Laman

Rabu, 20 Januari 2016

ASUHAN KEPERAWATAN HERPES SIMPLEKS






KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, dimana karena penyertaan-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HERPES SIMPLEKS “ selaku tugas dari mata kuliah Sistem Integumen. Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran dari dosen pembimbing dan rekan-rekan mahasiswa sekalian sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
            Kiranya makalah ini dapat berguna dalam proses belajar dan mengajar kita smua. Terima kasih.

Poso, 18 Desember 2013
                                                                                                           Penyusun
                                                                                                              
                                                                                                            Kelompok IX












BAB I
TINJAUAN TEORI
A.    Definisi
Herpes simplex adalah infeksi akut oleh virus Herpes Simplex (virus Herpes Hominis) tipe I dan tipe IIyang ditandai dengan vesikel  berkelompok diatas kulit yang eritematosa di daerah mukokutan. Dapat berlangsung primer maupun rekurens. Herpes simplex disebut juga fever blister, cold score, herpes febrilis, herpes labialis, herpes progenitalis(genitalis)
Infeksi herpes simpleks ditandai dengan episode berulang dari lepuhan-lepuhan kecil di kulit atau selaput lendir, yang berisi cairan dan terasa nyeri. Ciri-ciri Herpes simplex adalah adanya bintil-bintil kecil, bisa satu atau sekumpulan, yang berisi cairan, dan jika pecah bisa menyebabkan peradangan. Bintil-bintil ini biasanya muncul di daerah muco-cutaneous, atau daerah dimana kulit bertemu dengan lapisan membrane mukosa. Di wajah, daerah ini berlokasi di pertemuan bibir dengan kulit wajah. Para penderita herpes simplex biasanya merasakan adanya perasaan geli di daerah tersebut sebelum munculnya bintil-bintil tadi.
Virus herpes simpleks adalah merupakan virus DNA, dan seperti virus DNA yang lain mempunyai karakteristik melakukan replikasi didalam inti sel dan membentuk intranuclear inclusion body. Intranuclear inclusion body yang matang perlu dibedakan dari sitomegalovirus. Karakteristik dari lesi adalah adanya central intranuclear inclusion body eosinofilik yang ireguler yang dibatasi oleh fragmen perifer dari kromatin pada tepi membran inti.

B.     Etiologi
Penyakit herpes simpleks di sebabkan oleh virus herpes simpleks. Berdasarkan perbedaan imunologi dan klinis, virus herpes simpleks dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu :
1.      Virus herpes simpleks tipe 1 yang menyebabkan infeksi herpes non genital, biasanya pada daerah mulut, meskipun kadang-kadang dapat menyerang daerah genital. Infeksi virus ini biasanya terjadi saat anak-anak dan sebagian besar seropositif telah didapat pada waktu umur 7 tahun..
2.      Virus herpes simpleks tipe 2 hampir secara eksklusif hanya ditemukan pada traktus genitalis dan sebagian besar ditularkan lewat kontak seksual.

C.    Gejala klinis
Secara umum gejala klinik infeksi virus herpes simpleks dapat dibagi dalam 2bentuk yaitu :
1.      Infeksi primer yang biasanya disertai gejala ( simtomatik ) meskipun dapat pula tanpa gejala ( asimtomatik ). Keadaan tanpa gejala kemungkinan karena adanya imunitas tertentu dari antibodi yang bereaksi silang dan diperoleh setelah menderita infeksi tipe 1 saat anak-anak. Masa inkubasi yang khas selama 3 – 6 hari ( masa inkubasi terpendek yang pernah ditemukan 48 jam ) yang diikuti dengan erupsi papuler dengan rasa gatal, atau pegal-pegal yang kemudian menjadi nyeri dan pembentukan vesikel dengan lesi vulva dan perineum yang multipel dan dapat menyatu. Adenopati inguinalis yang bisa menjadi sangat parah. Gejala sistemik mirip influenza yang bersifat sepintas sering ditemukan dan mungkin disebabkan oleh viremia. Vesikel yang terbentuk pada perineum dan vulva mudah terkena trauma dan dapat terjadi ulserasi serta terjangkit infeksi sekunder. Lesi pada vulva cenderung menimbulkan nyeri yang hebat dan dapat mengakibatkan disabilitas yang berat. Retensi urin dapat terjadi karena rasa nyeri yang ditimbulkan ketika buang air kecil atau terkenanya nervus sakralis. Dalam waktu 2 – 4 minggu, semua keluhan dan gejala infeksi akan menghilang tetapi dapat kambuh lagi karena terjadinya reaktivasi virus dari ganglion saraf. Kelainan pada serviks sering ditemukan pada infeksi primer dan dapat memperlihatkan inflamasi serta ulserasi atau tidak menimbulkan gejala klinis.
2.      Infeksi rekuren. Setelah infeksi mukokutaneus yang primer, pertikel-partikel virus akan menyerang sejumlah ganglion saraf yang berhubungan dan menimbulkan infeksi laten yang berlangsung lama. Infeksi laten dimana partikel-partikel virus terdapat dalam ganglion saraf secara berkala akan terputus oleh reaktivasi virus yang disebut infeksi rekuren yang mengakibatkan infeksi yang asimtomatik secara klinis ( pelepasan virus ) dengan atau tanpa lesi yang simtomatik. Lesi ini umumnya tidak banyak, tidak begitu nyeri serta melepaskan virus untuk periode waktu yang lebih singkat (2 – 5 hari) dibandingkan dengan yang terjadi pada infeksi primer, dan secara khas akan timbul lagi pada lokasi yang sama. Walaupun sering terlihat pada infeksi primer, infeksi serviks tidak begitu sering terjadi pada infeksi yang rekuren.
3.      Infeksi sekunder pada ibu dapat menular pada janin, meskipun jarang, melalui plasenta atau lewat korioamnion yang utuh dan dapat menyebabkan abortus spontan, prematuritas, ataupun kelainan kongenital dengan gejala mirip infeksi pada sitomegalovirus seperti mikrosefali, korioretinitis, IUGR. Janin hampir selalu terinfeksi oleh virus yang dilepaskan dari serviks atau traktus genitalis bawah setelah ketuban pecah atau saat bayi dilahirkan. Infeksi herpes pada bayi baru lahir mempunyai salah satu dari ketiga bentuk berikut ini :
a.       Disseminata ( 70 % ), menyerang berbagai organ penting seperti otak, paru. Hepar, adrenal, dan lain-lain dengan kematian lebih dari 50 % yang disebabkan DIC atau pneumonitis, dan yang berhasil hidup sering menderita kerusakan otak. Sebagian besar bayi yang terserang bayi prematur.
b.      Lokalisata ( 15 % ) dengan gejala pada mata, kulit dan otak dengan kematian lebih rendah dibanding bentuk disseminata, tetapi bila tidak diobati 75 % akan menyebar dan menjadi bentuk disseminata yang fatal. Bentuk ini sering berakhir dengan kebutaan dan 30 % disertai kelainan neurologis.
c.       Asimtomatik hanya terjadi pada sebagian kecil penderita herpes neonatal.


D.    Patofisiologi
Herpes simpleks menyebabkan timbulnya erupsi pada kulit atau selaput lendir. Erupsi ini akan menghilang meskipun virusnya tetap ada dalam keadaan tidak aktif di dalam ganglia (badan sel saraf), yang mempersarafi rasa pada daerah yang terinfeksi.
Secara periodik, virus ini akan kembali aktif dan mulai berkembangbiak, seringkali menyebabkan erupsi kulit berupa lepuhan pada lokasi yang sama dengan infeksi sebelumnya.

E.      Pemeriksaan Penunjang
Virus Herpes dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiak. Jika tidak ada lesi dapat diperiksa antibody VHS. Pada percobaan Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dari bahan vesikel dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear


F.     Penatalaksanaan Medis
Untuk mengobati herpes simpleks, dokter dapat memberikan pengobatan antivirus dalam bentuk krim atau pil. Pengobatan ini tidak dapat menyembuhkan herpes simpleks, namun dapat mengurangi durasi terjadinya penyakit dan mengurangi beratnya penyakit. Antivirus yang diakui oleh FDA (badan pengawas obat-obatan Amerika Serikat) antara lain: Acyclovir, Valacyclovir dan Famcyclovir. Jika seseorang sedang mendapat pengobatan untuk herpes simpleks, maka pasangan seksualnya disarankan untuk diperiksa, dan bila perlu, diobati juga walaupun tidak ada gejala. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya komplikasi yang serius pada infeksi herpes simpleks yang tidak terdiagnosis atau mencegah penyebaran infeksi ini ke orang lain. Mereka juga disarankan untuk tidak berhubungan seksual sampai selesai pengobatan























ASUHAN KEPERAWATAN HERPES SIMPLEKS

Pengkajian
A.    Biodata
Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja dandewasa muda.
jenis kelamin; dapat terjadi pada pria dan wanita.
Pekerjaan;beresiko tinggi pada penjajak seks komersial
B.     Keluhan utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanankesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.
C.     Riwayat penyakit sekarang
·         Pada beberapa kasus,timbul lesi/vesikel perkelompok pada penderita yang mengalami demam ataupenyakit yang disertai peningkatan suhu tubuh atau pada penderita yangmengalami trauma  fisik maupun psikis.
·         Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada aera kulit yang mengalami peradangan berat dan vesikulasi hebat.

D.    Riwayat penyakit dahulu
Sering diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami penyakit herpessimplek atau memiliki riwayat penyakit seperti ini.
E.     Riwayat penyakit keluarga
Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini.
F.      Kebutuhan psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian mukaatau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri. Hal itu meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri,penampilan peran, atau identitas diri.

Reaksi yang mungkin timbul adalah:
·         Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.
·         Menarik diri dari kontak sosial. 
·         Kemampuan untuk mengurus diri berkurang.

G.    Kebiasaan sehari-hari
Dengan adanya nyeri, kebiasaan sehari-hari klien juga dapat mengalamigangguan, terutama untuk istirahat/tidur dan aktivitas. Terjadi gangguan BABdan BAK pada herpes simpleks genitalis. Penyakit ini sering diderita olehklien yang mempunyai kebiasaan menggunakan alat-alat pribadi secarabersama-sama atau klien yang mempunyai kebiasaan melakukan hubunganseksual dengan berganti ganti pasangan

H.    Pemeriksaan fisik           
·         Tekanan Darah      
·         Nadi                       
·         Pernafasan             
·         Suhu tubuh    
·         Kulit
Kelembaban kulit, bersih, turgor, tidak terdapat pitting edema, warna kulit, tidak ada hiperpigmentasi.
·         Kepala :
Bentuk kepala,kebersihan, berbau, terdapat lesi, warna rambut
·         Mata :
Reflek pupil , diameter pupil, konjungtiva, koordinasi gerak mata simetris dan mampu mengikuti pergerakan.
·         Hidung :
Simetris, bersih, tidak ada polip hidung, cuping hidung..
·         Telinga :
Simetris, bersih, tidak ada tanda peradangan ditelinga/ mastoid. Cerumen tidak ada, reflek suara baik dan telinga sedikit berdenging.
·         Mulut :
Bentuk bibir, mukosa bibir, lidah, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada stomatitis dan gigi. Sekitar bibir terdapat bintik bintik kemerahan yang membentuk gelembung yang berisi cairan.



I.       Diagnosa Keperawatan

a.       Nyeri akut b.d inflamasi jaringan
b.      Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakitherpes simpleks.
c.       Risiko penularan infeksi b.d pemajanan melalui kontak (kontak langsung,tidak langsung , kontak droplet 

J.      Intervensi keperawatan

a.       Nyeri akut b.d inflamasi jaringan
Hasil yang diharapkan:
·         Klien mengungkapkan nyeri hilang / berkurang.
·         Menunjukkan mekanisme koping spesifik untuk nyeri dan metode untuk mengontrol nyeri secara benar .
·          Klien menyampaikan bahwa orang lain memvalidasi adanya nyeri.
Rencana keperawatan:
·         Kaji kembali faktor yang menurunkan toleransi nyeri. 
·         Kurangi atau hilangkan faktor yang meningkatkan pengalaman nyeri.
·         Sampaikan pada klien penerimaan perawat tentang responsnya terhadapnyeri; akui adanya nyeri, dengarkan dan perhatikan klien saatmengungkapkan nyerinya bertujuan untuk lebih memahaminya.
·         Kaji adanya kesalahan konsep pada keluarga tentang nyeri atautindakannya.
·         Beri informasi atau penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebabrasa nyeri.
·         Diskusikan dengan klien tentang penggunaan terapi distraksi, relaksasi,imajinasi dan ajarkan tehnik / metode yang dipilih.
·         Jaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitar klien
·         Kolaborasikan dengan tim medis untuk pemberian analgesic
·         Pantau TTV
·         Kaji kembali respons klien terhadap tindakan penurunan rasa nyeri.


b.  Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakitherpes simpleks
Hasil yang diharapkan:
·         Klien mengatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilannya.
·         Menunjukkan keinginan dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri.
·         Melakukan pola-pola penanggulangan yang baru
Rencana keperawatan:
·         Ciptakan hubungan saling percaya antara klien-perawat.
·         Dorong klien untuk menyatakan perasaannya , terutama tentang cara iamerasakan , berpikir, atau memandang dirinya.
·         Jernihkan kesalahan konsepsi individu tentang dirinya, penatalaksanaan,atau perawatan dirinya.
·         Hindari mengkritik.
·         Jaga privasi dan lingkungan individu.
·         Berikan informasi yang dapat dipercaya dan penjelasan informasi yangtelah diberikan.
·         Tingkatkan interaksi sosial.
·         Dorong klien untuk melakukan aktivitas.
·         Hindari sikap terlalu melindungi, tetapi terbatas pada permintaan individu.
·         Dorong klien dan keluarga untuk menerima keadaan.
·         Beri kesempatan klien untuk berbagi pengalaman dengan orang lain. 
·         Lakukan diskusi tentang pentingnya mengkomunikasikan penilaian kliendan pentingnya sistem daya dukungan bagi mereka.
·         Dorong klien untuk berbagi rasa, masalah, kekuatiran, dan persepsinya.

d.      Risiko penularan infeksi b.d pemajanan melalui kontak (kontak langsung,tidak langsung , kontak droplet)
Hasil yang diharapkan:
·         Klien menyebutkan perlunya isolasi sampai ia tidak lagi menularkaninfeksi.
·         Klien dapat menjelaskan cara penularan penyakit.
Rencana keperawatan:
Jelaskan tentang penyakit herpes simpleks, penyebab, cara penularan, danakibat yang ditimbulkan.
·         Anjurkan klien untuk menghentikan kagiatan hubungan seksual selamasakit dan jika perlu menggunakan kondom.
·         Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan kegiatan seksual dengansatu orang (satu sama lain setia) dan pasangan yang tidak terinfeksi(hubungan seks yang sehat)

K.    Evaluasi Keperawatan

1.      Nyeri berkurang/hilang
2.      Mekanisme koping pasien dan keluarga baik 
3.      Tidak terjadi infeksi
4.      Tidak terjadi komplikasi


DAFTAR PUSTAKA

v  FKUI, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta. Media Aesculapius. Hal:151-152
v  Rassner, 1995. Buku Ajar Dan Atlas Dermatologi. Jakarta. EGC. Hal:42-43
v  Wikipedia, 2010. Herpes Zoster. Http://id.wikipedia.com.
v  Harahap, Marwali.2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates: Jakarta.
v  Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI : Jakarta
v  Smeitzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner & Suddarth. EGC: Jakarta







Tidak ada komentar:

Posting Komentar