menganjurkan klien untuk napas dalam apabila merasakan nyeri








2.      Analisa data
Data
Masalah
Ds :
-          Klien mengatakan takut untuk mengedan
-          Klien mengatakan nyeri pada perut tembus ke belakang dengan skala nyeri 4-6 (sedang )
-          Klien mengatakan lemah
Do :
-          Klien nampak lemah
-          Klien sulit mengedan karena adanya pembesaran kelenjar tiroid
-          Klien nampak gugup
-          Takikardi
-          Ku    : baik
-          TTV  : TD : 130 / 90 mmHg
            N : 90 x/m
            R : 25 x/m
            S : 36,2 oC
cemas

3.      Diagnosa keperawatan pre operatif
Cemas b/d proses penyakit
D.    Intra operatif care
1.      Ringkasan pembedahan dan diagnosa keperawatan
a.       Anastesi spinal
Pasien dibaringkan ke meja operasi kemudian pasien di mint  membungkukan badan untuk di spinal dengan menggunakan spinocane.
b.      Alat instrumen pembedahan
Non steril
-          Meja operasi
-          Meja instrumen
-          Standar infus
-          Tabung oksigen
-          Lampu operasi
-          Tempat sampah medis
Alat instrumen steril
-          Handscun              : 4 pasang
-          Gunting jarinagan : 2 unit
-          Gunting benang    : 2 unit
-          Klem arteri            : 4 unit
-          Pinset anatomi       : 2 unit
-          Pinset cirugris        : 2 unit
-          Kooher                  : 4 unit
-          Needle hader         : 2 unit
-          Korentang             : 1 unitt
-          Haag                      : 2 unit
-          Kom betadin         : 1 buah
-          Kom NaCl             : 1 buah
-          Scapel                    :
-          Bisturi                   :
-          Benang                  :
-          Klem duk              : 6 unit
-          Duk sedang           : 4 lembar
-          Duk besar              : 1 lembar
-          Jas operasi             : 4 buah
-          Has                        : sesuai kebutuhan
Ketambahan alat
-          Saction
-          Slang penghisap
-          Kanul saction
-          Grown cauter
Ringkasan pembedahan
-          Perawat dan dokter masuk ke kamar operasi terlebih dahulu mencuci tangan
-          Menyemprotkan alcohol pada kedua tangan
-          Memakai jas operasi
-          Memakai handskun
-          Pasien diminta untuk tidur terlentang di meja operasi
-          Pasien di drapling / di tutup dengan duk sedang, dari bagian bawah, atas, samping kiri dan kanan, lalu klem dengan menggunakan klem duk
-          Setelah itu, di tutup kembali dengan duk besar yag berlubang
-          Desinfeksi pasien dengan menggunakan has betadine
-          Lalu insisi daerah  kulit dengan menggunakan scapel yang di pasang bisturi pada area abdomen.
-          Insisi dari lapisan epidermis, dermis, lapisan fasia, otot, fasia dan terakhir ukterus, Setelah itu bayi dikeluarkan dari ukterus.
-          Setelah bayi dikeluarkan, kemudian di lihat jika terjadi pendarahan segera hentikan dengan menggunakan cutter.
-          Kemudian di hacting daerah insis dari lapisan terdalam sampai terluar.
-          Setelah di hacting, lakukan fiksasi dengan diolesi betadine dan ditutup dengan menggunakan kain kasa
-          Rapikan pasien dan alat-alat.
-          Dorong pasien kerungan RR.
Peran mahasiswa
-          Menerima pasien di ruangan Ok
-          Mengganti baju pasien dengan baju operasi
-          Membawa pasien ke kamar operasi
-          Mengidentifikasi tindakan pembedahan SC ( section Caesaria )

E.     Post operasi care
1.      Pengkajian
Pemeriksan fisik
Keadaan umum     : baik
Kesadaran                         : compesmentis
TTV                       : TD  : 130 / 90 mmHg
                                 N   : 90 x/m
                                 R   : 25 x/m
                                 S   : 38 oC





Kepala                   :
bentuk kepala brachiocephalus, rambut panjang dan hitam, kulit kepala bersih, tidak ada benjolan, tidak ada lesi / luka dan tidak ada nyeri tekan.
Muka                     :
Wajah nampak lesu, tidak ada lesi / luka, tidak ada udema.
       Mata                     :
Konjungtiva tidak anemis, mata simetris kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan pada kedua mata.


Telinga                  :
Telinga klien nampak bersih, tidak ada serumen, pendengaran baik, dan tidak ada kelainan
                  Hidung                  :
Hidung klien nampak bersih, tidak ada secret, tidak ada kelainan
       Mulut                   ;
Bibir klien nampak lembab dan tidak ada stomatitis
      Gigi                       :
Gigi klien nampak bersih dan tidak ada kelainan
      Lidah                     :
Pergerakan lidah normal, tidak ada stomatitis
     Tenggorokan          :
Fungsi menelan baik
      Leher                     :
Adanya pembesaran kelenjar tiroid, nyeri tekan (+)
      Dada                     :
Bentuk dada vanelchest, simetris kiri dan kanan, pernapasan seirama antara inspirasi dan ekspirasi, tidak ada nyeri tekan.
      Abdomen              :
Terdapat balutan pada abdomen post op SC, adanya striae pada abdomen
      Genital                  :
Terpasang kateter
       Integumen            :
Kulit nampak lembab
       Ekstremitas          : Atas :
 jumlah jari tangan lengkap, tidak udema, terpasang infus RL 20 tpm

                                                 bawah :
jumlah jari kaki lengkap, tidak ada udema.









2.      Analisa data
No
Data
Masalah
1
Ds :
·         Klien mengeluh demam
·         Klien mengeluh  dingin
Do :
·         Klien nampak menggigil.
·         Suhu badan 38oc

hipertermia




























BAB  IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan tujuan dari kasus seminar ini, dan hasil dari pelaksanaan studi kasus yang penulis lakukan pada tanggal 21/08/2013, maka pada bab ini akan dibahas  kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang diperoleh  penulis sebagai hasil pelaksanaan studi kasus terhadap  pasien  “ Ny. S “ di ruang perawatan OK di RSUD poso.
Proses keperawatan adalah susunan metode pemecahan masalah yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
A.    Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan dasar proses keperawatan dimana diperlukan  pengkajian  yang cermat untuk masalah klien agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan serta merumuskan masalah kesehatan/keperawatan dalam bentuk diagnose keperawatan. Berdasarkan hal tersebut penulis mengadakan pengkajian pada Ny.S dimana gejala-gejala yang penulis temukan saat mengkaji adalah susah mengedan. Sementara dalam teori ditemukan perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang.. Kesenjangan pengkajian antara teori dan kasus dipengaruhi oleh berat ringannya penyakit serta respon tubuh terhadap penyakit.

B.     Diagnosa keperawatan
Secara teori konsep keperawatan kasus sc pada ibu hamil dengan hipertiroidisme ada 7 (tujuh) diagnosa keperawatan yang lazim terjadi sebagai berikut :
1.      Ansietas berhubungan dengan pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan.
2.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan destruksi pertahanan terhadap bakteri
3.      Nyeri akut berhubungan dengan insisi, flatus dan mobilitas.
4.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kurangnya masukan dibanding kebutuhan metabolisme sekunder terhadap laju metabolisme yang meningkat
5.      Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan terjadi komplikasi
6.      Resiko cedera berhubungan dengan tremor, stimulasi SSP yang berlebih
7.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder terhadap akibat laju metabolisme yang berlebihan.

      Adapun diagnosa keperawatan yang terdapat pada kasus sc pada ibu hamil dengan hipertiroidisme adalah :
1.      Nyeri berhubungan denga insisi pembedahan
2.      Risko infeksi di tandai dengan adanya faktor :
-          Adanya luka bekas operasi
-          Suhu 380C
-          Klien nampak lemah

C.    Perencanaan
Dalam menyusun perencanaan digunakan format seperti dalam teori yakni terdiri dari tujuan, perencanaan tindakan dan rasional.
Tujuan adalah hasil yang diharapkan dari setiap asuhan keperawatan yang dapat dicapai bersama klien dan keluarganya serta di rencanakan untuk menanggulangi masalah yang telah diidentifikasikan dalam diagnosa keperawatan.
Pada rencana tindakan keperawatan tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek, aspek rencana tindakan keperawatan dilakukan atas dasar teoritis yang termuat pada bab I yang disesuaikan dengan hasil pengkajian data pada bab II (tinjauan kasus).

D.    Pelaksanaan
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan  selalu berorientasi pada rencana yang telah dibuat terlebih dahulu dengan mengantisipasi seluruh tanda yang timbul sehingga tindakan keperawatan dapat tercapai pada asuhan keperawatan yang dilaksanakan. Pada kasus ini semua dilaksanakan berdasarkan rencana keperawatan.

E.  Evaluasi
     Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang meliputi evaluasi hasil dan proses. Pada kasus ini ada kemajuan dan keberhasilan dalam mengatasi masalah yang dihadapi.
F.     Dokumentasi
Pada tahap ini penulis mendokumentasikan kesenjangan antara teori dan praktek, yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Kesenjangan yang terjadi hanya pada tahap diagnosa keperawatan dimana pada teori ditemukan tujuh diagnosa keperawatan sementara pada praktek hanya ditemukan dua diagnosa keperawatan.


BAB  V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Setelah pembahasan landasan teori medis dan teori asuhan keperawatan, tinjauan kasus dan
 pembahasan dari pada klien dengan penyakit sc pada ibu hamil dengan hipertiroidisme , maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Hipertiroid pada kehamilan ( morbus basodowi ) adalah hiperfungsi kelenjar tiroid ditandai dengan naiknya metabolism basal15-20 %, kadang kala diserta pembesaran ringan kelenjar tiroid. Penderita hipertiroid biasanya mengalami gangguan haid ataupun kemandulan. Kadang juga terjadi kehamilan atau timbul penyakit baru, timbul dalam masa kehamilan. Kejadian penyakit ini diperkirakan 1:1000 dan dalam kehamilan umunya disebabkan oleh adenoma tunggal. Pasien dengan penyakit primer ini mungkin mengidap batu ginjal, penyakit tulang atau tanpa gejala.
2.      Diagnosa keperawatan yang ditemukan berdasarkan dengan kondisi dan masalah kesehatan klien, kemudian tindakan direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan keadaan  klien dan kondisi internal rumah sakit.
3.      Faktor penunjang dalam pelaksanaan resume keperawatan adalah partisipasi dari keluarga klien dan arahan dari perawat / dokter pada ruang perawatan OK di RSUD poso.

B.     Saran- saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran semoga dapat diterima atau menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu pelayanan di RSUD poso, yaitu sebagai berikut :
1.         Perawat sebagai pelaksana keperawatan harus menggunakan langkah-langkah proses keperawatan dalam pemberian tindakan keperawatan pada klien, memandang klien sebagai manusia yang utuh dari bio, psiko, social dan spiritual serta dalam melaksanakan tugasnya mengetahui maksud dan tujuan dari tindakan yang diberikan pada klien.
2.         Penerapan proses keperawatan di dokumentasikan dan dilaksanakan secara sistematis mulai dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sehingga dalam melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan di tingkatkan secara optimal.
3.         Diharapkan dalam penyusunan rencana keperawatan agar dapat mengikutsertakan klien dan keluarganya sehingga dapat lebih aktif dan mandiri dalam pemenuhan  kebutuhannya.
4.         Diharapkan kepada rumah sakit agar dalam perawatan klien pada umumnya dan  pada khususnya agar menerapkan proses keperawatan sebagai pendekatan yang digunakan dalam perawatan klien.







DAFTAR PUSTAKA

*      Carpenito L. J, 2001, Diagnosa keperawatan, Jakarta : EGC
*      Doengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Jakarta : EGC
*      Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC
*      Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar