Laman

Selasa, 19 Januari 2016

ASUHAN KEPERAWATAN HIPOPITUITARISME






BAB I
KONSEP MEDIS
A.   PENGERTIAN
Hipopituitarisme adalah keadaan dimana terdapat deficit atau kekurangan satu, beberapa atau semua hormone-hormon yang dihasilkan oleh pituitary. Kegagalan produksi seluruh horman dari pituitary disebut Panhipopituitarism. Keadaan ini sangat jarang sekali terjadi dengan prevalensi 45 per juta orang atau insiden sekitar 4 per 100.000. (Jostel A C Lissett, 2005).
Pada keadaan normal hormone-hormon pituitary selalu diproduksi kexuali hormone PRL dan oksitosin yang di produksi pada saat kehamilan, persalinan dan masa menyusui.
B.     ETIOLOGI
a)      Penyebab dari hipopituitari diantaranya :Adenomas pituitary atau tumor pituitary perupakan penyebab yang paling sering terjadi. Adanya tumor dapat menekan dan merusak pituitary sehingga fungsinya terganggu. Namun demikian adenomas pituitary juga dapat mengakibatkan peningkatan produksi hormone (hiperpituitari). Hasil penelitian menunjukan bahwa 30% pada adenomas mengalami defisiensi hormone pituitary (Jostel A, 20005).
b)      Pembedahan atau operasi pituitary. Salah satu resiko operasi pituitary adalah terganggunya fungsi pituitary, hal ini juga tergantung pada ukuran, jenis tumor derajat infiltrasi maupun pengalaman dari ahli bedah.
c)      Terapi radiasi, pengobatan dengan eksternal radiasi seperti pada karsinoma nasopharyngeal, tumor otak kemungkinan dapat merusak pituitary.
d)     Tumor yang dekat dengan pituitary seperti craniopharingioma yang dapat bermestase  atau ekspansi atau kanker dari tubuh bagian lain. Craniopharingioma 50% terjadi pada anak-anak kurang dari 15 tahun. Pasien umumnya mengalami deficit GH, diabetes insipidus, denga atau tanpa gagguan palanh pandang (Jostel A,2005)
e)      Implamasi pituitary seperti hipopisitis, tuberkolosis, meningitis, limpositik hipopisitis (penyakit diffuse immune dengan limfosit dan plasma yang memfiltrasi hipofisis anterior)
f)       Terapi pada hiperpituitari yang lama sehingga dapat menurunkan produksi hormone
g)      Trauma kepala berat yang dapat mengakibatkan hiposia jaringan otak termasuk pituitary. Pasien dengan deficit GH 15% mempunyai riwayat trauma kepala berat.
h)      Karena genetic, hal ini masih belum jelas (idiopatik), di duga karena faktor mutasi gen.
i)        Kelebiha zat besi, keadaan overload besi misalnya pada thalasemia. Transfusi darah akan mengakibatkan penurunan jumlah sel hiposfisis.
j)        Perdarahan post partum sering mengakibatkan infark pituitari dan menimbulkan gejala klinik yang disebut Sheehan’s syndrome.
k)      Malnutrisi berat dan kehilangan berar badan yang cepat juga dapat merusak hipofisis

C. PATOFISIOLOGI

Hipopituitarism dapat disebabkan dari hipofisis itu sendiri maupun dari hipotalamus. berkurangnya seluruh hormon pituitary jarang sekali terjadi, yang paling sering terjadi adalah berkurangnya satu atau sedikit hormone pituitary diantaranya ACTH dan TSH . berkurangnya atau tidak adanya hormone ini aka berakibat pada insufisiensi pada kelenjar target yaitu kelnjar adrenal dan kelenjar tiroid.
Pada hipopituitarisme menifestasi klink yang sering muncul adalah menurunya sintesis sekresi dari gonadotropin, LH dan FSH pada laki-laki mengakibatkan kegagalan testikular yaitu terjadi penurunan produksi testoteron dan sel leydig dan menurunya spermatogenesis dari tubulus seminiferus. Menurunya produksi testoteron mengakibtakan lambatnya pubertas dan infertil pada laki-laki dewasa. Pada wanita defisiensi atau tidak adanya hormone gonadotropin mengakibatkan kegaglan ovulasi dan kegaglan  mempertahankan produksi liteum sehingga wanita menjadi infertil. Defisiensi LH dan FSH dapat juga mengakibatkan kegagalan dalam pembentukan seks sekunder.
Hormon lain yang paling sering terjadi gangguan hipopituitari adalah sekresi, sintesis dan pelepasan dari GH sehingg Produksi somatomedin. Somatomedin merupakan hormone yang diproduksi di hati dan di pengaruhi lansung dari GH. Somatomedin berperan langsung dalam peninglatan pertumbuhan tulang dan kartilago.
Dengan demikian defisiensi GH atau somatomedin pada anak-anak mengakibatkan penurunan pertumbuhan dan postur yang pendek.



D. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala hipopituitari tergantung dari jenis hormone yang berkurang.
1.      Defisit ACTH yang mengakibatkan deficit kortisol; tanda dan gejalanya kelemahan, keletihan, berat baan menurun, nyeri abdomen tekanan menurun dan menurunya serum sodium. Jika selama defisiensi kortisol terjadi stress berat, infeksi atau pembedahan sangat berisiko terjadinya koma atau kematian.
2.      Deficit TSH yang mengakibatkan defisiensi hormone tiriod; gejala yang mencul adalah kelemahan, keletihan, peningkatan berat badan, perasaan dingin, suhu menjadi lebih rendah, konstipasi, kesulitan konsentrasi dan mengingat. Kulit menjadi dingin dan mungkin pucat. Anemia mungkin dapat terjadi, tinggi kolesterol dan dapat terjadi masalah hati. Pada keadaan yang lama dapt terjadi penurunan kesadaran seperti koma.
3.      Deficit LH dan FSH pada wanita dapat mengalami gangguan siklus menstruasi, infertile, menuruya libido, vagina menjadi kering dan osteoporosis yang cenderung fraktur. Pada laki-laki terjadi penurunan libido, kesulitan ereksi, impoten dan infertile kerena menurunya jumlah sperma dan terajadi osteoporis.      
4.      Defisit GH, pada anak-anak pertumbahan menjadi lambat, dan meningkatnya lemak. Pada orang dewasa megakibatkan menurunya energi dan aktivitas fisik, perubahan komposisi tubuh (peningkatan lemak dan penurunan massa otot dan resiko terjadi gangguan kardiovaskuler.
5.      Defisit PRL, air susu ibu tidak dapat dikeluarkan sehingga bayi tidak dapat menerima ASI.
6.      Defisit antidiuretik hormon, mengakibatkan diabetes insipidus (DI), gejala hamper sama dengan diabetes mellitus yaitu meningkatkan rasa haus dan sering buang air kecil tertapi tidak diketahui DM tipe 1 atau 2

E.  TERAPI
1.      Pada hipoadrenalisme, seperti gangguan sekresi ACTH pada kekurangan glukokortikoid, diberikan cortisone acetat, hidrokortison atau prednisone.
2.      Hipothiroidisme, pemeberian tiroksin.
3.      Hipogonadism, pemeberian estrogen, progesterone pada wanita dan testoteron pada laki-laki.
4.      Defisit GH dapat diberikin levadopa, insulin atau bromocriptine
BAB II
KONSEP MEDIS
A.   PENGKAJIAN
Pengkajian pada gangguan kelenjar pituitary sering mengalami kesulitan karena tanda dan gejalanya sangat bervariasi. Hampir seluruh system tubuh mengalami gangguan akibat pengaruh dari hormone, sehingga tanda dan gejala ada yang spesifik dan tidak spesifik. Untuk membantu mengidentifikasi gangguan pituitary maka diperlukan pengkajian riwayat keperawatan, tanda dan gejala spesifik dan test diagnostic.

1.      Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sangat penting dikaji, termasuk diantaranya riwayat penyakit sekarang yang dialami, riwayat keluarga, psikososial. Gaya hidup. Riwayat kesehatan perlu dikaji untuk menggali informasi mengenai adanya factor penyebab, keturunan atau factor lain yang berkaitan dengan keluhan yang dirasakan. Riwayat penyakit terdahulu sperti riwayat trauma kepala pembedahan kepala, infeksi otak, riwayat penggunaan hormone, dan obat – obatan seperti glukokortikoid dosis besar.
2.      Riwaya penyakit keluarga
Perlu dikaji riwyat keluarga yang berkaitan dengan penyakit endokrin misalnya riwayat penyakit diabetes militus, penyakit tiroid, hipertensi, hipotensi, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, tumor otak.
3.      Keluhan utama
Keluhan pasien pada gangguan pituitary ada yang bersifat umum dan khusus.


a.       Gejala umum
·         Adanya kelemahan
·         Nyeri kepala
·         Depresi
·         Gangguan tidur
b.      Gejala spesifik, yang terkait sesuai dengan jenis hormone yang mengalami gangguan, namun secara spesifik dapat dilihat dari berbagai sitem tubuh :
1)      Perubahan tanda vital, peningkatan suhu tubuh dan nadi terjadi pada pasien dengan hipertiroid, penurunan suhu tubuh dan nadi lambat biasanya terjadi pada hipotiroid. Tekanan darah mungkin turun pada insufisiensi ADH karena dehidrasi dan meningkat pada overproduksi ADH.
2)      Kardivasuler, adanya palpitasi pada hipertiroid dan pneochroocytoma.
3)      Integument, adanya perubahan warna seperti adanya hiperpigmentasi dipersendian pada penyakit adison, kulit kering, kasar dan bersisik seperti pada pasien dengan hipotiroidisme atau hipoparatiroid. Edema juga dapat terjadi pada hipotiroid (myxedema). Adanya kerontokan rambut aksila dan pubis.
4)      Musculoskeletal, kelmahan nyeri pada persendian seperti pada hiperparatiroid, kerdil, gigatisme atau akromegali pada GH.
5)      Perkemihan, adanya batu ginjal pada hiperparatiroid, seringm miksi pada gangguan ADH, diabetes insipidus.
6)      Persarafan, adanya perubahan status mental, depresi, penurunan kesadaran, tremor kejang, gangguan sensorik, motoric dan reflex, gangguan saraf kranial.
7)      Sistem gastrointestinal, adanya pembesaran lidah, kemerahan pada pada lidah (glositis), penurunan berat badan, polipagia, polyuria, polidipsi biasanya terjadi pada pasien DM, inkontensia bowel dan konstipasi biasanya sering terjadi pada pasien dengan gangguan tiroid.
4.      Pemeriksaan fisik
a.       Keadaan umum, kaji kesadaran pasien, memori dan pola komunikasi. Observasi postur, proporsi tubuh, ukuran tubuh, berat badan dan tinggi badan. Observasi tanda – tanda kecemasan.
b.      Tanda vital, kaji perubahan tanda vital, peningkatan suhu tubuh, nadi, pernapasan, nadi dan perubahan tekanan darah sering terjadi pada pasien dengan gangguan tiroid.
c.       Pemeriksaan kulit, observasi tekstur dan distribusi rambut, catat adanya kebotakan. Kaji warna, pigmentasi, strie, ekimosis. Palpasi keadaan kulit, tenderness, tekstur, turgor.
d.      Pemeriksaan kepala, catat keadaan kepala, bentuk dan proporsi kepala, catat adanya ukuran penurunan bibir dan hidung, penonjolan rahang, keadaan kulit kepala, keadaan rambut kepala, observasi ekspresi wajah, tanda – tanda kecemasan dan depresi.
e.       Pemeriksaan mata, lihat dan palpasi alis mata, distribusi rambut, observasi posisi mata, kesimetrisan, ketajaman, pergerakan bola mata, keadaan bola mata (adakah eksotalmus), lapang pandang, kelmahan palpebral.
f.       Pemeriksaan mulut, catat adanya pertumbuhan gigi tidak rata, inspeksi warna mukosa mulut dan ukuran lidah.
g.      Pemeriksaan leher, perhatikan bentuk kesimetrisan dan posisi garis tengah trakea, palpasi adanya pembesaran kelenjar tiroid. Observasi adanya kesulitan menelan, nyeri menelan dn perubahan suara.
h.      Pemeriksaan dada. Inspeksi pergerkan dada dan payudara, palpasi pengembangan dada dan taktil vermitus, auskultasi bunti nafas dan suara jantung, observasi adanya pernapasan cepat dan dangkal, atroi mamae [ada wanita dan ginekomastia.
i.        Pemeriksaan abdomen. Inspeksi bentuk abdomen warna kulit hiperpigmentasi, massa, skar dan jejas, asites, nyeri tekan catat, bising usus, pembesaran hati dan limpa.
j.        Pemeriksaan ekstermitas, kaji bentuk dan kesimetrisan ekstermitas, kekuatan otot, kelemahan tonus otot, pembesaran tangan dan kaki, sendi, nyeri dan trunkey obesitas (badan besar ekstermitas kecil).
k.      Pemeriksaan neurologi, lakukan pemeriksaan motoric, sensorik, reflex, dan fungsi saraf kranial. Adanhya kelemahan gangguan sensoris, emosional tidak stabil sering dijumpai pada pasien dengan gangguan pituitary.
5.      Test diagnostic
Test diagnostaik pada hipopituitari:
a.       Pemeriksaan laboratorium
·         Pemeriksaan kadar hormone – hormone yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary seperti ; ACTH, GH, TSH, FSH, LH, MSH, ADH, Oksitosin.
·         Hormon – hormone yang terkait dengan pengaturan dari hipotalaus seperti, TRH, GnRH, Somastostatin, GHRH, CRH, Prolaktin Relasing Faktor (PRF) dopamine.
·         Hormone – hormone yang dihasilkan kelenjar target dari pituitary sperti hormone tiroid, hormone para tiroid , kelenjar adrenal, gonad.
b.      Radiologi
·         Ro ‘ kepala, mengetahui adanya trauma kepala edema serebri
·         CT-Scan, menegtahui adanya tumor
·         MRI, melihat lebih detail potongan – potongan otak untuk mengidentifikasi kelaianan otak termasuk tumor.

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1.      Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh akibat defisiensi ganodotropin dan defisiensi hormon pertumbuhan.
Tujuan : pasien menunjukkan peningkatan citra tubuh dan harga diri yang dibuktikan dengan kemampuan untuk melihat, menyentuh, berbicara dengan tenang, kondisi dan perawatan untuk dirasakan bagian fungsi tubuh yang berubah.
Kriteria hasil :
ü  Pasien mengungkapkan menerima keadaan dirinya sesuai         dengan keadaan.
ü  Pasien dapat mengungkapkan harapan melakukan hal yang positif sesuai dengan kondisi.
ü  Pasien koperatif dalam perawatan di RS atau dimasyarakat
ü  Pasien dapat berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain.
ü  Pasien melakukan aktivitas secara normal dengann kondisinya.



Intervensi
Rasional
Dorong klien untuk mengeksprsikan perasaannya.
Agar klien mampu mengungkapkan perasaannya.
Dorong klien untuk bertanya mengenai masalah yang dihadapinya
klien mampu mengenal masalah kesehatan yang dihadapinya
Berikan kesempatan pada klien untuk merawat dirinya sendiri
membuat klien bisa mandiri memenuhi kebutuhannya
Kolaborasi : pemberian hormon pertumbuhan sintetis (eksogen).
















2.      Disfungsi seksual berhubungan dengan menurunnya progesterone dan estrogen.
Tujuan : Pasien dapat menunjukkan peningkatan disfungsi seksual.
Kriteria hasil:
ü  Pasien mengungkapkan perasaan dapat keinginan atau hasrat sexual
ü  Pasien mengungkapkan fungsi sexual meningkat

Intervensi
Rasional
Identifikasi masalah spesifik yang berhubungan dengan pengalaman klien terhadap fungsi seksualnya.
Klien memahami masalah terhadap fungsi seksualnya
Dorong klien untuk mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannnya
Klien dapat mengungkapkan perasaannya mengenai masalah fungsi seksualnya.
Bangkitkan motivasi klien untuk mengikuti program pengobatan secara teratur
Klien dapat mengikuti program pengibatan dengn teratur
Kolaborasi pemberian obat bromokriptin




3.      Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kronisitas kondisi penyakit.
Tujuan : Pasien dapat menunjukkan peningkatan koping yang positif
Kriteria hasil:
ü  Pasien dapat menunjukkan sikap yang positif terhadap perubahan gambaran dirinya
ü  Pasien kooperatif dalam keperawatan
ü  Pasien bersikap terbuka terhadap lingkungan social
ü  Pasien dapat melakukan perannya secara optimal
ü  Pasien mengidentifikasi perilaku mengatasi sendiri, menyesuaikan diri
ü  Pasien mengidentifikasi sumber daya yang tersedia dan system pendukung
ü  Pasien mengabarkan dan memulai strategi menghadapi alternative
ü  Pasien mengabarkan hasil positif dari perilaku baru

Intervensi
Rasional
Bantu klien untuk dapat berkomunikasi.
Agar klien mampu mengalami peningkatan komunikasi
Bantu klien dalam memecahkan masalah yang dialaminya
Agar klien dapat memecahkan masalahnya sendiri.
Ajarkan klien untuk dapat melakukan tehnik relaksasi yang benar
Agar klien dapat melakukan relaksasi




DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto,dkk. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin ;TIM Jakarta
http://www.drt.net.id/sistim+endokrinpeduli.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar