BAB I
KONSEP MEDIS
A.
PENGERTIAN
Hipopituitarisme adalah keadaan dimana
terdapat deficit atau kekurangan satu, beberapa atau semua hormone-hormon yang
dihasilkan oleh pituitary. Kegagalan produksi seluruh horman dari pituitary
disebut Panhipopituitarism. Keadaan ini sangat jarang sekali terjadi dengan
prevalensi 45 per juta orang atau insiden sekitar 4 per 100.000. (Jostel A C Lissett,
2005).
Pada keadaan normal hormone-hormon
pituitary selalu diproduksi kexuali hormone PRL dan oksitosin yang di produksi
pada saat kehamilan, persalinan dan masa menyusui.
B.
ETIOLOGI
a) Penyebab
dari hipopituitari diantaranya :Adenomas pituitary atau tumor pituitary
perupakan penyebab yang paling sering terjadi. Adanya tumor dapat menekan dan
merusak pituitary sehingga fungsinya terganggu. Namun demikian adenomas
pituitary juga dapat mengakibatkan peningkatan produksi hormone
(hiperpituitari). Hasil penelitian menunjukan bahwa 30% pada adenomas mengalami
defisiensi hormone pituitary (Jostel A, 20005).
b) Pembedahan
atau operasi pituitary. Salah satu resiko operasi pituitary adalah terganggunya
fungsi pituitary, hal ini juga tergantung pada ukuran, jenis tumor derajat
infiltrasi maupun pengalaman dari ahli bedah.
c) Terapi
radiasi, pengobatan dengan eksternal radiasi seperti pada karsinoma
nasopharyngeal, tumor otak kemungkinan dapat merusak pituitary.
d) Tumor
yang dekat dengan pituitary seperti craniopharingioma yang dapat
bermestase atau ekspansi atau kanker
dari tubuh bagian lain. Craniopharingioma 50% terjadi pada anak-anak kurang
dari 15 tahun. Pasien umumnya mengalami deficit GH, diabetes insipidus, denga
atau tanpa gagguan palanh pandang (Jostel A,2005)
e) Implamasi
pituitary seperti hipopisitis, tuberkolosis, meningitis, limpositik hipopisitis
(penyakit diffuse immune dengan limfosit dan plasma yang memfiltrasi hipofisis
anterior)
f) Terapi
pada hiperpituitari yang lama sehingga dapat menurunkan produksi hormone
g) Trauma
kepala berat yang dapat mengakibatkan hiposia jaringan otak termasuk pituitary.
Pasien dengan deficit GH 15% mempunyai riwayat trauma kepala berat.
h) Karena
genetic, hal ini masih belum jelas (idiopatik), di duga karena faktor mutasi
gen.
i)
Kelebiha zat besi, keadaan overload besi
misalnya pada thalasemia. Transfusi darah akan mengakibatkan penurunan jumlah
sel hiposfisis.
j)
Perdarahan post partum sering
mengakibatkan infark pituitari dan menimbulkan gejala klinik yang disebut
Sheehan’s syndrome.
k) Malnutrisi
berat dan kehilangan berar badan yang cepat juga dapat merusak hipofisis
C. PATOFISIOLOGI
Hipopituitarism
dapat disebabkan dari hipofisis itu sendiri maupun dari hipotalamus.
berkurangnya seluruh hormon pituitary jarang sekali terjadi, yang paling sering
terjadi adalah berkurangnya satu atau sedikit hormone pituitary diantaranya
ACTH dan TSH . berkurangnya atau tidak adanya hormone ini aka berakibat pada
insufisiensi pada kelenjar target yaitu kelnjar adrenal dan kelenjar tiroid.
Pada
hipopituitarisme menifestasi klink yang sering muncul adalah menurunya sintesis
sekresi dari gonadotropin, LH dan FSH pada laki-laki mengakibatkan kegagalan
testikular yaitu terjadi penurunan produksi testoteron dan sel leydig dan
menurunya spermatogenesis dari tubulus seminiferus. Menurunya produksi
testoteron mengakibtakan lambatnya pubertas dan infertil pada laki-laki dewasa.
Pada wanita defisiensi atau tidak adanya hormone gonadotropin mengakibatkan
kegaglan ovulasi dan kegaglan mempertahankan
produksi liteum sehingga wanita menjadi infertil. Defisiensi LH dan FSH dapat
juga mengakibatkan kegagalan dalam pembentukan seks sekunder.
Hormon
lain yang paling sering terjadi gangguan hipopituitari adalah sekresi, sintesis
dan pelepasan dari GH sehingg Produksi somatomedin. Somatomedin merupakan
hormone yang diproduksi di hati dan di pengaruhi lansung dari GH. Somatomedin
berperan langsung dalam peninglatan pertumbuhan tulang dan kartilago.
Dengan
demikian defisiensi GH atau somatomedin pada anak-anak mengakibatkan penurunan
pertumbuhan dan postur yang pendek.
D. TANDA DAN GEJALA
Tanda
dan gejala hipopituitari tergantung dari jenis hormone yang berkurang.
1. Defisit
ACTH yang mengakibatkan deficit kortisol; tanda dan gejalanya kelemahan,
keletihan, berat baan menurun, nyeri abdomen tekanan menurun dan menurunya
serum sodium. Jika selama defisiensi kortisol terjadi stress berat, infeksi
atau pembedahan sangat berisiko terjadinya koma atau kematian.
2. Deficit
TSH yang mengakibatkan defisiensi hormone tiriod; gejala yang mencul adalah kelemahan,
keletihan, peningkatan berat badan, perasaan dingin, suhu menjadi lebih rendah,
konstipasi, kesulitan konsentrasi dan mengingat. Kulit menjadi dingin dan
mungkin pucat. Anemia mungkin dapat terjadi, tinggi kolesterol dan dapat
terjadi masalah hati. Pada keadaan yang lama dapt terjadi penurunan kesadaran
seperti koma.
3. Deficit
LH dan FSH pada wanita dapat mengalami gangguan siklus menstruasi, infertile,
menuruya libido, vagina menjadi kering dan osteoporosis yang cenderung fraktur.
Pada laki-laki terjadi penurunan libido, kesulitan ereksi, impoten dan
infertile kerena menurunya jumlah sperma dan terajadi osteoporis.
4. Defisit
GH, pada anak-anak pertumbahan menjadi lambat, dan meningkatnya lemak. Pada
orang dewasa megakibatkan menurunya energi dan aktivitas fisik, perubahan
komposisi tubuh (peningkatan lemak dan penurunan massa otot dan resiko terjadi
gangguan kardiovaskuler.
5. Defisit
PRL, air susu ibu tidak dapat dikeluarkan sehingga bayi tidak dapat menerima
ASI.
6. Defisit
antidiuretik hormon, mengakibatkan diabetes insipidus (DI), gejala hamper sama
dengan diabetes mellitus yaitu meningkatkan rasa haus dan sering buang air
kecil tertapi tidak diketahui DM tipe 1 atau 2
E. TERAPI
1.
Pada hipoadrenalisme, seperti gangguan
sekresi ACTH pada kekurangan glukokortikoid, diberikan cortisone acetat,
hidrokortison atau prednisone.
2.
Hipothiroidisme, pemeberian tiroksin.
3.
Hipogonadism, pemeberian estrogen,
progesterone pada wanita dan testoteron pada laki-laki.
4.
Defisit GH dapat diberikin levadopa,
insulin atau bromocriptine
BAB II
KONSEP MEDIS
A.
PENGKAJIAN
Pengkajian
pada gangguan kelenjar pituitary sering mengalami kesulitan karena tanda dan
gejalanya sangat bervariasi. Hampir seluruh system tubuh mengalami gangguan
akibat pengaruh dari hormone, sehingga tanda dan gejala ada yang spesifik dan
tidak spesifik. Untuk membantu mengidentifikasi gangguan pituitary maka
diperlukan pengkajian riwayat keperawatan, tanda dan gejala spesifik dan test
diagnostic.
1. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan
sangat penting dikaji, termasuk diantaranya riwayat penyakit sekarang yang
dialami, riwayat keluarga, psikososial. Gaya hidup. Riwayat kesehatan perlu
dikaji untuk menggali informasi mengenai adanya factor penyebab, keturunan atau
factor lain yang berkaitan dengan keluhan yang dirasakan. Riwayat penyakit
terdahulu sperti riwayat trauma kepala pembedahan kepala, infeksi otak, riwayat
penggunaan hormone, dan obat – obatan seperti glukokortikoid dosis besar.
2. Riwaya
penyakit keluarga
Perlu dikaji riwyat
keluarga yang berkaitan dengan penyakit endokrin misalnya riwayat penyakit
diabetes militus, penyakit tiroid, hipertensi, hipotensi, gangguan pertumbuhan
dan perkembangan, tumor otak.
3. Keluhan
utama
Keluhan pasien pada
gangguan pituitary ada yang bersifat umum dan khusus.
a. Gejala
umum
·
Adanya kelemahan
·
Nyeri kepala
·
Depresi
·
Gangguan tidur
b. Gejala
spesifik, yang terkait sesuai dengan jenis hormone yang mengalami gangguan,
namun secara spesifik dapat dilihat dari berbagai sitem tubuh :
1) Perubahan tanda vital, peningkatan
suhu tubuh dan nadi terjadi pada pasien dengan hipertiroid, penurunan suhu
tubuh dan nadi lambat biasanya terjadi pada hipotiroid. Tekanan darah mungkin
turun pada insufisiensi ADH karena dehidrasi dan meningkat pada overproduksi
ADH.
2) Kardivasuler, adanya
palpitasi pada hipertiroid dan pneochroocytoma.
3) Integument, adanya
perubahan warna seperti adanya hiperpigmentasi dipersendian pada penyakit
adison, kulit kering, kasar dan bersisik seperti pada pasien dengan
hipotiroidisme atau hipoparatiroid. Edema juga dapat terjadi pada hipotiroid
(myxedema). Adanya kerontokan rambut aksila dan pubis.
4) Musculoskeletal, kelmahan
nyeri pada persendian seperti pada hiperparatiroid, kerdil, gigatisme atau
akromegali pada GH.
5) Perkemihan, adanya
batu ginjal pada hiperparatiroid, seringm miksi pada gangguan ADH, diabetes
insipidus.
6) Persarafan, adanya
perubahan status mental, depresi, penurunan kesadaran, tremor kejang, gangguan
sensorik, motoric dan reflex, gangguan saraf kranial.
7) Sistem gastrointestinal, adanya
pembesaran lidah, kemerahan pada pada lidah (glositis), penurunan berat badan,
polipagia, polyuria, polidipsi biasanya terjadi pada pasien DM, inkontensia
bowel dan konstipasi biasanya sering terjadi pada pasien dengan gangguan
tiroid.
4. Pemeriksaan
fisik
a. Keadaan umum, kaji
kesadaran pasien, memori dan pola komunikasi. Observasi postur, proporsi tubuh,
ukuran tubuh, berat badan dan tinggi badan. Observasi tanda – tanda kecemasan.
b. Tanda vital, kaji
perubahan tanda vital, peningkatan suhu tubuh, nadi, pernapasan, nadi dan
perubahan tekanan darah sering terjadi pada pasien dengan gangguan tiroid.
c. Pemeriksaan kulit, observasi
tekstur dan distribusi rambut, catat adanya kebotakan. Kaji warna, pigmentasi,
strie, ekimosis. Palpasi keadaan kulit, tenderness, tekstur, turgor.
d. Pemeriksaan kepala, catat
keadaan kepala, bentuk dan proporsi kepala, catat adanya ukuran penurunan bibir
dan hidung, penonjolan rahang, keadaan kulit kepala, keadaan rambut kepala,
observasi ekspresi wajah, tanda – tanda kecemasan dan depresi.
e. Pemeriksaan mata, lihat
dan palpasi alis mata, distribusi rambut, observasi posisi mata, kesimetrisan,
ketajaman, pergerakan bola mata, keadaan bola mata (adakah eksotalmus), lapang
pandang, kelmahan palpebral.
f. Pemeriksaan mulut, catat
adanya pertumbuhan gigi tidak rata, inspeksi warna mukosa mulut dan ukuran
lidah.
g. Pemeriksaan leher, perhatikan
bentuk kesimetrisan dan posisi garis tengah trakea, palpasi adanya pembesaran
kelenjar tiroid. Observasi adanya kesulitan menelan, nyeri menelan dn perubahan
suara.
h. Pemeriksaan dada. Inspeksi
pergerkan dada dan payudara, palpasi pengembangan dada dan taktil vermitus,
auskultasi bunti nafas dan suara jantung, observasi adanya pernapasan cepat dan
dangkal, atroi mamae [ada wanita dan ginekomastia.
i.
Pemeriksaan
abdomen. Inspeksi bentuk abdomen warna kulit hiperpigmentasi,
massa, skar dan jejas, asites, nyeri tekan catat, bising usus, pembesaran hati
dan limpa.
j.
Pemeriksaan
ekstermitas, kaji bentuk dan kesimetrisan
ekstermitas, kekuatan otot, kelemahan tonus otot, pembesaran tangan dan kaki,
sendi, nyeri dan trunkey obesitas (badan besar ekstermitas kecil).
k. Pemeriksaan neurologi, lakukan
pemeriksaan motoric, sensorik, reflex, dan fungsi saraf kranial. Adanhya
kelemahan gangguan sensoris, emosional tidak stabil sering dijumpai pada pasien
dengan gangguan pituitary.
5. Test
diagnostic
Test diagnostaik pada
hipopituitari:
a. Pemeriksaan
laboratorium
·
Pemeriksaan kadar hormone – hormone yang
dihasilkan oleh kelenjar pituitary seperti ; ACTH, GH, TSH, FSH, LH, MSH, ADH,
Oksitosin.
·
Hormon – hormone yang terkait dengan pengaturan
dari hipotalaus seperti, TRH, GnRH, Somastostatin, GHRH, CRH, Prolaktin
Relasing Faktor (PRF) dopamine.
·
Hormone – hormone yang dihasilkan
kelenjar target dari pituitary sperti hormone tiroid, hormone para tiroid ,
kelenjar adrenal, gonad.
b. Radiologi
·
Ro ‘ kepala, mengetahui adanya trauma
kepala edema serebri
·
CT-Scan, menegtahui adanya tumor
·
MRI, melihat lebih detail potongan –
potongan otak untuk mengidentifikasi kelaianan otak termasuk tumor.
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1.
Gangguan citra tubuh
yang berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh akibat defisiensi
ganodotropin dan defisiensi hormon pertumbuhan.
Tujuan : pasien menunjukkan peningkatan citra tubuh dan harga diri
yang dibuktikan dengan kemampuan untuk melihat, menyentuh, berbicara dengan
tenang, kondisi dan perawatan untuk dirasakan bagian fungsi tubuh yang berubah.
Kriteria hasil :
ü Pasien mengungkapkan menerima keadaan dirinya
sesuai dengan keadaan.
ü Pasien dapat mengungkapkan harapan melakukan hal
yang positif sesuai dengan kondisi.
ü Pasien koperatif dalam perawatan di RS atau
dimasyarakat
ü Pasien dapat berkomunikasi dan berhubungan
dengan orang lain.
ü Pasien melakukan aktivitas secara normal dengann
kondisinya.
Intervensi
|
Rasional
|
Dorong klien untuk mengeksprsikan
perasaannya.
|
Agar klien mampu
mengungkapkan perasaannya.
|
Dorong klien untuk
bertanya mengenai masalah yang dihadapinya
|
klien mampu mengenal
masalah kesehatan yang dihadapinya
|
Berikan kesempatan
pada klien untuk merawat dirinya sendiri
|
membuat klien bisa
mandiri memenuhi kebutuhannya
|
Kolaborasi : pemberian
hormon pertumbuhan sintetis (eksogen).
|
2.
Disfungsi seksual
berhubungan dengan menurunnya progesterone dan estrogen.
Tujuan : Pasien dapat menunjukkan peningkatan disfungsi seksual.
Kriteria hasil:
ü Pasien mengungkapkan perasaan dapat keinginan atau hasrat
sexual
ü Pasien mengungkapkan fungsi sexual meningkat
Intervensi
|
Rasional
|
Identifikasi masalah
spesifik yang berhubungan dengan pengalaman klien terhadap fungsi seksualnya.
|
Klien memahami masalah
terhadap fungsi seksualnya
|
Dorong klien untuk
mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannnya
|
Klien dapat
mengungkapkan perasaannya mengenai masalah fungsi seksualnya.
|
Bangkitkan motivasi
klien untuk mengikuti program pengobatan secara teratur
|
Klien dapat mengikuti
program pengibatan dengn teratur
|
Kolaborasi pemberian
obat bromokriptin
|
3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan
kronisitas kondisi penyakit.
Tujuan
: Pasien dapat menunjukkan peningkatan koping yang positif
Kriteria
hasil:
ü Pasien dapat menunjukkan sikap yang positif terhadap
perubahan gambaran dirinya
ü Pasien kooperatif dalam keperawatan
ü Pasien bersikap terbuka terhadap lingkungan social
ü Pasien dapat melakukan perannya secara optimal
ü Pasien mengidentifikasi perilaku mengatasi sendiri,
menyesuaikan diri
ü Pasien mengidentifikasi sumber daya yang tersedia dan system
pendukung
ü Pasien mengabarkan dan memulai strategi menghadapi
alternative
ü Pasien mengabarkan hasil positif dari perilaku baru
Intervensi
|
Rasional
|
Bantu klien untuk
dapat berkomunikasi.
|
Agar klien mampu
mengalami peningkatan komunikasi
|
Bantu klien dalam
memecahkan masalah yang dialaminya
|
Agar klien dapat
memecahkan masalahnya sendiri.
|
Ajarkan klien untuk
dapat melakukan tehnik relaksasi yang benar
|
Agar klien dapat
melakukan relaksasi
|
DAFTAR PUSTAKA
Tarwoto,dkk. 2012. Keperawatan
Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin ;TIM Jakarta
http://www.drt.net.id/sistim+endokrinpeduli.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar