KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, dimana karena penyertaan-Nyalah sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “ ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN HERPES SIMPLEKS “ selaku tugas
dari mata kuliah Sistem Integumen.
Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka kritik dan saran dari dosen pembimbing dan rekan-rekan mahasiswa sekalian
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kiranya makalah ini dapat berguna
dalam proses belajar dan mengajar kita smua. Terima kasih.
Poso,
18 Desember 2013
Penyusun
Kelompok IX
BAB I
TINJAUAN TEORI
A.
Definisi
Herpes simplex adalah infeksi akut oleh virus Herpes Simplex (virus Herpes
Hominis) tipe I dan tipe IIyang ditandai dengan vesikel berkelompok diatas kulit yang eritematosa di
daerah mukokutan. Dapat berlangsung primer maupun rekurens. Herpes simplex
disebut juga fever blister, cold score, herpes febrilis, herpes labialis,
herpes progenitalis(genitalis)
Infeksi
herpes simpleks ditandai dengan episode berulang dari lepuhan-lepuhan kecil di
kulit atau selaput lendir, yang berisi cairan dan terasa nyeri. Ciri-ciri
Herpes simplex adalah adanya bintil-bintil kecil, bisa satu atau sekumpulan,
yang berisi cairan, dan jika pecah bisa menyebabkan peradangan. Bintil-bintil
ini biasanya muncul di daerah muco-cutaneous, atau daerah dimana kulit bertemu
dengan lapisan membrane mukosa. Di wajah, daerah ini berlokasi di pertemuan
bibir dengan kulit wajah. Para penderita herpes simplex biasanya merasakan
adanya perasaan geli di daerah tersebut sebelum munculnya bintil-bintil tadi.
Virus herpes simpleks adalah
merupakan virus DNA, dan seperti virus DNA yang lain mempunyai karakteristik
melakukan replikasi didalam inti sel dan membentuk intranuclear inclusion
body. Intranuclear inclusion body yang matang perlu dibedakan dari
sitomegalovirus. Karakteristik dari lesi adalah adanya central intranuclear
inclusion body eosinofilik yang ireguler yang dibatasi oleh fragmen perifer
dari kromatin pada tepi membran inti.
B.
Etiologi
Penyakit
herpes simpleks di sebabkan oleh virus herpes simpleks. Berdasarkan perbedaan
imunologi dan klinis, virus herpes
simpleks dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu :
1.
Virus herpes simpleks tipe 1 yang menyebabkan infeksi herpes non genital,
biasanya pada daerah mulut, meskipun kadang-kadang dapat menyerang daerah
genital. Infeksi virus ini biasanya terjadi saat anak-anak dan sebagian besar
seropositif telah didapat pada waktu umur 7 tahun..
2.
Virus herpes simpleks tipe 2 hampir secara eksklusif hanya ditemukan pada traktus
genitalis dan sebagian besar ditularkan lewat kontak seksual.
C.
Gejala klinis
Secara umum gejala klinik infeksi
virus herpes simpleks dapat dibagi dalam 2bentuk yaitu :
1. Infeksi primer yang biasanya disertai gejala (
simtomatik ) meskipun dapat pula tanpa gejala ( asimtomatik ). Keadaan tanpa
gejala kemungkinan karena adanya imunitas tertentu dari antibodi yang bereaksi
silang dan diperoleh setelah menderita infeksi tipe 1 saat anak-anak. Masa
inkubasi yang khas selama 3 – 6 hari ( masa inkubasi terpendek yang pernah
ditemukan 48 jam ) yang diikuti dengan erupsi papuler dengan rasa gatal, atau
pegal-pegal yang kemudian menjadi nyeri dan pembentukan vesikel dengan lesi
vulva dan perineum yang multipel dan dapat menyatu. Adenopati inguinalis yang
bisa menjadi sangat parah. Gejala sistemik mirip influenza yang bersifat
sepintas sering ditemukan dan mungkin disebabkan oleh viremia. Vesikel yang
terbentuk pada perineum dan vulva mudah terkena trauma dan dapat terjadi
ulserasi serta terjangkit infeksi sekunder. Lesi pada vulva cenderung
menimbulkan nyeri yang hebat dan dapat mengakibatkan disabilitas yang berat.
Retensi urin dapat terjadi karena rasa nyeri yang ditimbulkan ketika buang air
kecil atau terkenanya nervus sakralis. Dalam waktu 2 – 4 minggu, semua keluhan
dan gejala infeksi akan menghilang tetapi dapat kambuh lagi karena terjadinya
reaktivasi virus dari ganglion saraf. Kelainan pada serviks sering ditemukan
pada infeksi primer dan dapat memperlihatkan inflamasi serta ulserasi atau
tidak menimbulkan gejala klinis.
2. Infeksi rekuren. Setelah infeksi mukokutaneus yang
primer, pertikel-partikel virus akan menyerang sejumlah ganglion saraf yang
berhubungan dan menimbulkan infeksi laten yang berlangsung lama. Infeksi laten
dimana partikel-partikel virus terdapat dalam ganglion saraf secara berkala
akan terputus oleh reaktivasi virus yang disebut infeksi rekuren yang mengakibatkan
infeksi yang asimtomatik secara klinis ( pelepasan virus ) dengan atau tanpa
lesi yang simtomatik. Lesi ini umumnya tidak banyak, tidak begitu nyeri serta
melepaskan virus untuk periode waktu yang lebih singkat (2 – 5 hari)
dibandingkan dengan yang terjadi pada infeksi primer, dan secara khas akan
timbul lagi pada lokasi yang sama. Walaupun sering terlihat pada infeksi
primer, infeksi serviks tidak begitu sering terjadi pada infeksi yang rekuren.
3. Infeksi sekunder pada ibu dapat menular pada janin,
meskipun jarang, melalui plasenta atau lewat korioamnion yang utuh dan dapat
menyebabkan abortus spontan, prematuritas, ataupun kelainan kongenital dengan
gejala mirip infeksi pada sitomegalovirus
seperti mikrosefali,
korioretinitis, IUGR. Janin hampir selalu terinfeksi oleh virus yang dilepaskan
dari serviks atau traktus genitalis bawah setelah ketuban pecah atau saat bayi
dilahirkan. Infeksi herpes pada bayi baru lahir mempunyai salah satu dari
ketiga bentuk berikut ini :
a.
Disseminata ( 70 % ), menyerang berbagai organ
penting seperti otak, paru. Hepar, adrenal, dan lain-lain dengan kematian lebih
dari 50 % yang disebabkan DIC atau pneumonitis, dan yang berhasil hidup sering
menderita kerusakan otak. Sebagian besar bayi yang terserang bayi prematur.
b.
Lokalisata ( 15 % ) dengan gejala pada mata,
kulit dan otak dengan kematian lebih rendah dibanding bentuk disseminata,
tetapi bila tidak diobati 75 % akan menyebar dan menjadi bentuk disseminata
yang fatal. Bentuk ini sering berakhir dengan kebutaan dan 30 % disertai
kelainan neurologis.
c.
Asimtomatik hanya terjadi pada sebagian kecil
penderita herpes neonatal.
D.
Patofisiologi
Herpes simpleks menyebabkan timbulnya erupsi pada
kulit atau selaput lendir. Erupsi ini akan menghilang meskipun virusnya tetap
ada dalam keadaan tidak aktif di dalam ganglia (badan sel saraf), yang
mempersarafi rasa pada daerah yang terinfeksi.
Secara
periodik, virus ini akan kembali aktif dan mulai berkembangbiak, seringkali
menyebabkan erupsi kulit berupa lepuhan pada lokasi yang sama dengan infeksi
sebelumnya.
E.
Pemeriksaan Penunjang
Virus
Herpes dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiak. Jika tidak ada lesi dapat
diperiksa antibody VHS. Pada percobaan Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dari
bahan vesikel dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi
intranuklear
F.
Penatalaksanaan Medis
Untuk mengobati herpes simpleks, dokter dapat
memberikan pengobatan antivirus dalam bentuk krim atau pil. Pengobatan ini
tidak dapat menyembuhkan herpes simpleks, namun dapat mengurangi durasi
terjadinya penyakit dan mengurangi beratnya penyakit. Antivirus yang diakui
oleh FDA (badan pengawas obat-obatan Amerika Serikat) antara lain: Acyclovir,
Valacyclovir dan Famcyclovir. Jika seseorang sedang mendapat pengobatan untuk
herpes simpleks, maka pasangan seksualnya disarankan untuk diperiksa, dan bila
perlu, diobati juga walaupun tidak ada gejala. Hal ini akan mengurangi resiko
terjadinya komplikasi yang serius pada infeksi herpes simpleks yang tidak
terdiagnosis atau mencegah penyebaran infeksi ini ke orang lain. Mereka juga
disarankan untuk tidak berhubungan seksual sampai selesai pengobatan
ASUHAN KEPERAWATAN HERPES SIMPLEKS
Pengkajian
A.
Biodata
Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja
dandewasa muda.
jenis kelamin; dapat terjadi pada
pria dan wanita.
Pekerjaan;beresiko
tinggi pada penjajak seks komersial
B.
Keluhan
utama
Gejala yang
sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanankesehatan adalah nyeri
pada lesi yang timbul.
C.
Riwayat penyakit sekarang
·
Pada beberapa kasus,timbul lesi/vesikel perkelompok
pada penderita yang mengalami demam ataupenyakit yang disertai peningkatan suhu
tubuh atau pada penderita yangmengalami trauma fisik maupun psikis.
·
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada
aera kulit yang mengalami peradangan berat dan vesikulasi hebat.
D.
Riwayat penyakit dahulu
Sering
diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami penyakit herpessimplek atau
memiliki riwayat penyakit seperti ini.
E.
Riwayat penyakit keluarga
Ada anggota keluarga atau teman
dekat yang terinfeksi virus ini.
F.
Kebutuhan psikososial
Klien dengan
penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian mukaatau yang dapat
dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri. Hal itu meliputi
perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri,penampilan
peran, atau identitas diri.
Reaksi yang mungkin timbul adalah:
·
Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian
tubuh.
·
Menarik diri dari kontak sosial.
·
Kemampuan untuk mengurus diri berkurang.
G.
Kebiasaan sehari-hari
Dengan adanya nyeri, kebiasaan sehari-hari klien juga
dapat mengalamigangguan, terutama untuk istirahat/tidur dan aktivitas. Terjadi
gangguan BABdan BAK pada herpes simpleks genitalis. Penyakit ini sering
diderita olehklien yang mempunyai kebiasaan menggunakan alat-alat pribadi
secarabersama-sama atau klien yang mempunyai kebiasaan melakukan
hubunganseksual dengan berganti ganti pasangan
H. Pemeriksaan fisik
·
Tekanan Darah
·
Nadi
·
Pernafasan
·
Suhu tubuh
·
Kulit
Kelembaban kulit, bersih, turgor,
tidak terdapat pitting edema, warna kulit, tidak ada hiperpigmentasi.
·
Kepala :
Bentuk kepala,kebersihan, berbau, terdapat lesi, warna
rambut
·
Mata :
Reflek pupil , diameter pupil, konjungtiva, koordinasi
gerak mata simetris dan mampu mengikuti pergerakan.
·
Hidung :
Simetris, bersih, tidak ada polip hidung, cuping
hidung..
·
Telinga :
Simetris, bersih, tidak ada tanda peradangan ditelinga/
mastoid. Cerumen tidak ada, reflek suara baik dan telinga sedikit berdenging.
·
Mulut :
Bentuk bibir, mukosa bibir, lidah, tidak ada
pembesaran tonsil, tidak ada stomatitis dan gigi. Sekitar bibir terdapat bintik
bintik kemerahan yang membentuk gelembung yang berisi cairan.
I.
Diagnosa
Keperawatan
a.
Nyeri akut b.d inflamasi jaringan
b.
Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakitherpes
simpleks.
c.
Risiko penularan infeksi b.d pemajanan melalui kontak (kontak langsung,tidak
langsung , kontak droplet
J.
Intervensi
keperawatan
a. Nyeri akut
b.d inflamasi jaringan
Hasil yang diharapkan:
·
Klien mengungkapkan nyeri hilang / berkurang.
·
Menunjukkan mekanisme koping spesifik untuk nyeri dan
metode untuk mengontrol nyeri secara benar .
·
Klien
menyampaikan bahwa orang lain memvalidasi adanya nyeri.
Rencana keperawatan:
·
Kaji kembali faktor yang menurunkan toleransi
nyeri.
·
Kurangi atau hilangkan faktor yang meningkatkan
pengalaman nyeri.
·
Sampaikan pada klien penerimaan perawat tentang
responsnya terhadapnyeri; akui adanya nyeri, dengarkan dan perhatikan klien
saatmengungkapkan nyerinya bertujuan untuk lebih memahaminya.
·
Kaji adanya kesalahan konsep pada keluarga tentang
nyeri atautindakannya.
·
Beri informasi atau penjelasan pada klien dan keluarga
tentang penyebabrasa nyeri.
·
Diskusikan dengan klien tentang penggunaan terapi
distraksi, relaksasi,imajinasi dan ajarkan tehnik / metode yang dipilih.
·
Jaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitar
klien
·
Kolaborasikan dengan tim medis untuk pemberian analgesic
·
Pantau TTV
·
Kaji kembali respons klien terhadap tindakan penurunan
rasa nyeri.
b. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan,
sekunder akibat penyakitherpes simpleks
Hasil yang diharapkan:
·
Klien mengatakan dan menunjukkan penerimaan atas
penampilannya.
·
Menunjukkan keinginan dan kemampuan untuk melakukan
perawatan diri.
·
Melakukan pola-pola penanggulangan yang baru
Rencana keperawatan:
·
Ciptakan hubungan saling percaya antara klien-perawat.
·
Dorong klien untuk menyatakan perasaannya , terutama
tentang cara iamerasakan , berpikir, atau memandang dirinya.
·
Jernihkan kesalahan konsepsi individu tentang dirinya,
penatalaksanaan,atau perawatan dirinya.
·
Hindari mengkritik.
·
Jaga privasi dan lingkungan individu.
·
Berikan informasi yang dapat dipercaya dan penjelasan
informasi yangtelah diberikan.
·
Tingkatkan interaksi sosial.
·
Dorong klien untuk melakukan aktivitas.
·
Hindari sikap terlalu melindungi, tetapi terbatas pada
permintaan individu.
·
Dorong klien dan keluarga untuk menerima keadaan.
·
Beri kesempatan klien untuk berbagi pengalaman dengan
orang lain.
·
Lakukan diskusi tentang pentingnya mengkomunikasikan
penilaian kliendan pentingnya sistem daya dukungan bagi mereka.
·
Dorong klien untuk berbagi rasa, masalah, kekuatiran,
dan persepsinya.
d.
Risiko penularan infeksi b.d pemajanan melalui kontak
(kontak langsung,tidak langsung , kontak droplet)
Hasil yang diharapkan:
·
Klien menyebutkan perlunya isolasi sampai ia tidak
lagi menularkaninfeksi.
·
Klien dapat menjelaskan cara penularan penyakit.
Rencana keperawatan:
Jelaskan
tentang penyakit herpes simpleks, penyebab, cara penularan, danakibat yang
ditimbulkan.
·
Anjurkan klien untuk menghentikan kagiatan hubungan
seksual selamasakit dan jika perlu menggunakan kondom.
·
Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan kegiatan
seksual dengansatu orang (satu sama lain setia) dan pasangan yang tidak
terinfeksi(hubungan seks yang sehat)
K.
Evaluasi Keperawatan
1.
Nyeri berkurang/hilang
2.
Mekanisme koping pasien dan keluarga baik
3.
Tidak terjadi infeksi
4.
Tidak terjadi komplikasi
DAFTAR PUSTAKA
v FKUI, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta. Media
Aesculapius. Hal:151-152
v Rassner, 1995. Buku Ajar Dan Atlas Dermatologi. Jakarta. EGC.
Hal:42-43
v Wikipedia, 2010. Herpes Zoster. Http://id.wikipedia.com.
v Harahap, Marwali.2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates:
Jakarta.
v Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI :
Jakarta
v Smeitzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner
& Suddarth. EGC: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar